(Egi Rizaludinsyah 2180100035 KPI-A) Kepemimpinan Perempuan Dalam Perspektif Islam Isu Kajian Gender
(Egi Rizaludinsyah 2180100035 KPI-A) Kepemimpinan Perempuan Dalam Perspektif Islam Isu Kajian Gender
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
Sementara itu peran serta perempuan semakin dibutuhkan dalam berbagai lini
kehidupan termasuk pada bidang kepemimpinan. Kajian ini sebagai bentuk
kepedulian atas pemahaman keliru sebagian kalangan menanggapi isu gender
yang menjadikan Islam dengan segenap ajarannya sebagai biang kerok
langgengnya budaya ketidakadilan gender. Melalui penelusuran referensi
dengan menggunakan kutipan penulis mengumpulkan data kepustakaan
untuk memperkuat data dalam tulisan ini khususnya tulisan dari para pakar
gender dalam perspektif Islam seperti Nasaruddin Umar dan Umar Shihab.
Didalam Islam kepemimpinan identik dengan sebutan Kholifah yang berarti wakil atau
pengganti. Istilah ini dipergunakan setelah wafatnya Rosulullah SAW namun jika
merujuk pada firman Allah SWT:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
(QS. Al-Baqarah: 30)
Kata khalifah dalam ayat tersebut tidak hanya ditunjukkan kepada para khalifah
sesudah Nabi, tetapi juga kepada semua manusia yang ada dibumi ini yang bertugas
memakmurkan bumi ini.
Dalam hadits juga terdapat kata Ro’in yang juga biasa dimaknai pemimpin. Hadits ini
menggunakan dhamir (kata ganti) mukhatab jama’ (kesemuanya) yakni tidak spesifik
ditunjukkan kepada laki-laki atau perempuan.
َ َُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْس ُؤلُ ْون
(ع ْن َر ِعيَّتِ ِه )رواه البخارى
“Setiap kalian adalah Ra’in (pengembala, pemimpin) dan setiap kalian akan
dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinan kalian” (HR, Bukhori).
•Dalam Islam, setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin baik bagi dirinya sendiri
maupun apa yang dipimpinnya, sehingga seorang pemimpin suatu saat akan dimintai
pertanggungjawabannya.
•peristiwa perang Jamal atau perang Unta antara khalifah Ali bin Abi Thalib melawan seorang
panglima perang perempuan yang bernama Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq.
•Ratu Balqis seorang pemimpin bagi kaumnya yang sempat berseteru dengan Nabi Sulaiman.
Kesetaraan Gender
dalam Konsep •Perempuan dari kalangan sufi bernama Rabi'ah al Adawiyyah yang dijuluki The Mother of the
Kepemimpinan Islam Grand Master atau Ibu Para Sufi Besar karena kezuhudannya.
•Hal ini sepertinya sedikit banyak bertentangan dengan pemaknaan surat An-nisa ayat 34
yang menempatkan hanya laki-laki saja yang dapat menjadi pemimpin.
Berkaitan dengan hal tersebut, banyak pendapat yang berkembang mengenai kepemimpinan yang dilakukan
oleh kaum perempuan dalam wacana pemikiran Islam klasik dan sangat terpengaruh oleh budaya dan
pemahaman yang bersifat patriarkhi, sehingga tidak heran jika produk pemikiran yang ada masih berpihak
pada kepentingan laki-laki. Perempuan masa kini memang memiliki kesempatan yang luas untuk berkiprah
dalam segala bidang, termasuk untuk menjadi pemimpin. Hal ini sama sekali tidak bertentangan dengan
ajaran Islam karena al-Qur’an tidak membedakan manusia kecuali dalam amal ibadahnya. Untuk itulah,
dimasa yang akan datang diharapkan ke depan akan muncul pemimpin yang berasal dari perempuan dari
segala bidang.