Anda di halaman 1dari 7

Political Situation in New Orde

Group 2:
Austazdhah Aulia Oktafia (03)
Fadiyah Hasna (08)
Larasati Amandha Praptiwi (12)
Nabila Ikbar Kamila (22)
Rozan Aruna Fatsa T. (26)
Sendy Meilantika (24)
Orde Baru

 Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno.
Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966.[1] Orde
Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi
Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan
praktik korupsi yang merajalela.
Orde Baru Suharto: Pembangunan Indonesia
di Bawah Pemerintahan Otoriter

 Hancurnya Orde Baru Suharto


Legitimasi pemerintahan otoriter Suharto terutama berasal dari pembangunan ekonomi yang
terjadi pada masa pemerintahannya. Dari keputusasaan di tahun 1960an, proses industrialisasi
merubah Indonesia menjadi negara yang ekonominya menjanjikan. Institusi-institusi internasional
berpengaruh (seperti Bank Dunia) menyatakan Indonesia sebagai 'Keajaiban Asia Timur' pada
tahun 1990an. Istilah-istilah lain yang digunakan institusi-institusi internasional menggambarkan
performa ekonomi Indonesia sebagai 'Macan Asia' dan 'High Performing Asian Economy' (HPAE).
Tentu saja, komunitas internasional juga menyadari bahwa hak asasi manusia tidak selalu
dihormati oleh pemerintah. Namun, ironisnya, karakteristik Orde Baru yang supresif juga menjadi
kuncinya dalam mengentaskan kemiskinan untuk jutaan orang karena hanya ada sedikit ruang
untuk menentang pembuatan dan pelaksanaan kebijakan. Pada pertengahan tahun 1960an,
lebih dari 50% penduduk diklasifikasikan sebagai kelompok yang hidup di bawah garis kemiskinan,
sementara di 1993 angka ini berkurang menjadi 13,5% dari jumlah total penduduk. Indikator-
indikator sosial lain (seperti partisipasi di sekolah, angka kematian bayi, usia harapan hidup)
menunjukkan hasil-hasil positif yang serupa.
Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru

1. Membentuk Kabinet Pembangunan


Kabinet pada masa peralihan kekuasaan adalah kabinet Ampera yang dikenal dengan nama tugas Dwi Darma Kabinet Ampera. Tujuan
dibentuknya kabinet ini dengan Catur Karya kabinet Ampera untuk menciptakan stabilitas dalam bidang politik dan ekonomi agar dapat
menyelenggarakan pembangunan nasional.

2. Membubarkan PKI dan Ormasnya


Untuk menjamin keadaan politik masa orde baru yang kondusif maka Soeharto sebagai pengemban Supersemar perlu menjamin keamanan,
ketenangan dan kestabilan pemerintahan. Maka pemerintah Orde Baru melakukan pembubaran PKI pada 12 Maret 1966, melarang PKI sebagai
organisasi, dan menangkap sekitar 15 orang menteri yang dianggap menjadi informan atau terlibat dalam latar belakang G30S PKI pada tanggal 8
Maret 1966.

3. Penyelenggaraan Pemilihan Umum


Keadaan politik pada masa Orde Baru bisa dilihat dari penyelenggaraan pemilihan umum yang berhasil sebanyak enam kali setiap lima
tahun sekali sejak tahun 1971 – 1997. Pengaturan pemilu tersebut mengesankan bahwa pelaksanaan demokrasi di Indonesia sudah tercapai,
berlangsung secara tertib dengan asas Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (LUBER). Namun pada kenyataannya, pemilu diarahkan kepada
kemenangan Golkar sebagai kebijakan politik pada orde baru. Kemenangan tersebut sangat menguntungkan pemerintah karena terdapat
mayoritas suara di MPR dan DPR. Sehingga Soeharto dapat menjadi presiden selama enam periode pemilu, dan setiap pertanggung jawaban,
RUU dan usulan pemerintah lainnya selalu disetujui MPR dan DPR tanpa catatan.
Keadaan Politik Masa Orde Baru

1. Kembali Menjadi Anggota PBB


Desakan dari komisi bidang pertahanan keamanan dan luar negeri dari DPR GR kepada pemerintah membuat Indonesia kembali menjadi anggota PBB
pada 28 Desember 1966. Keputusan ini diambil karena pemerintah menyadari akan adanya banyak manfaat yang akan diperoleh dari keanggotaan PBB
untuk kepentingan nasional. Kembalinya Indonesia disambut baik oleh sejumlah negara Asia dan PBB sendiri dan dibuktikan dengan penunjukan Adam Malik
sebagai Ketua Majelis Umum PBB pada masa sidang 1974
2. Membekukan Hubungan Dengan RRC
Pembekuan hubungan dengan Republik Rakyat Cina secara diplomatik juga dilakukan pemerintah Indonesia didasarkan pada bantuan RRC kepada
PKI dalam melakukan kudeta sehingga RRC dianggap terlalu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Indonesia juga memperbarui hubungan
politik yang sempat renggang dengan India, Filipina, Thailand dan Australia serta negara lain yang sempat menegang akibat kebijakan politik Orde Lama.

3. Memperbaiki Hubungan Dengan Singapura


Keadaan politik pada masa orde baru juga dilakukan dengan pemulihan hubungan Indonesia – Singapura melalui perantara Habibur Rachman, duta
besar Pakistan untuk Myanmar. Pemerintah Indonesia menyampaikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada 2 Juni 1966 kepada Perdana
Menteri Lee Kuan Yeuw, sehingga pemerintah Singapura pun menyatakan kesediaan untuk menjalin hubungan diplomatik.

4. Memulihkan Hubungan Dengan Malaysia


> Pemulihan hubungan dengan Malaysia dilakukan dengan perundingan di Bangkok pada 29 Mei – 1 Juni 1966 dengan isi Perjanjian Bangkok sebagai berikut:
> Rakyat Sabah kembali diberi kesempatan untuk menegaskan kembali keputusan mengenai kedudukan mereka di Federasi Malaysia.
> Pemerintah Indonesia dan Malaysia menyetujui pemulihan hubungan diplomatik dan menghentikan permusuhan.
> Persemian pemulihan hubungan Indonesia – Malaysia dilakukan di Jakarta yang dikenal sebagai Piagam Jakarta atau Jakarta Accord oleh Tun Abdul
Razak dan Adam Malik. Dilanjutkan dengan penempatan perwakilan pemerintahan masing – masing negara.

Anda mungkin juga menyukai