Anda di halaman 1dari 61

Dr. Eng. Mochammad Meddy Danial, ST MT.

BATAS KE ARAH DARAT


Ekologis : kawasan daratan yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses
kelautan, seperti pasang surut, intrusi
air laut, dll.
Administratif : batas terluar sebelah
hulu dari desa pantai atau kecamatan
(2km, 20 km atau 30 km).

BATAS KE ARAH LAUT


Ekologis : kawasan laut yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses alamiah di
darat (aliran air sungai, run off, aliran air
tanah, dll.), atau dampak kegiatan manusia
di darat (bahan pencemar, sedimen, dll);
atau kawasan laut yang merupakan
paparan benua (continental shelf).
Administratif : 4 mil, 12 mil, dst., dari garis
pantai ke arah laut.
PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
Rezim Laut di Indonesia
Undang-Undang No.6 Tahun 1996 tentang
Perairan Nasional
Laut Teritorial (UNCLOS, 1982)
Perairan Dalam (Internal Waters)
Perairan Nusantara (Archipelagic Waters)
Kewenangan Daerah (Propinsi,
Kabupaten/Kota) di Laut.

PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
Laut Teritorial (Wilayah)
Tiap negara berdaulat atas lebar laut teritorial tidak melebihi 12
mil laut, diukur dari garis pangkal (Pasal 3, UNCLOS,1982)
sepanjang garis air rendah (pasal 5), yang dinamakan Laut
Teritorial (Territorial Sea).

Batas 12 mil laut untuk negara kepulauan diukur dari garis pangkal
yang menghubungkan titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar
serta karang-karang kering dengan ketentuan bahwa garis pangkal
tersebut mencakup pulau-pulau utama dan suatu wilayah yang
rasionya antara wilayah lautan dan wilayah daratan termasuk atol,
adalah 1 : 1 dan 9 : 1 (pasal 46)

Panjang garis pangkal tidak boleh lebih dari 100 mil laut, kecuali
sampai dengan 3% dari jumlah garis pangkal dapat melebihi 100
mil laut tersebut, dengan maksimum 125 mil laut (pasal 47 ayat 2).

PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
Zona Tambahan (Contiguous Zone)

Zona tambahan adalah zona dengan lebar laut tidak


melebihi 12 mil dihitung dari batas laut teritorial (ditambah
pada laut teritorial) atau maksimum 24 mil laut dari garis
pangkal yang dipakai untuk mengukur batas laut teritorial.

Zona ini bukan wilayah kedaulatan negara, tetapi diberikan


kepada negara untuk tujuan kontrol atas: Kepabeanan,
fiskal, imigrasi, kesehatan (karantina tumbuh-tumbuhan dan
satwa) (pasal 33 UNCLOS,1982).

PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
Zona Ekonomi Eksklusif
Negara pantai dan negara kepulauan diberikan Zona Ekonomi Eksklusif selebar
200 mil diukur dari garis pangkal yang sama (pasal 56 ayat 1, UNCLOS 1982)
dengan mempunyai:

1. Hak kuasa (sovereign rights) (pasal 56, ayat 1.a)


a. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan dari sumberdaya
hayati dan nir-hayati di peraian diatas dasar laut dan di dasar laut
serta tanah dibawah dasar laut.
b. Kegiatan terkait dengan eksploitasi dan eksplorasi ekonomis seperti
produksi energi dari air laut, arus dan angin.

2. Jurisdiksi berkaitan dengan: (pasal 56, ayat 1b.)


a. Pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi, dan bangunan
b. Riset kelautan
c. Pelestarian dan perlindungan lingkungan pesisir PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
Permasalahan Utama Pengelolaan
Pesisir Secara Terpadu
Kurangnya pendekatan terintegrasi dalam perencanaan dan
pengelolaan sumberdaya Pesisir

Terbatasnya akses dan ketersediaan data dan informasi kawasan


pesisir dan laut

Kapasitas Hukum

Terbatasnya keterlibatan Pemerintah Daerah dan masyarakat


dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut

PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
Benturan /Konflik pada
daerah Pantai

Erosi pantai dan Rekayasa Pantai,


menghilangnya daerah kehilangan dataran
lahan basah pantaidan lahan basah

Kenaikan muka air laut Peningkatan


pengembangan Pantai

Kenaikan Pemanasan Peningkatan Populasi


Global penduduk

Peningkatan efek rumah


kaca

Sumber : Leatherman, 1993


PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
komponen 1. Perubahan garis pantai dan ancaman bahaya

ancaman
pada pesisir
a. Bencana alam: badai (hurricanes), gunung
meletus (volcanoes), gelombang tinggi (storm
terhadap surges).
b. Campur tangan manusia (human-induced

pesisir change): penambangan pasir (dredging),


pembangunan di pantai (engineering structures
and Approaches), perubahan hidrologi
(hydrological changes), pertanian/perkebunan
(agriculture), pengembangan daerah pantai (built
development)

PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
komponen 2. Tekanan jumlah penduduk, kebutuhan sumber

ancaman
daya alam, dan pencemaran
a. Infrastruktur : Pelabuhan, Pengerukan alur
pelabuhan dan Industri
terhadap b. Turisme dan rekreasi: Hotel, Marina,
Pengembangan pemukiman

pesisir c. Polusi/pencemaran: domestic, industri, point


and non-point sources, transboundary
movement of waste, ocean dumping
d. Resource Use : fishing pressures, charcoal
production
e. Open Space Loss: agricultural land, wildlife
habitats, recreational resources, coastal
village and small town character (social
equity), Aesthetics, quality of life.

PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
mengontrol dan mengawasi
spesies berbahaya
pencegahan kerusakan perlindungan sumber
pantai sejak dini daya alam

mengontrol alur navigasi Pengelolaan mengontrol kerusakan


pantai pantai secara umum

pengendalian erosi dan


penataan kawasan pantai
sedimentasi pantai
perlindungan pantai dari
ancaman bencana

PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
Potensi Kawasan Pantai
1. Wilayah teritorial sebuah negara dan
bangsa
2. Panjang dan lebar garis pantai
3. Sumber daya alam yang besar
4. Kekayaan alam dan keindahan alam
5. Sarana transportasi dan komunikasi
6. Pulau-pulau di sekitar pantai
7. Rekreasi dan pariwisata
8. Sumber energi
9. Pengembangan energi terbarukan
10.Sarana pendidikan dan penelitian
11.Pertahanan keamanan/ militer
12.pengembanngan kawasan PENGELOLAAN
KAWASAN
13.Reklamasi berwawasan lingkungan
PESISIR
Isu/Permasalahan Kawasan Pantai

1. Masyarakat miskin 1. Konflik pemanfaatan 1. Lemahnya


dengan tingkat lahan penegakan
pendidikan yang rendah 2. Degradasi habitat Hukum
2. Sarana dan prasarana wilayah pesisir 2. Ketidakpastian
pengembangan ekonomi (mangrove, terumbu hukum
yang masih rendah karang), erosi /abrasi 3. Konflik perbedaan
3. Rendahnya budaya dan sedimentasi kepentingan
bahari dan perhatian 3. Pencemaran Air Laut,
terhadap pesisir yang bersumber dari
industri dan domestik
4. Kelemahan iptek dan 4. Over exploitation
perekonomian berbasis 5. Bencana
kelautan

PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
Penambangan pasir pantai
Pelarangan Penambangan pasir pantai
di desa Kalimantan
di desa Sentebang

PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
Kondisi Infrastruktur yang belum
memadai dan akses jalan ke desa
Temajok Sambas

PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
Pantai
Sengkubang

Pantai
Sinam

PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
Ramayadi Serai

PENGELOLAAN
KAWASAN
PESISIR
UU Pengelolaan Pesisir
Terpadu

Pengamanan dan Pengelolaan


pengendalian Perencanaan

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
3 3
Adopsi program dan
pendanaan

4 Pelaksanaan 2 4 2
program
Perencanaan
program

Monitoring &
evaluasi
Identifikasi isu
5 pengelolaan 1 5 1
Atlas sumber daya
wilayah pesisir

Siklus perencanaan pengelolaan


pesisir terpadu
PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
MAGISTER TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Terminologi tentang
pengelolaan pesisir

CZM (Coastal Zone Management): USA Coastal


Management Act 1972
ICAM (Integrated Coastal and Area Management) –
Terbatas untuk area pesisir tertentu di Amerika.
ICM (Integrated Coastal Zone Management) in World
Coast Conference 1993
ICZMP (Integrated of Coastal Zone Planning and
Management) – Sejak implementasi proyek Marine
Resources Evaluation and Planning 1994-1998

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Sejarah Lahirnya Pengelolaan
Pesisir Terpadu
Selama lebih dari 30 tahun terakhir, telah terdapat ratusan
program —baik internasional, nasional maupun regional—
yang diprakarsai oleh pemerintah, serta berbagai organisasi
dan kelompok masyarakat di seluruh dunia, dalam upaya
menatakelola ekosistem pesisir dan laut dunia secara lebih
efektif. USAID (The United States Agency for International
Development) merupakan salah satu perintis dalam kerja
sama dengan negaranegara berkembang untuk
peningkatkan pengelolaan ekosistem wilayah pesisir sejak
tahun 1985. PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Sejarah Lahirnya Pengelolaan
Pesisir Terpadu
Berdasarkan pengalamannya tersebut, pada tahun 1996, USAID
memprakarsai Proyek Pengelolaan Sumberdaya Pesisir (Coastal
Resources Management Project—CRMP) atau dikenal sebagai
Proyek Pesisir, sebagai bagian dari program Pengelolaan
Sumberdaya Alam (Natural Resources Management Program).
Program ini direncanakan dan diimplementasikan melalui kerja
sama dengan Pemerintah Indonesia melalui Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS), dan dengan dukungan
Coastal Resources Center University of Rhode Island (CRC/ URI) di
Amerika Serikat.
PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Sejarah Lahirnya Pengelolaan
Pesisir Terpadu
Sebagai negara keempat terbesar di dunia, dengan kurang
lebih 60 persen dari 230 juta penduduknya tinggal di dalam
radius 50 kilometer dari pesisir, Indonesia secara sempurna
berada pada posisi untuk mempengaruhi dan
memformulasikan strategi-strategi pengembangan
pengelolaan pesisir negara-negara berkembang di seluruh
dunia. Indonesia juga merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia dengan lebih dari 17.500 pulau, 81.000
kilometer garis pantai, dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
PENGELOLAAN &
seluas 5,8 juta km2 PENGEMBANGAN
PESISIR
pengelolaan pesisir terpadu
uatu proses dinamis dari strategi yang terkoordinasi yang
dikembangkan dan dilaksanakan untuk keperluan lingkungan,
sosial budaya, institusi lainnya untuk mencapai konservasi dan
keberlanjutan penggunaan multifungsi pada daerah pantai.

P roses dinamis dan berkelanjutan yang menyatukan pemerintah


dan masyarakat, ilmu pengetahuan dan pengelolaan, serta
kepentingan sektoral dan masyarakat umum dalam menyiapkan
dan melaksanakan suatu rencana terpadu untuk perlindungan dan
pengembangan sumberdaya dan ekosistem pesisir
(definisi menurut Joint Group of Experts on the Scientific Aspects of Marine Environmental
Protection/GESAMP)

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Integrated Coastal Area Management (ICAM)
suatu pendekatan pengelolaan sumber daya pesisir yang
memandang bahwa pengelolaan yang efektif dan berarti
pada penggunaan sumber daya pesisir hanya dapat
dicapai melalui pendekatan yang multi disiplin dan antar
bidang limu. Keterpaduan dalam konteks ini adalah
keterpaduan fungsi-fungsi dari sejumlah departemen dan
badan pemerintah lainnya yang mempunyai wewenang
pada berbagai aspek dari unsur sumber daya pesisir.
Sumber : Ramcharan, E.(2001)

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
IMCAM
Integrated Marine
and Coastal Area
Management

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Menurut Cicin-Sain & Knecht (1998),
integrated coastal management
adalah suatu proses yang terus-menerus dan dinamis oleh suatu
keputusan yang dibuat untuk penggunaan yang bekelanjutan pada
pengembangan, perlindungan di daerah pantai dan lautan dengan
beragam sumberdaya yang terkandung di dalamnya.

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Beberapa contoh sengketa /konflik
kepentingan dalam pemanfaatan ruang di
kawasan pesisir:
Antar wilayah otonom yang saling berbatasan
Antar sektor (pertambangan, pariwisata, permukiman,
infrastruktur, perikanan, dsb)
Antara private dengan public domain
Antara pembangunan ekonomi (development forces)
dengan lingkungan (conservation forces)
Antara daerah hulu (upstream) dan daerah hilir
(downstream)
Antara urban culture dengan local culture
Antara visi dan misi ‘Pusat’ dengan ‘Daerah’

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
untuk mensejahterakan masyarakat melalui upaya:

1. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan pada


wilayah pesisir yang mengacu pada kearifan sosial-
budaya lokal
2. Mengurangi kerentanan (vulnerability) dari wilayah
pesisir dan pemukimnya (inhabitants) dari ancaman
alam (natural hazards)
3. Mempertahankan proses ekologis esensial, sistem
pendukung kehidupan, dan keaneka-ragaman hayati
pada wilayah pesisir
PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Tujuan Pedoman Umum PPT
1. Memberikan panduan bagi Pemerintah Propinsi,
Kabupaten/Kota, dunia usaha dan masyarakat untuk
menyusun perencanaan pengelolaan pesisir terpadu di
daerahnya.

2. Memfasilitasi pihak terkait mengikuti proses dan tahapan


perencanaan pesisir terpadu sesuai dengan karakteristik
sosial, ekonomi dan kelembagaan daerahnya.

3. Menstandarisasi mekanisme penyusunan perencanaan


Pengelolaan Pesisir Terpadu (PPT) sehingga dapat
mengurangi konflik dan laju kerusakan sumberdaya pesisir.

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Maksud Pedoman Pengelolaan Pesisir Terpadu
menjadi acuan bagi Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Dunia Usaha dan Masyarakat dalam (i)
mengintegrasikan berbagai perencanaan sektoral,
dunia usaha, masyarakat dengan perencanaan
pembangunan daerah sehingga pemanfaatan
sumberdaya pesisir dapat dilakukan secara
optimal dan berkelanjutan bagi sebesar-besarnya
kesejahteraan rakyat, dan (ii) mengurangi
terjadinya tumpang tindih perencanaan, konflik
pemanfaatan dan konflik yurisdiksi serta
degradasi bio-fisik.
PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Semangat dasar dalam pengelolaan wilayah
pesisir secara terpadu
Adalah suatu proses yang sangat dinamis yang
melibatkan berbagai disiplin ilmu berdasarkan pada
dukungan data yang komprehensif dan di atas
segalanya adalah terciptanya koordinasi yang sangat
baik antara para akademisi, pemerintah dan berbagai
stakeholder lainnya

“Integrated” as opposed to traditional sectoral approach to management


involves a holistic, cross-sectoral, multidisciplinary approach in which land
and sea areas of the coastal zones are managed as an integrated unit.

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL (RZWP3K)

Undang Undang Nomor 27 Tahun 2007 jo. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menyebutkan bahwa
Pemerintah daerah wajib menyusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-
Pulau Kecil (RZWP-3-K) sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pada Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil pasal 16 ayat 1 menyebutkan bahwa pemanfaatan ruang dari sebagian
perairan pesisir dan pulau-pulau kecil secara menetap wajib memiliki izin lokasi.

Selanjutnya pada pasal 17 menjelaskan bahwa Izin lokasi sebagaimana dimaksud


diberikan berdasarkan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP-3-K) yang telah ditetapkan.
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 14
menyebutkan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan,
kelautan, serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat
dan Daerah Provinsi.

Selain itu dalam Lampiran Y menyebutkan bahwa pengelolaan ruang laut sampai
dengan 12 mil di luar minyak dan gas bumi serta penerbitan izin dan pemanfaatan
ruang laut di bawah 12 mil di luar minyak dan gas bumi menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah Provinsi. Hal ini berimplikasi pada kewajiban Pemerintah
Daerah Provinsi menetapkan Peraturan Daerah Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K).
Selain Itu berdasarkan Hasil kajian KPK tahun 2014 tentang Sistem
Pengelolaan Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan Indonesia yang di
sampaikan dalam kegiatan Gerakan penyelamatan SDA Indonesia
Sektor Kelautan menunjukkan sejumlah persoalan diantaranya yang
menjadi Fokus Kajian KPK adalah :
• Penataan ruang laut yang belum lengkap dan masih bersifat parsial
• Penataan Perizinan kelautan dan Perikanan
• Sistem data dan informasi terkait wilayah laut, penggunaan ruang
laut, dan pemanfaatan sumberdaya yang ada didalamnya, belum
lengkap dan tidak terintegrasi
• Tidak terkendalinya pencemaran dan kerusakan di laut
• Berdasarkan Kajian KPK tersebut disepakati bersama oleh KPK dan
20 Kementerian 7 lembaga dan 34 Provinsi Untuk menuntaskan
persoalan di sektor kelautan salah satunya adalah Penyusunan
RZWP3K di Setiap Provinsi
• Berikut hirarki penataan ruang yang telah di amanah oleh Undang -
Undang (klik Gambar untuk memperbesar)
Permasalahan Alternatif Pemecahan
Masalah
1. Pemukiman nelayan Penyuluhan, penataan
terlalu dekat garis pemukiman nelayan/konsep
pantai dan terancam rumah nelayan,
gempuran gelombang. pembangunan tembok laut,
sempadan pantai, desa
nelayan percontohan.
2. Fasilitas umum terlalu Penyuluhan, sempadan
dekat dengan garis pantai, penataan fasilitas
pantai dan terancam umum, pembangunan
gempuran gelombang. tembok laut.
3. Jalan terlalu dekat Pembangunan Tembok Laut,
dengan garis pantai Groin, relokasi jalan,
dan terancam erosi. sempadan pantai.

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Permasalahan Alternatif Pemecahan

1. Erosi, Abrasi pantai Pembangunan tembok laut,


Pemecah Gelombang, groin,
reboisasi, sand
nourishment/reklamasi.
2. Kerusakan bangunan Perawatan/perbaikan
pantai.
3. Tata letak bangunan Penyuluhan, penataan ulang
yang tidak bangunan, pemulihan fungsi
sesuai/bermasalah pantai, zonasi/pemetaan
pesisir,relokasi bangunan

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Permasalahan Alternatif Pemecahan

4. Muara sungai tertutup, Pengerukan, pembangunan


pendangkalan muara, jetty, Penataan kawasan
mulut muara muara sungai,
berpindah-pindah
5. Kerusakan lingkungan, Penyuluhan, reboisasi,
penebangan hutan penyediaan lokasi
bakau,penambangan penambangan bangunan, law
pasir dan pemusnahan enforcement (hukuman,
terumbu karang. denda)
6. Pencemaran Penyuluhan, instrument
lingkungan perairan amdal, sistem pembuangan
pantai limbang perkotaan, law
inforcement,

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Permasalahan Alternatif Pemecahan

7. Intrusi Air laut Ijin pemompaan air tanah


pantai, penyediaan air bersih
8. Perkebunan,pertanian Buffer zone, green belt,
terlalu dekat dengan sempadan pantai
pantai
9. Perawatan fasilitas Penyuluhan dan peran serta
pelindung yang kurang masyarakat.
memadai

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Pengelolaan ebuah strategi yang komprehensif yang dilakukan untuk menangani isu-
sumberdaya isu yang mempengaruhi lingkungan pesisir melalui partisipasi aktif dan
wilayah pesisir
nyata dari masyarakat pesisir.
berbasis
masyarakat
(PSWP-BM) PSWP-BM juga dilakukan untuk membuka isu utama masyarakat akibat

kekurangefisienan dan ketidakadilan, melalui penguatan akses dan kontrol

masyarakat terhadap sumberdaya mereka.

Istilah “berbasis masyarakat” di sini adalah suatu prinsip bahwa pengguna

sumberdaya utama (masyarakat) haruslah menjadi pengelola sumberdaya

mereka. Hal ini sangat berbeda dengan dengan strategi pengelolaan

sumberdaya alam yang bersifat sentralistik yang dinilai gagal melibatkan

masyarakat yang secara langsung bergantung pada sumberdaya tersebut.


PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Perencanaan Wilayah
Pesisir
1. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya dengan
memperhatikan sumber daya manusia
2. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya secara berdaya guna,
berhasil guna, dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia
3. Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta
menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan
4. Mewujudkan keseimbangan kepentingan, kesejahteraan, dan
keamanan

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Tujuan Perencanaan Wilayah Pesisir.

1. Menjaga fungsi dan kualitas lingkungan pesisir


(untuk komersial, rekreasi, sumber pangan, serta
sumber daya lainnya)
2. Menjaga keanekaragaman spesies (biodiversity)
agar tetap lestari (sustainable)
3. Melindungi area-area yang sensitif secara ekologis
(area abrasi/ pengikisan)
4. Mengkonservasi proses ekologis yang penting
(misalnya pencegahan kekeruhan)
5. Memelihara kualitas air melalui perwujudan
konsep keterpaduan pengembangan wilayah hulu
dan hilir (integrated upstream and downstream
water management)
6. Menkonservasi habitat tertentu (terutama
mangrove dan coral reef) untuk kesejahteraan
masyarakat/penduduk lokal. PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
1. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir
1. Sebagai deskripsi wilayah (potensi dan masalah) untuk alokasi program-program
pembangunan berbasiskan kewilayahan
2. Sebagai informasi dasar untuk penyusunan Rencana Strategis ataupun rencana
pengelolaanpesisir
3. Sebagai salah satu cara untuk mengukur kinerja menggunakan indikator dari
kegiatan program-program pembangunan di wilayah pesisir.
4. Sebagai salah satu bahan dasar pengambilan keputusan dalam perencanaan
mengenai daerah prioritas dan integrasi antar sektor
5. Dapat meningkatan kesadaran lingkungan dan sosial, khususnya di wilayah
pesisir laut beserta segala kekayaan alamnya.
6. Sebagai bahan dasar untuk pendidikan/ penelitian dan kajian-kajian keilmuan
lainnya
7. Menarik minat investor dengan penentuan wilayah yang tepat

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
2. Rencana Strategis (strategic plan)
1. Untuk menyusun visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah disepakati
bersama dari segenap pihak terkait, dan memberikan landasan yang
konsisten bagi Penyusunan Rencana Pemintakatan (zonasi), Rencana
Pengelolaan, dan Rencana Aksi di suatu Daerah.
2. Untuk mengidentifikasi tujuan, sasaran dan indikator kinerja (performance
indicators) sehingga bisa diukur tingkat keberhasilan pengelolaan pesisir
dalam mencapai out come dan out put.
3. Untuk menyusun suatu standar perencanaan yang konsisten, sinergis dan
terpadu bagi pengelolaan pesisir, dan alat pengendalian pembangunan di
wilayah pesisir bagi aparat Daerah, masyarakat setempat, dunia usaha.
4. Untuk memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan-tujuan
pembangunan pesisir di daerah propinsi, daerah kabupaten/kota dan
nasional yang relevan, sebagaimana tercantum dalam Propeda dan
Repelita Nasional/Propenas.

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Isu-isu Pesisir

Sebab-sebab
Akibat

Sasaran

Indikator

Strategi

Waktu Skala Prioritas Pelaksana/


Pelaksanaan Penanggungjawab

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
3. Rencana Zonasi (Zonation Plan)
rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap
tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur
dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat
kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta
kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin.

Tujuan
untuk membagi wilayah pesisir dalam zona-zona yang sesuai
dengan peruntukan dan kegiatan yang bersifat saling
mendukung (compatible) serta memisahkannya dari kegiatan
yang saling bertentangan (incompatible).

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
Langkah-langkah Zonasi
Langkah ke 1, Memulai Penyusunan Rencana
Langkah ke 2, Menyusun Katalog Informasi Sumberdaya yang Tersedia
Langkah ke 3, Mengidentifikasi Pemanfaatan Sumberdaya dan Issu-lssu
Perencanaan
Langkah ke 4, Analisa Data Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya untuk
Mengindentifikasi Nilai-Nilai Berdasarkan Kepentingan Stakeholder
Langkah ke 5, Memilih Tujuan Pengelolaan
Langkah ke 6, Menetapkan Tujuan Pengelolaan Zona dan Sub_Zona
Langkah ke7, Membuat Draft Peta Zonasi
Langkah 8, Menyusun Matriks Kesesuaian
Langkah ke 9, Memeriksa Konsistensi Draft Rencana Zonasi dengan RTRW
dan Aturan-Aturan Lainnya
Langkah ke 10, Mengidentifikasi Lokasi Konfiik Pemanfaatan Sumberdaya,
atau Berpotensi Konflik, dan Memberikan Rekomendasi Pemecahannya
Langkah ke11, Melaksanakan Review Publik untuk Menyesuaikan Draft
Rencana Zonasi
Langkah ke12, Mengajukan Rencana Zonasi untuk Pengesahan
PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
4. Rencana Pengelolaan (Management Plan)
kerangka kebijakan, prosedur dan tanggungjawab yang diperlukan untuk
mendukung pembuatan keputusan oleh administrator sektoral dalam
pengelolaan, penggunaan dan pengalokasian sumberdaya secara tepat.

Tahapan
1. identifikasi dan penyajian gambaran umum pesisir,
2. pemaduserasian pengelolaan pesisir,
3. pemintakatan,
4. penetapan jadual usulan zona pesisir,
5. pernyataan maksud zona pesisir,
6. penetapan matriks kegiatan yang berhubungan dengan setiap zona
pesisir

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
5. Rencana Aksi (Action Plan)
mekanisme pendanaan bagi pelaksanaan tugas-tugas yang ditetapkan dalam
dokumen-dokumen rencana |CZM. Tujuan rencana aksi adalah menyiapkan
kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan rencana pengelolaan.
Rencana aksi merupakan rencana sektoral yang menyajikan kegiatan program
dan proyek, yang bisa berbentuk Daftar Usulan Proyek Daerah (DUP/DUPDA)
dan Daftar Usulan Kegiatan (DUK).

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
6. Rencana Pengelolaan Zona
(Zone/area management Plan)
Rencana Pengelolaan Zona (RPZ) harus disiapkan untuk setiap zona atau
sub-zona yang ditetapkan dalam Rencana Zonasi. Persiapan RPZ
memerlukan perencanaan yang lebih detil yang berdasarkan pada
Pernyataan Maksud (arahan) Pengelolaannya yang terbentuk dalam
Rencana Zonasi. Rencana Pengelolaan Zonasi akan menangani beberapa isu
seperti daya dukung lingkungan, spesies dan teknologi budidaya yang dapat
diterima, dan distribusi spasial instalasi (sarana). Informasi ini penting
untuk penentuan jumlah dan persyaratan perizinan yang boleh dikeluarkan
pada suatu areal.

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR
TERIMA KASIH

PENGELOLAAN &
PENGEMBANGAN
PESISIR

Anda mungkin juga menyukai