Anda di halaman 1dari 27

Referat

Gangguan Mental dan Perilaku


Akibat Penggunaan Zat Inhalan
Oleh :
Aulia Janer
Fika Silvia
Sona Junia Gratifa

Pembimbing :
Dr. Andriza, Sp.KJ

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Riau-
RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru Riau
BAB I
PENDAHULUAN
22 juta orang Amerika
usia 12 tahun atau lebih Inhalan terdapat
telah menggunakan pada berbagai
inhalan, dan setiap
inhalan adalah tahun lebih dari barang keperluan,
Berbagai akibat Inhalan banyak
senyawa organik 750.000 menggunakan
burukuntuk
inhalan inhalan
pertama digunakan oleh
berupa gas dan kalinya. 2 Merekadan
yang anak-anak yang
dapat terjadi
zat pelarut yang menggunakan inhalan masih muda atau
penyembuhan yang
kebanyakan anak-anak
mudah menguap berusiasulit
9-14 tahun orang-orang yang
walaupun yang lebih tua kurang punyai akses
juga ada yang zat psikoaktif lain
menggunakan.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi
Inhalan adalah kelompok kimia beragam zat psikoaktif
terdiri dari pelarut organik dan zat volatil yang umumnya
ditemukan pada lebih dari 1.000 produk rumah tangga
biasa.4
Cara mengkonsumsi
Inhalan dikomsumsi dengan cara disedot melalui hidung dan
mulut (sniffing), atau dituang dalam kantong plastik (bagging).
Dengan menghirup 1-0-15 kali dari kantong plastik tertutup
itu, dapat dicapai euforia untuk kebanyakan inhalan.1
Klasifikasi
Cara kerja

ketergantungan
Diserap dimetabolisme dieksresikan fisik tidak jelas
Melalui di hati melalui ginjal
dan paru
Paru-paru

bekerja pada sistem Menyebabkan


dinding sel dopaminergi Afinitas ketergantunga
saraf pada terhadap n psikis secara
k dan GABA- lemak sangat
susunan saraf ergik jelas
tinggi
pusat
Intoksikasi akut inhalan ditandai
: Pengaruh terhadap pengguna
•euforia,
•perasaan melayang.,
 Inhalan
•iritasi pada mata,mempunyai sifat menghambat aktivitas susunan saraf
•melihat objek manjadi ganda (double
vision),pusat ssperti sedatif hipnotik dan Kematian
alkohol secara
•suara berdenging di telinga, mendadak akibat :
•hidung basah, batuk, disekitar mulut •Aritmia jantung
berbekas (rash),
•mual, muntah, diare, kehilangan nafsu •Laryngospasme
makan, •hambatan pada sistem
•nyeri di dada, pernapasan
•gangguan koordinasi motorik (bbicara
cadel, jalan sempoyongan), letargi, •Akibat pengaruh ilusi,
hiporefleksi, halusinasi dan waham
•gangguan irama jantung,
•nyeri otot dan sendi,
•halusinasi, ilusi, waham, daya nilai realitas
terganggu, mudah tersinggung, impulsif,
kesadaran berkabut dan perilaku aneh
(bizare).1
Konsekuensi
penggunaan inhalansia
Efek akut

Efek neurologis dan kognitif

Efek pada Organ Lain Selain


Otak

Efek Psikososial

Efek Pada Janin


Efek neurologis dan kognitif
 Defisit Kognitif
 Gangguan Memori : jangka panjang maupun pendek
 Pengolahan informasi visual maupun auditorik melambat
 Perhatian/fokus berkurang
 Pengambilan keputusan menjadi tidak baik
 Defisit Neurologis
 Parkinsonisme
 Ensefalopati
 Cerebral atrofi
 Serebelum ataksia
Imaging
 Penipisan corpus callosum
 Terdapat lesi pada white matter
 Hypo perfusion
 Hipointensitas pada thalamus
 Serapan ireguler pada obat-obatan radiolabeled di single-
photon computed tomography emisi (SPECT)
Efek Pada Organ Lain
Efek Psikososial
 Depresi
 Kecemasan
 Meningkatkan resiko penggunaan obat psikoaktif lainnya
 Antisosial
 Suicide
Efek pada Janin
Tingkat kecacatan pada kepala dan wajah, kepala lebih kecil dari
normal dan perkembangan otak, berat badan lahir rendah,
keterlambatan perkembangan, dan kehamilan lain dan
komplikasi kelahiran pada bayi yang lahir dari ibu yang
menghirup inhalansia
PENGOBATAN
DAN PENCEGAHAN
Intervensi Farmakologis
 Misra, Kofoed, dan Fuller (1999) melaporkan
keberhasilan penggunaan risperidone
Risperidone diberikan dengan dosis 0,5 mg dua kali
sehari selama 4 minggu mengurangi halusinasi auditori
dan visual, paranoia, dan perilaku agresif. Ketika Dosis
risperidone meningkat menjadi 1 mg dua kali sehari,
keinginan untuk inhalansia berkurang secara signifikan,
ideation paranoid berhenti
 Hernandez-Avila dan rekan (1998)  haloperidol atau
carbamazepine.
 etelah 5 minggu pengobatan, orang-orang di kedua kelompok
karbamazepin dan haloperidol menunjukkan penurunan
dalam tingkat keparahan gejala 48,3 persen dan 52,7
 Shen (2007) menggambarkan keberhasilan pengobatan
dengan 100 mg lamotrigin harian, subjek melaporkan
mengidam lebih sedikit untuk inhalansia dan mencapai 6
bulan tanpa efek samping yang signifikan dari obat

 Schiffer, dan Dewey (2004) melaporkan bukti praklinis


menunjukkan bahwa vigabatrin, selektif GABA transaminase
inhibitor, bisa menjadi pengobatan yang efektif untuk
ketergantungan inhalansia.
Intervensi psikososial
 Pendekatan holistik memasukkan unsur budaya asli
tradisional dilaporkan telah digunakan dengan sukses di
Kanada (Dell, Dell, dan Hopkins, 2005; Laporan Tahunan
YSAC, 2007) dan dengan populasi Aborigin di Australia
(Preuss dan Brown, 2006).

 Intervensi-termasuk permintaan pengurangan pendekatan


berbasis masyarakat, pendidikan, kepemudaan dan program
rekreasi, manajemen klinis dan konseling, dan perumahan
program-dievaluasi secara menyeluruh dalam laporan
Australia baru-baru (d'Abbs dan MacLean, 2008).
Pencegahan
 Sebuah inovatif, pendekatan terpadu untuk pencegahan
penggunaan inhalansia melibatkan upaya mobilisasi
masyarakat, strategi lingkungan, dan kegiatan berbasis
sekolah digambarkan oleh Johnson dan rekan-rekannya

 Pencegahaan dapat berupa membatasi penjualan eceran


produk yang dapat digunakan sebagai inhalansia,
memodifikasi produk, mengganti substansi produk, dan
sosialisasi bahaya inhalansia kepada masyarakat.
Secara umum pencegahan (prevensi) terbagi dalam 3
bagian yaitu:
 Prevensi primer adalah pencegahan agar orang yang sehat
tidak terlibat penyalahgunaan/ketergantungan inhalan
 Prevensi sekunder adalah terapi atau pengobatan
terhadap mereka yang terlibat penyalah gunaan atau
ketergantungan inhalan.
 Prevensi tersier adalah rehabilitasi penyalahguna atau
ketergantungan inhalan setelah memperoleh terapi.
Komplikasi medis

Toluena Benzena Amilnitrit dan


• Hepatomegali • Anemia aplastik butilnitrit
• Alkalifosfatase >> • Leukemia • Vasodilatasi
• Piuria, hematuria,
albuminuria • Pansitopenia pembuluh darah
• Anemia • Nekrosis hepar kemaluan
• Kognitif defisit • Gastritis • Menekan
• Ataksia • ensefalopati imunitas seluler
• Foot dragging • dispepsia • methemoglobin
• polineuropati
heksena keton trikloretilena
• Anemia • Neuropati perifer • hepatotoksik,
• Polineuropati nefrotoksisk,
• Atrofi otot merusak nervus
cranial, terutama
• parestesia
nervus optikus.
Karbon Bensin
• Bensin mengandung
tetraklor beberapa jenis senyawa
yang mudah menguap,
• Senyawa inii dapat menimbulkan
perasaan lelah, berat
bersifat badan berkurang,
hepatotoksik gemetar, jalan
sempoyongan, neuritis,
dan sampai pada
nefrotoksik kelumpuhan saraf tepi
terutama nervus
cranial.
BAB III
PENUTUP
 Inhalan adalah senyawa organik berupa gas dan zat pelarut yang
mudah menguap.
 Intoksikasi akut inhalan ditandai dengan adanya euforia, perasaan
melayang., iritasi pada mata, melihat objek manjadi ganda (double
vision), suara berdenging di telinga, berbangkis, hidung basah,
batuk, disekitar mulut berbekas (rash), mual, muntah, diare,
kehilangan nafsu makan, nyeri di dada, gangguan koordinasi
motorik (bbicara cadel, jalan sempoyongan), letargi, hiporefleksi,
gangguan irama jantung, nyeri otot dan sendi, halusinasi, ilusi,
waham, daya nilai realitas terganggu, mudah tersinggung, impulsif,
kesadaran berkabut dan perilaku aneh (bizare).
 pencegahan (prevensi) terbagi dalam 3 bagian yaitu: prevensi
primer, prevensi sekunderdan prevensi tersier

Anda mungkin juga menyukai