Anda di halaman 1dari 29

REFERAT - EPILEPSI

Pembimbing : dr. Tutwuri Handayani, Sp. S, M. Kes

Penyusun : Hanselim (201706010162)


Vidya Paramitha (201706010198)
LATAR BELAKANG
Epilepsi merupakan penyakit otak kronis yang paling sering ditemukan dan
memengaruhi manusia tanpa batasan usia, jenis kelamin, ras sosial dan
ekonomi.  hendaya hingga mortalitas yang secara tidak langsung juga
memberikan beban sosial dan ekonomi pada negara.

Lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia memiliki epilepsi dan 80% di
antaranya tinggal di negara berkembang, termasuk Indonesia

Data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) tahun


2012 mengatakan bahwa perkiraan penderita epilepsi aktif saat ini yaitu
mencapai 1,8 juta per 220 juta penduduk.
DEFINISI

Secara konseptual :

Bangkitan epileptik  terjadinya gejala yang bersifat sesaat/transien akibat


aktivitas neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak.

Epilepsi  kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan untuk


menimbulkan bangkitan epileptik yang terus menerus, dengan konsekuensi
terhadap neurobiologis, kognitif, psikologis, dan sentral.
DEFINISI
International League Against Epilepsy (ILAE) mendefinisikan epilepsi secara
klinis sebagai gangguan pada otak yang memenuhi kondisi sebagai berikut :

1.Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2


bangkitan refleks dengan jarak waktu antar bangkitan
pertama dan kedua lebih dari 24 jam.

1.Satu bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan


refleks dengan kemungkinan terjadinya bangkitan
berulang dalam 10 tahun kedepan sama dengan
(minimal 60%) bila terdapat 2 bangkitan tanpa
provokasi/bangkitan refleks.

1.Diagnosis sindroma epilepsi sudah ditegakkan.


DEFINISI
Bangkitan tanpa provokasi dapat diartikan sebagai suatu proses patologis
yang menyebabkan ambang batas bangkitan seseorang menjadi lebih
rendah dibandingkan orang yang tidak memiliki kondisi tersebut.

Poin kedua diindikasikan bagi para pelayan kesehatan agar dapat merawat
pasien seolah-olah dengan epilepsi meski hanya terjadi satu bangkitan tanpa
provokasi dikarenakan adanya risiko yang tinggi untuk terjadi lagi.

Seseorang dengan epilepsi dapat dikatakan ‘bebas’ bila pasien yang


menderita epilepsi tergantung dengan usia telah tumbuh melewati usianya
atau bagi mereka yang selama 10 tahun bebas dari bangkitan, dan 5 tahun
terakhirnya tanpa obat bangkitan.
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
• Terdiri dari gangguan unifokal maupun multifokal serta bangkitan

Fokal yang hanya mencakup satu hemisfer. (simpleks fokal, kompleks


fokal, motoric fokal, motoric fokal, non-motoric fokal)
• EEG akan memberikan gambaran epileptiform fokal

• umumnya EEG akan memberikan gambaran umum spike-wave


Umum • memberikan gambaran bangkitan yang bervariasi seperti, lena
(absence), mioklonik, atonik, tonik, dan tonik-klonik

Fokal dan • ditegakkan pada pasien dengan bangkitan fokal dan umum
• Gambaran EEG pada pasien tersebut menggambarkan spike-
Umum wave umum dan epileptiform fokal

Tidak • digunakan pada pasien yang menderita epilepsi tetapi tidak


dapat ditegakkan apakah fokal atau umum karena kurangnya
tergolongkan informasi yang memadai
KLASIFIKASI
Sindroma epilepsi adalah sekelompok fitur yang menggabungkan jenis
kejang, gambaran EEG, dan fitur pencitraan yang cenderung terjadi
bersamaan.

Neonatal/infantil :
1. Self-limited neonatal seizures dan self-limited familial neonatal epilepsy
2. Self-limited familial dan non-familial infantile epilepsy
3. Ensefalopati mioklonik dini
4. Sindroma Ohtahara
5. Sindroma West
6. Sindroma Dravet
7. Epilepsi mioklonik pada bayi
8. Epilepsy of infancy with migrating focal seizures
9. Myoclonic encephalopathy in non-progressive disorders
10.Febrile seizures plus, genetic epilepsy with febrile seizures plus
Anak-anak :
1. Epilepsi dengan bangkitan mioklonik-atonik KLASIFIKASI
2. Epilepsi dengan mioklonia kelopak mata
3. Sindroma Lennox-Gastaut
4. Epilepsi lena pada anak
5. Epilepsi dengan lena mioklonik
6. Sindroma panayiotopolous
7. Epilepsi benigna oksipital (tipe Gastaut)
8. Epilepsi fotosensitif lobus oksipital
9. Epilepsi benigna dengan gelombang paku di daerah sentrotemporal
10. Epilepsi atipikal benigna dengan gelombang paku di daerah sentrotemporal
11. Epilepsi ensefalopati dengan gelombang paku kontinu selama tidur dalam
12. Epilepsi afasia yang didapat (Sindrom Landau-Kleffner)
13. Epilepsi nokturnal lobus frontal autosomal dominan
KLASIFIKASI
Remaja/dewasa :
1. Epilepsi lena pada remaja
2. Epilepsi miklonik pada remaja
3. Epilepsi hanya dengan bangkitan tonik-klonik umum
4. Epilepsi autosomal dominan dengan gangguan auditorik
5. Epilepsi familial lobus temporal lainnya

Umur yang bervariasi :


1. Epilepsi fokal familial dengan foci bervariasi
2. Epilepsi refleks
3. Epilepsi mioklonus progresif
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI

Secara keseluruhan, kejang merupakan pelepasan elektrik dengan frekuensi


rendah yang sinkron dan memiliki tegangan yang rendah ataupun tinggi
yang menyebabkan perubahan pada sistem saraf pusat. Tiga kondisi yang
terlibat, yaitu: (1) sekumpulan neuron yang tereksitasi secara patologis, (2)
peningkatan pada aktivitas glutamat yang bersifat eksitatorik, dan (3)
penurunan GABAergic yang bersifat inhibitori.
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Gejala sebelum, selama, pascabangkitan
• Faktor pencetus
• Usia awitan, durasi, frekuensi, interval, kesadaran antar bangkitan
• Terapi dan respon terhadap OAE sebelumnya
• Penyakit sekarang
• Riwayat penyakit keluarga
• Riwayat saat di kandungam, lahir, tumbuh kembang
• Riwayat bangkitan neonatal/kejang demam
• Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi SSP
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik umum


• Trauma kepala,

• Tanda-tanda infeksi,

• Kelainan kongenital,

• Kecanduan alcohol atau napza,

• Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)

• Tanda-tanda keganasan.
Pemeriksaan neurologis:

beberapa menit setelah bangkitan akan tampak tanda pascabangkitan


(tanda fokal yang dapat menjadi petunjuk lokalisasi)

• Paresis Todd
• Gangguan kesadaran pascaiktal
• Afasia pascaiktal
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• EEG

• Pencitraan otak

• Lab (hematologis, kadar OAE)

• Pungsi lumbal

• EKG
TERAPI
Antikonvulsan utama:

• Fenobarbital: dosis 2-4 mg/kgBB/hari

• Fenitoin: 5-8 mg/kgBB/hari

• Karbamasepin: 20 mg/kgBB/hari

• Valproat: 30-80 mg/kgBB/hari


PEMILIHAN OAE BERDASARKAN
TIPE BANGKITAN EPILEPSI
PENGHENTIAN OAE

• Setelah minimal 3 tahun bebas bangkitan dan gambaran EEG normal

• Penghentian OAE disetujui oleh penyandang atau keluarganya

• Harus dilakukan secara bertahap, 25% dari dosis semula setiap bulan dalam
jangka waktu 3-6 bulan.

• Bila digunakan lebih dari 1 OAE, maka penghentian dimulai dari 1 OAE yang
bukan utama.
STATUS EPILEPTIKUS

adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau adanya dua

bangkitan atau lebih dan di antara bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat

pemulihan kesadaran. Dikenal dua tipe SE: SE konvulsif (terdapat bangkitan

motoric) dan SE non-konvulsif (tidak terdapat bangkitan motorik).


KLASIFIKASI STATUS EPILEPTIKUS
• Berdasarkan klinis:
• SE fokal
• SE general

• Berdasarkan durasi:
• SE Dini (5-30 menit)
• SE Menetap/Established (>30 menit)
• SE Refrakter (bangkitan tetap ada setelah mendapat dua atau tiga jenis
antikonvulsan awal dengan dosis adekuat).

• Status epileptikus nonkonvulsivus (SE-NK) dibagi menjadi dua kelompok utama:


• SE-NK Umum
• SE-NK Fokal
PENANGANAN STATUS EPILEPTIKUS
INDIKASI RAWAT INAP

• Status Epileptikus

• Bangkitan berulang

• Kasus Bangkitan Pertama

• Epilepsi intraktabel
LAMA PERAWATAN

• Pada kasus bukan status epileptikus: pasien dirawat sampai diagnosis dapat
ditegakkan

• Pada status epileptikus: pasien dirawat sampai kejang dapat diatasi dan
pasien kembali ke keadaan sebelum status
PROGNOSIS

Lebih buruk bila:


• Terdapat lesi struktural otak

• Bangkitan epilepsi parsial

• Sindroma epilepsi berat

• Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

• Frekuensi bangkitan tonik-klonik yang tinggi sebelum dimulainya pengobatan

• Terdapat kelainan neurologis maupun psikiatris


DAFTAR PUSTAKA
• WHO | Improving access to epilepsy care [Internet]. WHO. [cited 2018 Feb 23]. Available from:
http://www.who.int/mental_health/neurology/epilepsy/en/
• Kusumastuti K, Gunadharma S, Kustiowati E. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. 1st ed. Surabaya: Airlangga
University Press; 2014.
• Facts About Refractory Epilepsy [Internet]. [cited 2018 Feb 23]. Available from:
https://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/conditions/nervous_system_disorders/refractory_epilepsy_135,5
• Standar pelayanan medik. PERDOSSI; 2012
• Glauser T, Shinnar S, Gloss D, Alldredge B, Arya R, Bainbridge J et al. Evidence-Based Guideline: Treatment of
Convulsive Status Epilepticus in Children and Adults: Report of the Guideline Committee of the American
Epilepsy Society. Epilepsy Currents. 2016;16(1):48-61.
• Scheffer, I. E., Berkovic, S. , Capovilla, G. , Connolly, M. B., French, J. , Guilhoto, L. , Hirsch, E. , Jain, S. , Mathern, G.
W., Moshé, S. L., Nordli, D. R., Perucca, E. , Tomson, T. , Wiebe, S. , Zhang, Y. and Zuberi, S. M. (2017), ILAE
classification of the epilepsies: Position paper of the ILAE Commission for Classification and Terminology.
Epilepsia, 58: 512-521.
• Symptomatic Generalized Epilepsy: Background, Pathophysiology, Epidemiology. 2017 Jul 19; Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1851206-
overview?pa=Yevhj5p5ab7W1m60ZyPO%2BA5psP3GUYNs%2F35xMwUjcjcCZyKouNvot9mIL3jbcCy9ZUElJ%2BHn%
2FbSapLdPLQ%2B36fEiL5fM42L%2B9xlMlua7G1g%3D

Anda mungkin juga menyukai