Anda di halaman 1dari 37

REFERAT

HIV/AIDS TANPA KOMPLIKASI


Pembimbing :
dr. Ari Triantanoe, Sp.PD

Penyusun :
Nabilah Zain Permata 20190420134
Nathania Benita S 20190420140
Definisi
• HIV (Human Immunodeficiency Virus)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus yang menyerang sel darah putih
sehingga menyebabkan turunnya sistem
kekebalan tubuh
• AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
adalah sekumpulan gejala penyakit yang
timbul karena kekebalan tubuh yang menurun
yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Epidemiologi
Epidemiologi
Etiologi
• AIDS disebabkan oleh infeksi HIV
• HIV adalah virus RNA berbentuk sferis yang
termasuk retrovirus dari famili Lentivirus
Faktor Resiko
Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom

Penggunaan narkotika intravena


Multipartner, pasangan seksual terinfeksi HIV, kontak seks
per anal
Riwayat infeksi menular seksual
Riwayat menerima transfusi darah berulang tanpa
penapisan
Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik, atau sirkumsisi dengan
alat yang tidak di sterilisasi
Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS
Patofisiologi
• Limfosit CD4+ (sel T helper atau Th) merupakan target utama
infeksi HIV
• Beberapa sel lainnya yang dapat terinfeksi yang ditemukan
secara in vitro dan invivo adalah megakariosit, epidermal
langerhans, peripheral dendritik, folikular dendritik, mukosa
rektal, mukosa saluran cerna, sel serviks, mikrogilia, astrosit,
sel trofoblast, limfosit CD8, sel retina dan epitel ginjal
Patofisiologi
Patofisiologi
• Antigen gp120 yang berada pada permukaan HIV akan berikatan dengan CD4 serta
ko-reseptor kemokin CXCR4 dan CCR5, dan dengan mediasi antigen gp41 virus,
akan terjadi fusi dan internalisasi HIV.
• Di dalam sel CD4, sampul HIV akan terbuka dan RNA yang muncul akan membuat
salinan DNA dengan bantuan enzim transkriptase reversi.
• Selanjutnya salinan DNA ini akan berintegrasi dengan DNA pejamu dengan
bantuan enzim integrase. DNA virus yang terintegrasi ini disebut sebagai provirus.
• Setelah terjadi integrasi, provirus ini akan melakukan transkripsi dengan bantuan
enzim polimerasi sel host menjadi mRNA untuk selanjutnya mengadakan
transkripsi dengan protein-protein struktur sampai terbentuk protein.
• mRNA akan memproduksi semua protein virus. Genomik RNA dan protein virus ini
akan membentuk partikel virus yang nantinya akan menempel pada bagian luar
sel.
• Melalui proses budding pada permukaan membran sel, virion akan dikeluarkan
dari sel inang dalam keadaan matang. Sebagian besar replikasi HIV terjadi di
kelenjar getah bening, bukan di peredaran darah tepi
• Pemeriksaan laboratorium umum dilakukan untuk melihat defisiensi imun,
akan terlihat gambaran penurunan hitung sel CD4, inverse rasio CD4-CD8
dan hipergammaglobulinemia.
• Antibodi muncul di sirkulasi dalam beberapa minggu setelah infeksi.
Secara umum dapat dideteksi pertama kali sejak 2 minggu hingga 3 bulan
setelah terinfeksi HIV. Masa tersebut disebut “masa jendela” atau
windows period.
GEJALA HIV
Stadium
Klinis HIV
Stadium
Klinis HIV
CARA PENULARAN
3 cara penularan :
1. Kontak seksual
2. Suntikan atau transfusi darah yang tercemar virus HIV
3. Dari ibu ke bayi
Tabel 2.1 Resiko Penularan HIV melalui Cairan Tubuh

Risiko tinggi Risiko masih sulit Risiko rendah selama tidak


ditentukan terkontaminasi darah
Darah, serum Cairan amnion Muntah
Semen Cairan serebrospinal Feses
Sputum Cairan pleura Saliva
Sekret vagina Cairan peritoneal Keringat
Cairan perikardial Air mata
Cairan synovial Urin
TES DIAGNOSTIK HIV
Jenis pemeriksaan lab :
1. Tes serologi
• Tes cepat
• Tes Enzyme Immunoassay (EIA)
• Tes Western Blot
2. Tes virologi (PCR)
• DNA HIV kualitatif
• RNA HIV kuantitatif
Penegakan Diagnosis HIV
Ax
1. Demam (suhu>37,5°C) terus menerus atau
intermiten lebih dari satu bulan.
2. Diare yang terus menerus atau intermiten lebih
dari satu bulan.
3. Keluhan disertai kehilangan berat badan [BB)
>10% dari berat badan dasar.
4. Keluhan lain bergantung dari penyakit yang
menyertainya
 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Berat badan turun
b. Demam
2. Kulit
a. Tanda-tanda masalah kulit terkait HIV misalnya kulit kering,
dermatitis seboroik.
b. Tanda-tanda herpes simpleks dan zoster atau jaringan parut bekas
herpes zoster.
3. Pembesaran kelenjar getah bening
4. Mulut: kandidiasi oral, oral hairy leukoplakia, keilitis angularis
5. Dada: dapat dijumpai ronki basah akibat infeksi paru
6. Abdomen: hepatosplenomegali, nyeri, atau massa.
7. Anogenital: tanda-tanda herpes simpleks, duh vagina atau uretra
8. Neurologi: tanda neuropati dan kelemahan neurologis
Pemeriksaan Penunjang :
• Hitung jenis leukosit : Limfopenia dan CD4
<350 (CD4 sekitar 30% jumlah total limfosit)
• Tes HIV menggunakan stategi III  3 macam
titik tangkap yang berbeda
• Antibodi  terdeteksi dalam 2 minggu - 3
bulan setelah terinfeksi HIV yang disebut
masa jendela (window’s period)
Saat Memulai Terapi ARV
Rekomendasi cara memulai terapi ARV pada ODHA dewasa
 Tidak tersedia pemeriksaan CD4
Penentuan mulai terapi ARV didasarkan pada penilaian
klinis.

 Tersedia pemeriksaan CD4


Rekomendasi sesuai dengan hasil pemeriksaan:
• Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan jumlah CD4
<350 sel/mm3 tanpa memandang stadium klinisnya.
• Terapi ARV dianjurkan pada semua pasien dengan TB aktif,
ibu hamil dan koinfeksi Hepatitis B tanpa memandang
jumlah CD4.
Managemen
 Non farmakologi (Konseling dan Edukasi)
1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi
menular seksual (lMS, dan kelompok risiko
tinggi beserta pasangan seksualnya, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Memberikan informasi kepada pasien dan
keluarga tentang penyakit HIV/AIDS dan
disarankan untuk bergabung dengan kelompok
penanggulangan HIV/AIDS.
Farmakologi
 Panduan ARV Lini Pertama
Prinsip :
1. ARV harus 3 jenis obat yang terserap dan berada dalam dosis
terapeutik. Prinsip tersebut untuk menjamin efektivitas
penggunaan obat.
2. Membantu pasien agar patuh minum obat dengan
mendekatkan akses pelayanan ARV .
3. Menjaga kesinambungan ketersediaan obat ARV dengan
menerapkan manajemen logistik yang baik.
 Anjuran Pemilihan Obat ARV Lini Pertama Pada Dewasa

2 NRTI + 1 NNRTI

Mulailah terapi ARV dengan salah satu panduan ini:


 Panduan Lini Pertama yang direkomendasikan pada orang yang
belum pernah mendapat terapi ARV
 Paduan ART lini pertama pada anak usia < 5 tahun
 Dosis Terapi ARV
Kriteria Rujukan
• Rujukan horizontal bila fasilitas untuk
pemeriksaan HIV tidak dapat dilakukan di
layanan primer.
• Rujukan vertikal bila terdapat pasien HIV/AIDS
dengan komplikasi
Pencegahan
1. Untuk transmisi seksual:
• Program perubahan perilaku berisiko, termasuk promosi
kondom.
• Pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah.
• Konseling dan tes HIV.
• Skrening IMS dan penanganannya.
• Terapi antiretrovirus pada pasien HIV.
2. Untuk transmisi darah:
• Pengurangan dampak buruk penggunaan napza suntik.
• Keamanan penanganan darah.
• Kontrol infeksi di RS.
• Post exposure profilaksis.
3. Untuk transmisi ibu ke anak:
• Menganjurkan tes HIV dan IMS pada setiap ibu hamil.
• Terapi ARV pada semua ibu hamil yang terinfeksi HIV.
• Persalinan seksiosesaria dianjurkan.
• Dianjurkan tidak memberikan ASI ke bayi, namun diganti
dengan susu formula.
• Layanan kesehatan reproduksi.
Komplikasi
• Wasting Syndrome
• Komplikasi Neurologis
• HIV-Associated Nephropaty (HIVAN)
• Kanker terkait HIV
Prognosis
• Prognosis sangat tergantung kondisi pasien saat datang
dan pengobatan.
• Terapi ARV untuk memperpanjang masa hidup, belum
merupakan terapi definitive. Kematian dalam Terapi
Antriretroviral
• Penyebab kematian pasien dengan infeksi HIV
disebabkan karena penanganan infeksi oportunistik
yang tidak adekuat, efek samping ARV berat (Steven
Johnson Syndrome), dan keadaan gagal fungsi hati
stadium akhir (ESLD - End Stage Liver Disease) pada
kasus ko-infeksi HIV/HVB

Anda mungkin juga menyukai