Anda di halaman 1dari 47

Laporan Kasus

TB Paru Putus Obat

Nama: Edrick Ocerio


Pembimbing: dr. Ni Wayan Sudiarni, Sp.P
Identitas Pasien
PASIEN
• Nama Lengkap : Tn. F
• Usia : 37 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Jl. Muara Baru
• Suku Bangsa :
• Agama : Katolik
• Pekerjaan :
• Pendidikan : Tamat SMU
• Tanggal Masuk RS : 25 Oktober 2019
Anamnesis
• Keluhan Utama
Batuk darah dan sesak nafas sejak 22 jam SMRS

• Keluhan Tambahan
Penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, lemas,
keringat malam, dan lemas.
Riwayat Perjalanan Penyakit

22 jam SMRS
2007
• Batuk berdarah
• Sesak nafas
• Pasien batuk berdarah
• Minum obat
• Pengobatan OAT 4 bulan
phytomenadione &
• Pengobatan tidak selesai
glyceryl guaiacolate tidak
ada perbaikan
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• (-) Cacar (-) Malaria (-) Batu
• (-) Cacar air (-) Disentri (-) Burut (Hernia)
• (-) Difteri (-) Hepatitis (-) Penyakit prostat
• (-) Batuk rejan (-) Tifus abdominalis (-) Wasir
• (-) Campak (-) Skrofula (-) Diabetes
• (-) Influensa (-) Sifilis (-) Alergi
• (-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor
• (-) Kolera (-) Hipertensi (-) Penyakit Pembuluh
• (-) Demam Rematik Akut (-) Ulkus Ventrikuli (-) Perdarahan otak
• (-) Pneumonia (-) Ulkus duodeni (-) Psikosis
• (-) Pleuritis (-) Gastritis (-) Neurosis
• (+) Tuberkulosis (-) Batu Empedu (-) Stroke
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi +
Asma +
Tuberkulosis +
Artritis +
Rematisme +
Hipertensi +
Jantung +
Ginjal +
Lambung +
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
• ( - ) Kering ( - ) Rambut ( + ) Keringat malam
• ( - ) Kuku ( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Sianosis
• ( - ) Petekie ( - ) Purpura

Kepala
• ( - ) Trauma ( - ) Sakit kepala
• ( - ) Sinkop ( - ) Nyeri pada sinus

Mata
• ( - ) Nyeri (- ) Radang
• ( - ) Sekret ( -) Gangguan penglihatan
• ( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Ketajaman penglihatan

Telinga
• ( - ) Nyeri ( - ) Gangguan pendengaran
• ( - ) Sekret ( - ) Kehilangan pendengaran
• ( - ) Tinitus

Hidung
• ( - ) Trauma ( - ) Gejala penyumbatan
• ( - ) Nyeri ( - ) Gangguan penciuman
Mulut
• ( - ) Bibir kering ( - ) Lidah kotor
• ( - ) Gusi sariawan ( - ) Gangguan pengecap
• ( - ) Selaput ( - ) Stomatitis
Tenggorokan
• ( - ) Nyeri tenggorokan ( - ) Perubahan suara
Leher
• ( - ) Benjolan ( - ) Nyeri leher
Dada (Jantung/Paru)
• ( + ) Nyeri dada ( + ) Sesak nafas
• ( - ) Berdebar ( + ) Batuk darah
• ( - ) Ortopnoe ( + ) Batuk
Abdomen (Lambung/Usus)
• ( - ) Rasa kembung (-) Wasir
• ( - ) Mual (-) Mencret
• ( - ) Muntah (-) Tinja darah
• ( - ) Muntah darah (-) Tinja berwarna dempul
• ( - ) Sukar menelan (-) Tinja berwarna hitam
• ( - ) Nyeri perut (-) Benjolan
• ( - ) Perut membesar
• ( - ) Penyakit Prostat
Saluran Kemih / Alat kelamin
• ( - ) Disuria ( - ) Kencing nanah
• ( - ) Stranguria ( - ) Kolik
• ( - ) Poliuria ( -) Oliguria
• ( - ) Nokturia ( - ) Anuria
• ( - ) Hematuria ( - ) Retensi urin
• ( - ) Kencing batu ( - ) Kencing menetes
• ( - ) Penyakit Prostat
Saraf dan Otot
• ( - ) Anestesi (-) Sukar mengingat
• ( - ) Parestesi (-) Ataksia
• ( - ) Otot lemah (-) Hipo / hiperesthesi
• ( - ) Kejang (-) Pingsan
• ( - ) Afasia (-) Kedutan (“Tick”)
• ( - ) Amnesia (-) Pusing (vertigo)
• ( - ) Lain-lain
Ekstremitas
• ( -) Bengkak ( - ) Deformitas
• ( - ) Nyeri sendi ( - ) Sianosis
• (-) Kelemahan Ekstremitas
BERAT BADAN
• Berat badan sekarang (Kg) : 56 kg
• Berat badan tertinggi (Kg) : 64 kg

RIWAYAT HIDUP
• Riwayat Kelahiran
• Tempat lahir : ( ) Di rumah ( + ) Rumah Bersalin ( ) RS Bersalin ( ) Puskesmas
• Ditolong oleh : ( ) Dokter (+) Bidan ( ) Dukun ( ) Lain-lain

• Riwayat Imunisasi
• ( - ) Hepatitis ( + ) BCG ( + ) Campak ( + ) DPT
• ( + ) Polio ( + ) TFT

• Riwayat Makanan
• Frekuensi / Hari : 2 kali sehari
• Jumlah / Hari : 2 piring
• Nafsu makan : Menurun

• Pendidikan
• ( ) SD ( ) SMEA ( ) SLTP ( + ) SLTA ( ) Sekolah Kejuruan ( ) Akademi
• ( ) Universitas ( ) Kursus ( ) Tidak sekolah
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum (25 Oktober 2019)
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis
• Tekanan darah : 102/78 mmHg
• Frekuensi nadi : 78 x/menit
• Frekuensi napas : 20 x/menit
• Suhu : 36,8 C
• Berat badan : 56 kg
• Kesan status gizi : Kurang
• Sianosis : tidak ada
• Edema umum : tidak ada
• Ikterus : tidak ada
• Mobilitas : aktif
• Taksiran usia : sesuai
Kulit
• Warna coklat, skin phototype IV, pertumbuhan rambut merata, keringat umum, turgor baik, varises tidak ada, oedem tidak ada, ikterus tidak ada.

Kepala
• Normocephali, simetris, distribusi rambut merata, keriting, berwarna hitam.

Mata
• Eksoftalmus : tidak ada Eksoftalmus : tidak ada
• Kelopak : tidak oedem Lensa : jernih
• Konjungtiva : tidak anemis Visus : baik
• Gerakan mata : tidak ada hambatan Sklera :tidak ikterik
• Lapang pengluhatan : normal Tekanan bola mata :tidak meningkat

Telinga
• Tuli : tidak ada Membran timpani : intak
• Liang : lapang Penyumbatan : tidak ada
• Serumen : tidak ada Pendarahan : tidak ada
• Cairan : tidak ada

Hidung
• Napas cuping hidung : tidak ada Septum deviasi : tidak ada
• Deformitas : tidak ada
• Mukosa dan konka : tidak ada oedem/livid/hiperemis/pucat
• Sekret dan darah : tidak ada
Mulut
• Bibir : bentuk normal, tidak ada kelainan, warna bibir merah tua
• Lidah : normoglosia, hiperemis tidak ada, ulkus tidak ada, sianosis tidak ada
• Bukal : tidak ada hiperemis, tidak ada sianosis
• Uvula : tampak di linea mediana, tidak hiperemis, livid, maupun sianosis
• Faring : arkus faring simetris, tidak hiperemis, tidak ada PND, maupun pseudomembran
• Tonsil : ukruan T1-T1, tenang, tidak ada kelainan seperti kripta dan detritus
• Gigi : tidak ada caries dentis
• Trismus : tidak ada

Leher
• Bentuk leher normal, tampak lurus ditengah, JVP 5+2 cmH2O, kelenjar tiroid tidak teraba membesar,
kelenjar getah bening leher tidak tammpak membesar.

• Dada
• Bentuk : datar, tidak cekung
• Pembuluh darah : tidak melebar
• Buah dada : simetris, tidak ada retraksi putting susu
Paru-paru Pemeriksaan Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Kanan Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Palpasi Kiri Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
Vocal fremitus normal Vocal fremitus normal
Sela iga normal
Kanan Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
Vocal fremitus normal Vocal fremitus normal
Sela iga normal
Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang Sonor di seluruh lapang
paru paru

Kanan Sonor di seluruh lapang Sonor di seluruh lapang


paru paru
Auskultasi Kiri Suara napas bronchial Suara napas bronchial
Wheezing (-), ronki (+) Wheezing (-), ronki (+)
Kanan Suara napas bronchial Suara napas bronchial
Wheezing (-), ronki (+) Wheezing (-), ronki (+)
Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba epulsasi iktus kordis 1 cm medial linea midklavikularis kiri
Perkusi :
o Batas kanan : sela iga V, linea sternalis kanan dengan suara redup
o Batas kiri : sela iga V, kurang lebih 1 cm medial linea midklavikularis kiri dengan suara redup
o Batas atas : sela iga III, linea parasternalis kiri dengan suara redup

Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni regular, suara gallop maupun murmur tidak ada

Pembuluh Darah
Arteri temporalis : teraba pulsasi Arteri femoralis : teraba pulsasi
Arteri karotis : teraba pulsasi Arteri poplitea : teraba pulsasi
Arteri brakialis : teraba pulsasi Arteri tibialis posterior : teraba pulsasi
Arteri radialis : teraba pulsasi Arteri dorsalis pedis : teraba pulsasi
Abdomen
Inspeksi Datar , tidak terdapat shagging of the flanks, warna kulit tidak ikterik, tidak
ada spider nevii, tidak tampak dilatasi vena, tidak tampak smiling umbilicus.
Auskultasi Bising usus normal
Palpasi Dinding perut supel, tidak ada defans muscular, tidak ada nyeri tekan
epigastrium , hepar tidak teraba, Murphy’s sign negatif, lien tidak teraba,
ballottement negatif, undulasi negative
Perkusi Timpani, batas bawah hepar setinggi sela iga VII linea midklavikularis kanan
dengan suara pekak, batas atas hepar setinggi sela iga V linea midklavikularis
kanan dengan suara redup, shifting dullness negative

Lengan
Lengan Kanan Kiri
Otot Tonus Normotonus Normotonus
Massa Normal Normal
Sendi Normal Normal
Gerakan Pasif Pasif
Kekuatan 5555 5555

Oedem Tidak ada Tidak ada


Petekie/purpura Tidak ada Tidak ada
Sensoris normal normal
Tungkai dan kaki Kanan Kiri
Tungkai dan Kaki
Luka Tidak ada Tidak ada
Varises Tidak ada Tidak ada
Otot Tonus Normotonus Normotonus
Massa Normal Normal
Sendi Normal Normal
Gerakan Pasif Pasif
Kekuatan 5555 5555
Oedem Tidak ada Tidak ada
Petekie/purpura Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
sensorik normal normal

Refleks
Tipe Kanan Kiri
Refleks tendon ++ ++
Bisep ++ ++
Trisep ++ ++
Patela ++ ++
Achilles ++ ++
Refleks patologis Negatif Negatif
X ray

• TB paru aktif bilateral


• Effusi pleura dextra
DIAGNOSIS KERJA RENCANA
- TB paru putus obat  Sputum BTA TCM
 Rhontgent thorax

DIAGNOSIS BANDING
- Bronkopneumonia

PROGNOSIS
PENATALAKSANAAN
 Ad vitam : dubia ad bonam
• Codein 3 x 10 mg
 Ad functionam : dubia ad bonam
• Rifampisin 1 x 450 mg
 Ad sanationam : dubia ad bonam
• Isoniazid 1 x 300 mg
• Pirazinamid 1 x 1000 mg
• Etambuthol 1 x 1000 mg
• Ceftrirazone inj 1 x 2 gram
• Vitamin K inj 3 x 1
• Plasminex inj 3 x 1
FOLLOW UP
26 Oktober 2019, Pukul 06.30 WIB
S : Batuk masih sering, berdahak dan berdarah, lemas dan tidak nafsu
makan masih dirasakan, sesak dirasakan setelah batuk 27 Oktober 2019, Pukul 07.00 WIB
O : HR : 82 x/menit RR : 18 x/menit T: 36,9 oC S : Batuk darah berkurang
TD: 109/80 mmHg O : HR : 80 x/menit RR : 20 x/menit T: 36,8 oC
Mata : CA -/-, SI -/- TD: 110/80 mmHg
Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-) Mata : CA -/-, SI -/-
+ + Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-) + +
Pulmo (depan) : SN bronchial +/+, wheezing -/-, rhonki
+ + Pulmo (depan) : SN bronchial +/+, wheezing -/-, rhonki + +
Pulmo (belakang) : SN bronchial +/+, wheezing -/-, rhonki + + + +
Abdomen : Supel, Bising usus (+) Pulmo (belakang) : SN bronchial +/+, wheezing -/-, rhonki
Ekstremitas : Akral hangat Abdomen : Supel, Bising usus (+)
A : TB paru putus obat Ekstremitas : Akral hangat
dd/ bronkopneumonia A : Hemoptisis masif e.c TB paru putus obat
P : Codein 3 x 10 mg dd/ bronkopneumonia
Rifampisin 1 x 450 mg P : Bed Rest
Isoniazid 1 x 300 mg Rifampisin 1 x 450 mg
Pirazinamid 1 x 1000 mg Isoniazid 1 x 300 mg
Etambuthol 1 x 1000 mg Pirazinamid 1 x 1000 mg
Ceftrirazone inj 1 x 2 gram Etambuthol 1 x 1000 mg
Vitamin K inj 3 x 1
Plasminex inj 3 x 1
FOLLOW UP

28 Oktober 2019, Pukul 07.00 WIB 29 Oktober 2019, Pukul 17.00 WIB
S : Batuk darah berkurang S : Batuk darah berkurang
O : HR : 80 x/menit RR : 20 x/menit T: 36,8 oC O : HR : 85 x/menit RR : 20 x/menit T: 36,5 oC
TD: 110/80 mmHg TD: 115/80 mmHg
Mata : CA -/-, SI -/- Mata : CA -/-, SI -/-
Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-) + + + +
Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo (depan) : SN bronchial +/+, wheezing -/-, rhonki + + Pulmo (depan) : SN bronchial +/+, wheezing -/-, rhonki + +
+ + + +
Pulmo (belakang) : SN bronchial +/+, wheezing -/-, rhonki Pulmo (belakang) : SN bronchial +/+, wheezing -/-, rhonki
Abdomen : Supel, Bising usus (+) Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat Ekstremitas : Akral hangat
A : Hemoptisis masif e.c TB paru putus obat A : Hemoptisis masif e.c TB paru putus obat
dd/ bronkopneumonia dd/ bronkopneumonia
P : Bed Rest P : Bed Rest
Rifampisin 1 x 450 mg Rifampisin 1 x 450 mg
Isoniazid 1 x 300 mg Isoniazid 1 x 300 mg
Pirazinamid 1 x 1000 mg Pirazinamid 1 x 1000 mg
Etambuthol 1 x 1000 mg Etambuthol 1 x 1000 mg
Tuberculosis
• Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat
menyerang bagian tubuh mana pun, tetapi paling sering menyerang
paru-paru.
• Ini disebarkan melalui inhalasi bakteri dalam tetesan batuk atau
dihembuskan oleh seseorang dengan tuberkulosis infeksius.
Etiologi
• Berbentuk batang
• Tidak berspora
• Tidak berkapsul
• Dinding sel terdiri dari asam
mikolat, lilin kompleks
(complex waxes), trehalosa
dimikolat
Epidemiologi
• Kurang lebih 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis.
• Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya terjadi pada
negara berkembang
• 75% berada dalam usia yang produktif (20-49 tahun)
• Angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2-3 juta setiap
tahun.
• Indonesia sendiri menempati urutan ke-3 tertinggi di dunia setelah
China dan India.
Tuberkulosis Primer
Inhalasi M.TB

Fagosit oleh makrofag

Berkembang dalam
makrofag sehingga
lisis

Penyebaran ke
Membentuk lesi Limfangitis +
saluran dan kelenjar Komplex primer
focus primer ghon limfadenitis
limfe
Tuberculosis sekunder

Focus primer ghon Terjadi granuloma Menjadi laten Reinfeksi / reaktivasi

Sakit TB
Klasifikasi Pasien TB
A. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)

Tuberkulosis paru BTA (+)


• 2 dari 3 spesimen dahak menunjukan hasil BTA +
• 1 spesimen dahak menunjukan BTA + dan radiologi menunjukan gambaran TB
aktif.
• 1 spesimen dahak menunjukan BTA + dan biakan +

Tuberkulosis paru BTA (-)


• Spesimen dahak 3 kali menunjukan BTA - , gambaran klinis dan radiologi
menunjukan TB aktif dan tidak berespon dengan pengobatan antibiotik
spektrum luas.
• Spesimen dahak 3 kali menunjukan BTA - dan biakan +
Berdasarkan riwayat pengobatan
Kasus baru
• Belum pernah mendapat pengobatan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari 1 bulan.

Kasus kambuh (relaps)


• Pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat OAT dan dinyatakan sembuh
atau pengobatan sudah lengkap kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan BTA + atau biakan +.

Kasus Drop out


• Adalah pasien yang telah menjalani OAT lebih atau sama dengan 1 bulan,
dan tidak mengambil obat 2 minggu berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatan selesai.
Kasus gagal
• Pasien BTA + yang masih tetap +, atau kembali menjadi positif pada akhir bulan
ke-5 atau akhir pengobatan.
• Pasien BTA – yang menjadi BTA + dibulan ke 2.

Kasus kronik
• Pasien dengan hasil BTA masih + setelah selesai pengobatan ulang dengan
pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.

Kasus bekas TB
• Hasil BTA – dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB tidak aktif
dengan riwayat OAT adekuat.
• Gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan
serta pada foto thorax ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.
Diagnosis
• Gejala respiratori
• Batuk > 3 minggu
• Batuk berdarah
• Sesak napas
• Nyeri dada
• Gejala sistemik
• Demam
• Malaise, keringat malam, Penurunan berat badan, anoreksia
Pemeriksaan Fisik
• Gejala yang ditemukan tergantung luas kelainan organ dan organ yang
terlibat.
• Mula-mula tidak terjadi kelainan pada tuberkulosis paru tetapi
kelainan pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan umumnya terletak
pada lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior
serta daerah apeks lobus inferior.

• Pada pemeriksaan ditemukan antara lain :


• Suara napas bronkial, amforik, ronki basah, tanda-tanda penarikan
paru, diafragma, dan mediastinum.
Pemeriksaan Bakteriologi
Bahan pemeriksaan
• Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
Liquor cerebrospinal (LCS), bilasan bronkus, bilasan lambung, Bronchoalveolar
Lavage, urin, feses, jaringan biopsi.

Cara pengambilan dahak


• Pengambilan dahak lakukan 3 kali yaitu Sewaktu (saat datang pertama kali) –
pagi (saat baru bangun tidur) – sewaktu (saat mengantarkan dahak pagi) atau
dikumpulkan setiap pagi 3 kali berturut-turut.

Cara pemeriksaan
• Pemeriksaan mikroskopik dapat dengan pewarnaan Ziehl Neelsen atau Tan
Thiam Hok (gabungan Kinyoun Gabbett), dan biakan dengan cara sederhana.
Pemeriksaan Radiologis
• Luas lesi :
• Minimal tidak lebih dari sela iga depan setinggi chondrostermal junction sela
iga ke 2 dan prosesus spinosus Th ke 4, serta tidak dijumpai kavitas.
• Luas  proses lebih luas dari lesi minimal

• Destroyed lung (menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat) :


• Atelektasis
• Multicaviti
• Fibrosis parenkim paru
• Gambaran radiologis TB inaktif:
• Fibrotik
• Kalsifikasi
• Ranke Complex

• Gambaran radiologis lesi TB aktif :


• Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus
atas paru dan segmen superior lobus bawah
• Kaviti terutama lebih dari satu , dikelilingi oleh bayangan berawan
atau nodular
• Bayangan bercak milier
• Efusi pleura
Pemeriksaan Penunjang lain

BACTEC
• Adalah metode radiometric. Mycobacterium tuberculosis memetabolisme asam
lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth index-nya.
PCR
• Merupakan pemeriksaan yang mendeteksi DNA,termasuk DNA M. tuberculosis.
Serologi
• ELISAmerupakan uji serologi yang mendeteksi respon humoral berupa proses antigen-
antibodi yang terjadi. Masalah dalam teknik ini adalah kemungkinan antibody menetap dalam
jangka waktu lama.
• Immunochromatographic (ICT) uji serologi untuk mendeteksi M. tuberculosis dalam serum
yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis.
• Mycodot untuk mendeteksi antibody antimikobakterial dalam tubuh manusia. Uji ini
menggunakan antigen lipoarabinomanan (LAM) yang direkatkan oleh suatu alat yang berbentuk
sisir plastic.
• IgG TB adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi antibody IgG dengan
antigen spesifik untuk M.tuberculosis. Metode ini lebih sering digunakan untuk mendeteksi TB
ekstra paru, tapi tidak cukup baik untuk mendeteksi TB paru pada anak.
Analisis cairan pleura
• Uji rivalta +, kesan cairan eksudat, sel limfosit dominan,dan glukosa rendah.

Pemeriksaan histopatologi jaringan (PA)


• Pada tuberculosis ditemukan adanya necrosis caseosa dengan adanya
granuloma dan ditemukan adanya sel datia langhans.

Pemeriksaan darah
• Laju Endap Darah (LED) mungkin meninggi, tetapi tidak dapat merupakan
indikator untuk aktivitas penyakit.

Uji Tuberkulin (PPD)


• Kurang berarti pada orang dewasa.
Pengobatan TB
• Menyembuhkan pasien dalam jangka pendek dengan gangguan yang
minimal.
• Mencegah kematian karena penyakit yang aktif atau efek lanjutannya.
• Mencegah relaps.
• Mencegah timbulnya kuman yang resisten.
• Melindungi masyarakat dan penularan
Pengobatan lini 1

Jenis OAT sifat Harian 3xseminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5 10


(4-6) (8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10 10


(8-12) (8-12)

Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25 35


(20-30) (30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15 15


(12-18) (12-18)

Ethambutol (E) Bakteriostatik 15 30


(15-20) (20-35)
Panduan Pemberian OAT

• Kategori 1 (2 RHZE/ 4 RH atau 2 RHZE/ 4 R3H3)


BTA +
BTA – lesi luas

• Kategori 2 (2 RHZES/ 1 RHZE/ 5 RHE)


Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien putus obat
Efek samping

Isoniazid (H)
• Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda neuritis perifer (kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot).
Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin B kompleks.

Rifampisin (R)
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan simtomatik adalah:
• Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
• Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare
• Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan

Efek samping yang berat tapi jarang terjadi ialah :


• Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dulu
• Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal, bila salah satu dari gejala ini terjadi rifampisin harus segera
dihentikan.
• Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas.

Efek lainnya:
• Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata, air liur.
Pirazinamid (Z)
• Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat, Nyeri sendi juga dapat terjadi
(beri aspirin) dan Gout.

Etambutol (E)
• Gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman, buta warna untuk
warna merah dan hijau.
• Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah
obat dihentikan.

Streptomisin (S)
• kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan dan
pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan
peningkatan dosis yang digunakan dan umur penderita.
Pengobatan TB pada Keadaan Khusus
Kehamilan
• Hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai
pada kehamilan karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta.

Ibu menyusui dan bayinya


• Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Pengobatan pencegahan dengan INH dapat diberikan
kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.

Pasien TB pengguna kontrasepsi


• Rifampisin efektifitas kontrasepsi, sebaiknya mengggunakan kontrasepsi non-hormonal, atau
kontrasepsi yang mengandung estrogen dosis tinggi (50 mcg).

Pasien TB dengan infeksi HIV/AIDS


• Tatalaksanan pengobatan TB pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS adalah sama seperti pasien TB
lainnya.
Pasien TB dengan hepatitis akut
• Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik, ditunda sampai
hepatitis akutnya mengalami penyembuhan.

Pasien TB dengan kelainan hati kronik


• Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali OAT tidak diberikan dan bila telah dalam
pengobatan, harus dihentikan.
• Kalau peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan dapat dilaksanakan atau diteruskan dengan
pengawasan ketat. Pasien dengan kelainan hati, Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan.

Pasien TB dengan gagal ginjal


• S dan E tidak dapat diberikan karena ekskresi melalui ginjal.

Pasien TB dengan Diabetes Melitus


• Penggunaan Rifampisin dapat mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonil urea)
sehingga dosis obat anti diabetes perlu ditingkatkan. Pada pasien Diabetes Mellitus sering terjadi
komplikasi retinopathy diabetika, oleh karena itu hati-hati dengan pemberian etambutol, karena
dapat memperberat kelainan tersebut.
Pemantauan dan Hasil Pengobatan TB
Hasil Pengobatan
Sembuh
• Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan
apusan dahak ulang (follow-up) hasilnya negatif pada AP dan pada satu
pemeriksaan sebelumnya

Pengobatan Lengkap
• Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak
tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada AP dan pada satu
pemeriksaan sebelumnya.

Meninggal
• Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
Putus berobat
• Pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatannya selesai.

Gagal
• Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

Pindah (Transfer out)


• Pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan (register) lain
dan hasil pengobatannya tidak diketahui.
Kesimpulan
• Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang paling sering menyerang paru-paru Penularan terjadi karena kuman
dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara.
• Beberapa gejala respiratorik khas dari tuberculosis berupa batuk > 3 minggu,
batuk berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala sistemik berupa demam,
malaise, keringat malam, penurunan berat badan, dan anoreksia. Pemeriksaan
bakterologis seperti pemeriksaan BTA penting untuk memastikan diagnosis TB.
• Pada kasus ini, diagnosis kerja pasien adalah effusi pleura dextra ec. suspek TB
paru dikarenakan gejala klinis dan radiologi yang mendukung tetapi, diagnosis
banding pneumonia masih belum dapat disingkirkan karena terdapat beberapa
gejala klinis dan pemeriksaan fisik yang mendukung. Diagnosis pasti TB masih
belum dapat ditegakan karena masih menunggu hasil BTA.

Anda mungkin juga menyukai