Anda di halaman 1dari 45

KEBIJAKAN DAN PROGRAM STRATEGIS

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

Oleh:
Direktur Bina Kesertaan KB Jalur Pemerintah
BKKBN

Disampaikan pada Kegiatan Supervisor Training Survei Kinerja Akuntabilitas Program (SKAP) Tahun 2018
Bekasi, 3 April 2018
PENDAHULUAN
TUGAS DAN FUNGSI
(Perka BKKBN nomor 72 Tahun 2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja BKKBN)

Deputi Bidang Keluarga Tugas:


Berencana dan Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang
Kesehatan Reproduksi keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

Fungsi:
1. perumusan kebijakan teknis di bidang keluarga berencana
dan kesehatan reproduksi;
2. pelaksanaan kebijakan teknis di bidang keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi;
3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi;
4. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi; dan
5. pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi di bidang
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM
SASARAN PEMBANGUNAN BIDANG KEPENDUDUKAN DAN KB
(RPJMN 2015-2019)

No INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2015-


2019

1 Angka kelahiran total (total 2,37 2,36 2,33 2,31 2,28 2,28
fertility rate/TFR) per WUS (15-
49 tahun)

2 Persentase pemakaian 65,2 65,4 65,6 65,8 66,0 66,0


kontrasepsi (contraceptive
(all methods) (all methods) (all methods) (all methods) (all methods) (all methods)
prevalence rate/CPR)
3 Menurunnya tingkat putus 26,0 25,7 25,3 25,0 24,6 24,6
pakai kontrasepsi

4 Meningkatnya penggunaan 20,5 21,1 21,7 22,3 23,5 23,5


Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) (persen)

5 Persentase kebutuhan ber-KB 10,60 10,48 10,26 10,14 9,91 9,91


yang tidak terpenuhi (unmet
need)(%)

5
SASARAN, INDIKATOR KINERJA & TARGET PROGRAM KKBPK

Program Sasaran Indikator kinerja Target 2017 Target 2018

Program Terlaksananya 1. Jumlah peserta KB baru/ PB (juta) 7.43 7.39


Kependuduk program
an, KB & Kependudukan, 2. Age Spesific Fertility Rate (ASFR) 15-19 42/1000 40/1000
Pembangun KB dan tahun Perempuan Perempuan
an Keluarga Pembangunan 15 -19 th 15-19 th
Keluarga di 3. Persentase PUS yang memiliki 31 50
seluruh pengetahuan dan pemahaman tentang
tingkatan semua jenis metode kontrasepsi
wilayah modern
4. Persentase keluarga yang memiliki 30 40
pemahaman dan kesadaran tentang
fungsi keluarga
5. Indeks pengetahuan remaja tentang 50 51
generasi berencana
6. Persentase masyarakat yang 46 48
mengetahui tentang isu kependudukan
7. Jumlah ketersediaan data dan informasi 1 1
keluarga (Pendataan keluarga yang
akurat dan tepat waktu)
6
PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
NOMOR 199 TAHUN 2016 TENTANG
RENCANA STRATEGIS BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2015 - 2019

KEBIJAKAN BIDANG KB DAN KR:


Meningkatkan akses pelayanan KB dan KR yang merata dan berkualitas

STRATEGI:
1. Penguatan dan pemaduan kebijakan dalam sistem SJSN Kesehatan
(kemudahan akses terhadap fasilitas pelayanan KB di setiap
tingkatan wilayah);
2. Penggerakan pelayanan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) serta KB Pascapersalinan dan Pascakeguguran;
3. Peningkatan jaminan ketersediaan alokon & sarana pelayanan KB;
4. Peningkatan pelayanan secara statis dan dan bergerak di DTPK;
5. Peningkatan kapasitas tenaga medis dan penguatan kapasitas
tenaga lapangan untuk mendukung penggerakan dan penyuluhan
KB;
6. Promosi dan konseling kesehatan dan hak-hak reproduksi;
7. Penguatan kemandirian ber-KB.
SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA DEPUTI BIDANG KB DAN KR
TAHUN 2015-2019

Sasaran Strategis:
1. Meningkatnya jumlah Peserta KB Aktif (PA) tambahan
2. Meningkatnya peserntase kesertaan ber KB di daerah tertinggal,
Perbatasan dan Kepulauan terluar (DTPK)

NO INDIKATOR BASELINE RENSTRA TARGET KINERJA


TARGET 2015 2016 2017 2018 2019
2014
1 Jumlah PA - - - 1.150.000 965.000 744.000
Tambahan
2 Persentase 122 12% 24% 36% 48% 60%
peningkatan Kabupaten
kesertaan KB di
Daerah Terpencil,
Perbatasan dan
Kepulauan Terluar
(DTPK)
PROGRAM DEPUTI BIDANG KB DAN KR

SASARAN Meningkatnya kesertaan ber-KB, Promosi dan


PROGRAM Konseling Kespro
Indikator:
1. Jumlah Peserta KB aktif (PA) Tambahan
2. Persentase peningkatan kesertaan KB di Daerah
Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan Terluar (DTPK)

PENINGKATAN
PENINGKATAN PEMBINAAN PENINGKATAN
PENINGKATAN
PEMBINAAN STANDARISASI KESERTAAN KB
KUALITAS
KESERTAAN BER- KAPASITAS TENAGA DIWILAYAH DAN
KESEHATAN
KB JALUR KESEHATAN SASARAN
PELAYANAN KB DAN REPRODUKSI
PEMERINTAH KHUSUS
KR
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (1)
INDIKATOR TAHUN 2018

1. PUS yang mendapatkan jaminan 54,5%


ketersediaan alat dan obat kontrasepsi
PENINGKATAN (alokon) melalui SJSN Kesehatan 71.1%
PEMBINAAN KESERTAAN (dari 53.342 asumsi
BER-KB JALUR 2. Faskes yang mendapatkan pemenuhan faskes yang
PEMERINTAH sarana, alokon sesuai dengan standar bekerjasama dengan
pelayanan KB SJSN kesehatan th.
2019)
3. fasilitasi pembinaan kesertaan ber-KB 12 kali di setiap
Jalur Pemerintah provinsi

1. Faskes dan jejaringnya yang memiliki 66%


PENINGKATAN tenaga kesehatan terstandarisasi/ (dari 53.342 asumsi
PEMBINAAN kompeten dalam pelayanan KB dan KR (1 faskes yang
STANDARISASI KAPASITAS faskes yang sudah bekerjasama dengan bekerjasama dengan
SJSN Kesehatan memiliki 1 dokter dan atau SJSN kesehatan th.
TENAGA KESEHATAN 2019)
1 bidan terstandarisasi/kompeten)
PELAYANAN KB DAN KR
2. Peserta KB (PBI dan non PBI) yang 64,5%
dilayani di Faskes Swasta dan
jejaringnya
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (2)
INDIKATOR TAHUN 2018

1. Daerah Tertinggal, Perbatasan dan 48 % kabupaten


Kepulauan terluar (DTPK) dan Wilayah Gaciltas dan 55%
Miskin Perkotaan yang Difasilitasi dalam wilayah miskot
PENINGKATAN
Pembinaan Kesertaan Ber-KB
KESERTAAN KB
DIWILAYAH DAN 2. Fasilitasi Pembinaan KBKR di Daerah 34 Provinsi
SASARAN KHUSUS Tertinggal, Terpencil dan Kepulauan
terluar (DTPK), Wilayah Miskin Perkotaan
dan Sasaran Khusus (KB Pria)

1. Faskes KB yang memiliki tenaga


pelayanan KB yang memenuhi standar 35.206 Faskes
dalam melaksanakan promosi dan
konseling kesehatan dan hak-hak
reproduksi yang berkualitas
PENINGKATAN KUALITAS 2. Kelompok Kegiatan (BKB-BKR-BKL- 53.009 Poktan
KESEHATAN REPRODUKSI UPPKS dan PPKS) yang mendapatkan
promosi dan konseling kesehatan, serta
hak-hak reproduksi yang berkualitas
(memenuhi standar)
3. Jumlah fasilitasi Kesehatan Reproduksi 34 provinsi
Kebijakan penyediaan alat dan obat kontrasepsi

Berdasarkan perhitungan Perkiraan Permintaan Masyarakat


(PPM) dengan arah kebijakan:

1. Pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi bagi seluruh keluarga


pra sejahtera dan sejahtera I

2. Pemenuhan seluruh kebutuhan alat dan obat kontrasepsi di 7 provinsi:


Aceh, NTT, NTB, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat

3. Pemenuhan kebutuhan IUD, implan dan kondom bagi seluruh PUS

4. Pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi bagi seluruh peserta


JKN (PUS)

CATATAN:
UNTUK PERENCANAAN KEBUTUHAN PIL, SUNTIK DAN KONDOM TAHUN 2018, SELAIN
DATA PPM MENGGUNAKAN KOMBINASI DATA KONSUMSI DAN DATA PELAYANAN 
ACUAN BUKU REFERENSI KUANTIFIKASI ALOKON
ALKON DAN SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KONTRASEPSI
*) Pemetaan
ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KB kebutuhan
PROGRAM *) tahun 2018, Penyediaan melalui DAK sarana
pelayanan
Kabupaten/Kota) KB di faskes
oleh
Kab/Kota
IUD COPPER T CU 380 A IUD KIT *)

SUSUK KB II/IMPLAN GYNECOLOGY BED *)


TIGA TAHUNAN
(PROGESTIN)

SUNTIK KB I TIGA BULANAN IMPLAN REMOVAL KIT *)


(PROGESTIN)

PIL KB I KOMBINASI VASEKTOMI TANPA PISAU


(VTP) KIT *)

KONDOM ALAT BANTU PENGAMBILAN


KEPUTUSAN BER KB (ABPK)
UNTUK KONSELING KB

BUKU PANDUAN PRAKTIS


PELAYANAN KONTRASEPSI
(BP3K) UNTUK PROVIDER
KEBIJAKAN TERKAIT FASKES
Berdasarkan Permenkes 71/2013 tentang pelayanan Kesehatan dalam JKN

FKRTL Klinik Utama RS Umum RS Khusus


(tipe A, B, C, D) termasuk RSIA
Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat
Lanjutan

FKTP Puskesmas Praktik Dokter Klinik Pratama RS D Pratama

Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama

Jaringan Jejaring Jejaring Jejaring Jejaring

• Dalam Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
Puskesmas memiliki jaringan pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas Pembantu (Pustu), Bidan di desa, dan
Puskemas Keliling (Pusling)

• Bidan Praktik Mandiri dapat menjadi jejaring dari puskesmas atau FKTP lainnya yang telah bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.
Klasifikasi Pelayanan KB di Faskes
Konseling
Faskes
tingkat a. Faskes yang Pemberian pil, suntik dan kondom
pertama melayani KB Penanggulangan efek samping & komplikasi
(FKTP) Sederhana sesuai dengan kemampuan
- Puskesmas Upaya rujukan
1.
- Klinik
Pratama
b. Faskes yang Pelayanan KB sederhana Plus pemasangan
- Praktik
dokter melayani KB IUD/implan
- RS Tipe D
pratama
Lengkap Dan atau pelayanan vasektomi

c. Faskes yang Pelayanan KB lengkap pada pasca persalinan


Faskes
melayani KB Plus pemberian layanan tubektomi
rujukan
tingkat Sempurna dan vasektomi
2. lanjutan
(FKRTL)
- RS d. Faskes yang Pelayanan KB Sempurna Plus pemberian
- Klinik melayani KB layanan rekanalisasi dan penanggulangan
Utama Paripurna infertilitas
Pelayanan KB dalam Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) bidang Kesehatan
DASAR HUKUM PELAYANAN KB SJSN
UU No. 40 / 2004 Tentang SJSN

UU No. 36 / 2009 Tentang Kesehatan

UU No. 24 / 2011 Tentang BPJS

UU No. 23/ 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Perpres No. 12 / 2013 Tentang Jaminan Kesehatan

Perpres No. 19 / 2016 Tentang Perubahan Kedua atas Perpres No. 12/2013
tentang Jaminan Kesehatan
Permenkes No. 99/ 2015 Tentang Perubahan atas Permenkes No 71 / 2013 Tentang
Pelayanan Kesehatan pada JKN
Permenkes No. 52 / 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
Permenkes No. 64 / 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
UU NO 40 TAHUN 2004 TENTANG
SJSN
BAB VI Program Jaminan Sosial
Bagian Kesatu
Jenis Program Jaminan Sosial

Pasal 22
(1) Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa
pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang
diperlukan

Penjelasan
Yang dimaksud pelayanan kesehatan dalam pasal ini meliputi pelayanan dan
penyuluhan kesehatan, imunisasi, pelayanan keluarga berencana, rawat
jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat dan tindakan medis lainnya…………..
Peraturan Presiden RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
atas Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan

Pasal 21
(4). Pelayanan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi konseling, pelayanan kontrasepsi
termasuk vasektomi dan tubektomi, bekerjasama dengan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(4a) Ketentuan mengenai pemenuhan kebutuhan alat dan
obat kontrasepsi bagi peserta jaminan kesehatan di fasilitas
kesehatan diatur dengan Peraturan Kepala Badan
kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(5). Vaksin untuk imunisasi rutin serta alat dan obat kontrasepsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4a) disediakan
oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai
PERMENKES RI NO. 52 TAHUN 2016 TENTANG
STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN
KESEHATAN

Tarif Pelayanan KB :
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) : kapitasi & non kapitasi
a. Tarif Kapitasi: Pil dan Kondom
b. Tarif non kapitasi

2. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) : INA CBGS


ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN
Isu strategis dan tantangan (1)
1. KB modern mengalami penurunan (57,2%) meskipun KB all method meningkat
menjadi 63,6%, karena adanya peningkatan metode KB tradisional menjadi 6,4%
(laporan Sementara SDKI 2017)

2. Unmet Need masih Tinggi sebesar 10,6 (Laporan sementara SDKI 2017)

3. Disparitas Kesertaan Ber KB antar provinsi belum merata (25,8% di Papua Barat
sampai 35,59% di Kalimantan Tengah 69,4% (laporan sementara SDKI 2017)

4. KB MKJP mengalami peningkatan, namun angka putus pakai MKJP masih cukup
tinggi (IUD 9%, Implan 6,4%) (laporan sementara SDKI 2017)

5. Angka Putus Pakai masih Tinggi Pil sebesar 46,1% dan Suntik sebesar 28,7% (laporan
sementara SDKI 2017)

6. Angka kematian Ibu masih tinggi (Data rutin Kesga, kemenkes 2016)

7. Capaian peserta KB baru (PB) tidak berdampak terhadap penambahan Peserta KB


aktif (PA) modern bahkan mengalami minus (laporan umpan balik Dallap 2017)
Isu strategis dan tantangan (2)
8. Kontribusi KB Pascapersalinan dan Pascakeguguran terhadap capaian PB masih
rendah hanya sebesar 22,4% (Laporan umpan balik Pelkon 2017

9. Jumlah Fasilitas kesehatan (Faskes) yang melayani KB yang bekerjasama dengan BPJS
Kes masih rendah (47,62%) (data potensi faskes 2017) dan Bidan yang terlatih belum
berjejaring dengan FKTP;

10. Retensi pelayanan KB MKJP pasca pelatihan;

11. Penggarapan wilayah unmet need belum optimal

12. Kesertaan KB Pria masih rendah  kultur/budaya/agama, rendahnya pengetahuan


masyarakat, kurangnya sosialisasi

13. Pelayanan KB bergerak masih harus di sinkronkan dalam era SJSN Bidang kesehatan

14. Promosi dan konseling hak-hak reproduksi di fasilitas kesehatan dan poktan belum
berjalan optimal
PROFIL PROGRAM KB INDONESIA
PENCAPAIAN TFR, CPR, UNMET NEED, ASFR15-19 (SDKI)
CPR
140 61.4 61.9 63.6
57.4 60.3
120 54.7
49.7
100
80
52.1 54.7 56.7 57.4 57.9 57.2
60 47.1
40
TARGET RPJMN 2019 : TARGET RPJMN 2019 : All methods
TFR : 2,28 Per WUS 20
CPR : 66% Modern
0
1991 1994 1997 2002 2007 2012 2017

ASFR 15-19
80
70
67
60 61 62
50
48
40 39 35 36
30
20
TARGET RPJMN 2019 :
10
ASFR 15-19 : 38 per 1000 Kelahiran
0
1991 1994 1997 2002 2007 2012 2017

Source : SDKI 1991-2012


Hasil sementara SDKI 2017
Witjaksono, 2013
TOTAL FERTILITY RATE (TFR) PER PROVINSI
NTT 3.4
Papua 3.3
Maluku 3.3
Papua Barat 3.2
Maluku Utara 2.9

TFR Prov > TFR Nas


Riau 2.9
Sumatera Utara 2.9
Sulawesi Tenggara 2.8
Kalimantan Utara 2.8
Sulawesi Barat 2.7
Sulawesi Tengah 2.7
Kalimantan Timur 2.7
Kailmantan Barat 2.7
Aceh 2.7
Sumatera Selatan 2.6
Gorontalo 2.5
Kalimantan Tengah 2.5
NTB 2.5 19 Prov
Sumatera Barat 2.5
Indonesia 2.4
Sulawesi Selatan 2.4

TFR Prov ≤ TFR Nas


Kalimantan Selatan 2.4 15 Prov
Jawa Barat 2.4
Banten 2.3
Jawa Tengah 2.3 Target Renstra 2015-2019
Bangka Belitung 2.3 INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
Lampung 2.3
Bengkulu 2.3 Angka kelahiran total 2,37 2,36 2,33 2,31 2,28
Jambi 2.3 (total fertility rate/TFR)
Sulawesi Utara 2.2 per WUS (15-49 tahun)
D.I Yogyakarta 2.2
DKI Jakarta 2.2
Kepulauan Riau 2.2
Bali 2.1
Jawa Timur 2.1
Sumber : Hasil Sementara SDKI 2017
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
UNMET NEED PER PROVINSI (%)

Unmet need Prov > Unmet need Nas


Papua Barat 11 12.7 23.7
Maluku 8.8 10.2 19
Maluku Utara 7.7 10 17.7
NTT 9.8 7.7 17.6
Kalimantan Utara 6.2 9.6 15.8
NTB 7.9 7.7 15.7
DKI Jakarta 6.5 9.2 15.7
Papua 6 9.2 15.2
Sulawesi Tenggara 8.2 7 15.2
Sulawesi Barat 7 7.6 14.6
Sulawesi Selatan 6.3 8 14.4
Gorontalo 3.9 9.1 12.9
Sulawesi Utara 4.8 7.6 12.4
Aceh 5.6 6.7 12.3
Riau 5.8 5.5 11.3
Jawa Barat 4 7 11
Jawa Tengah 3.7 7.1 10.8
Bali 2.6 8 10.7
Sumatera Utara 3.8 6.9 10.7 19 Prov
Indonesia 4.1 6.5 10.6
Kalimantan Timur 4 6.2 10.2
15 Prov

Unmet need Prov < Unmet need Nas


Kepulauan Riau
Kalimantan Barat
3.7
5.3
6.3
4.5
10.1
9.8
Target Renstra 2015-2019
Banten 4.2 5.7 9.8
Sulawesi Tengah 3.1 6.3 9.4 INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
Sumatara Barat 2.9 6.2 9.1
Sumatera Selatan 2.7 5.9 8.6 Persentase kebutuhan ber- 10,60 10,48 10,26 10,14 9,91
Kalimantan Selatan 2.5 6 8.5 KB yang tidak terpenuhi
Lampung 3.2 5.2 8.4 (unmet need)(%)
Jawa Timur 2.7 5 7.8
Bengkulu 2.8 4.1 6.9
Jambi 2.9 3.9 6.8 Penjarangan
Kalimantan Tengah 2.1 4.2 6.3 Pembatasan
D.I Yogyakarta 1.8 4.4 6.3 Total Unmet Need
Bangka Belitung 1.5 4.1 5.6

0 10 20 30 40 50
Sumber : Hasil Sementara SDKI 2017
PA MKJP DAN NON MKJP TERHADAP CPR CARA MODERN (%)
NTT 57.63 42.37
Sumatera Utara 59.82 40.18
Gorontalo 62.18 37.82
Bali 62.41 37.59
D.I Yogyakarta

%PA MKJP Prov > %PA MKJP Nas


67.82 32.18
DKI Jakarta 68.71 31.29 Target Renstra 2015-2019
Jawa Tengah 70.99 29.01
Papua 71.79 28.21 INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
NTB 72.58 27.42
Meningkatnya 20,5 21,1 21,7 22,3 23,5
Sumatera Barat 72.80 27.20
Sulawesi Utara 73.28 26.72 penggunaan
Maluku Utara 73.65 26.35 MKJP
Sumatera Selatan 74.27 25.73 (persen)
Bengkulu 75.12 24.88
Papua Barat 75.77 24.23
Sulawesi Tengah 76.01 23.99 16 Prov
Indonesia 76.64 23.36
Maluku 76.73 23.27

%PA MKJP Prov < %PA MKJP Nas


Kepulauan Riau 77.00 23.00
18 Prov
Sulawesi Barat 77.16 22.84
Jawa Timur 77.18 22.82
Sulawesi Selatan 78.64 21.36
Lampung 78.69 21.31
Sulawesi Tenggara 78.71 21.29
Kalimantan Timur 80.13 19.87
Bangka Belitung 80.87 19.13
Jawa Barat 81.48 18.52
Jambi 81.57 18.43
Kalimantan Utara 81.88 18.12
Aceh 83.41 16.59
Riau 83.60 16.40
Kalimantan Barat 84.87 15.13
Kalimantan Tengah 85.71 14.29
Banten 87.09 12.91
Kalimantan Selatan 88.18 11.82
0 20 40 60 80 100 120

NON MKJP MKJP


Sumber : Hasil Sementara SDKI 2017
TINGKAT EFEKTIFITAS METODE KONTRASEPSI
Kehamilan per 100 perempuan dalam 12 Pedoman
bulan pertama pemakaian
Metode Kontrasespi
Dipakai secara tepat Dipakai secara Biasa
dan konsisten

Implan 0,05 0,05 0 – 0,9


MKJP
Kontap Pria (Vasektomi) 0,1 0,15 Sangat efektif
IUD Levonorgestrel 0,2 0,2
Kontap wanita (tubektomi) 0,5 0,5 1–9
IUD Tcu 380A 0,6 0,8 Efektif
Suntikan kombinasi sebulan sekali 0,05 2

non- Suntikan progestin 0,3 3 10 - 25


MKJP Pil Kombinasi 0,3 8 Cukup efektif
Pil Progestin 0,3 8
Kondom Pria 2 15 26 - 32
Metode Laktasi Amenorea 0,9 2 Kurang efektiif
Metode Kalender 5
Senggama terputus 4 27
Tidak menggunakan kontrasepsi 85 85

Sumber: WHO, MEC Wheel Indonesia 2017


POLA PENGGUNAAN KB MKJP

Sumber : SDKI 1991 , 1994, 1997, 2002, 2007, 2012 dan 2017
% Tingkat Putus Pakai Per Metode % Tingkat Putus Pakai Kontrasepsi
Kontrasepsi berdasarkan Alasannya

Semua Metoda 28.8 Ketidakberlangsungan 28.8


PIL 46.1 Efek Samping/Masalah Kesehatan 11.4
SUNTIK 27.8
Keinginan Hamil 5.2
KONDOM 26.6
Kesuburan lainnya terkait alasan )* 4.5
Pantang Berkala 26.5
Ingin Metoda Lain yang efektif 2.9
Senggama Terputus 25.5

IUD 9
Alasan Lainnya 1.9

IMPLAN 6.4
Kegagalan Metoda 1.6
MOW 0.7 Metoda lain terkait alasan )** 1.3
0 10 20 30 40 50 0 5 10 15 20 25 30 35

Target Renstra 2015-2019 Keterangan :


)* Termasuk Frekuensi tidak berhubungan seks/ suami jauh,
INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 susah hamil/menolak menopause dan pisah/cerai
26,0 25,7 25,3 25,0 24,6 )** Termasuk kurang akses/ jauh, baiya mahal, dan tidak
Menurunnya tingkat
nyaman digunakan
putus pakai
kontrasepsi
Sumber : Hasil Sementara SDKI 2017
JUMLAH KEMATIAN IBU TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017

900
797
800
700 602
600 534
500 TAHUN 2016
400
300 253 240 Total : 4,912
182 169 156
200 142 139 130 108
103 97 96 95 94 92 92 86 74 73 73
100 61 59 54 50 49 47 46 41 39
24 15
0

800 695
700 TAHUN 2017
Total : 4,294
600 529
475
500
400
300 230 193
200 147 138 119 119 117 113 110
107 103 97 91 86 86 75 74
100 61 59 53 53 53 45 44 43 39 34 33 28 24
21
0

KALTARA
RIAU

KALBAR

KALSEL
LAMPUNG

KALTIM

SULTENG

PAPBAR
Banten
JATIM

SUMUT

Bali

Kep. BABEL
MALUKU

DIY
SULUT
MALUT
NTB
NTT

SULBAR
JABAR

SULTRA
SULSEL

SUMBAR

SUMSEL

Kep. RIAU
KALTENG

BENGKULU
JAMBI
PAPUA
ACEH
JATENG

DKI JAKARTA

GORONTALO
Sumber : Data Rutin Kesga, 2016-2017
KB DAN KEMATIAN IBU DAN ANAK

64,2% * telah 44% Jumlah kematian ibu


CPR Global (2012)

70% Jumlah kehamilan tak direncanakan


100% ** akan (unintended pregnancy)
Bila seluruh
kebutuhan Jumlah aborsi yang tidak aman
kontrasepsi
74%
(unsafe abortion)
modern terpenuhi
(met need for +
modern Jumlah kematian ibu
contraceptives) 25%

18% Jumlah kematian bayi baru lahir


* Ahmed et al, the Lancet 2012
** WomenDeliver
Peserta KB Aktif dan Peserta KB Baru

Capaian
peserta KB
baru (PB)
setiap
SDKI tahunnya tidak
memberikan
2007

dampak yang
signifikan
terhadap
pertambahan
Peserta KB
aktif
KB Pasca Persalinan (PP) dan Pasca Keguguran (PK)
tahun 2013 - 2017

KB Pascapersalinan (KB PP) adalah


upaya pencegahan kehamilan
dengan menggunakan
metode/alat/obat kontrasepsi
segera setelah melahirkan sampai
dengan 42 hari/6 minggu setelah
melahirkan.

KB Pascakeguguran (KB PK)


adalah upaya pencegahan
kehamilan dengan menggunakan
alat atau obat kontrasepsi setelah
mengalami keguguran sampai
dengan kurun waktu 14 hari.

Sumber: Laporan Pelkon, Ditlaptik – BKKBN 2013, 2014, 2015, 2016 dan 2017

• Cakupan pelayanan KB pasca persalinan dan pasca keguguran masih rendah dan pilihan kontrasepsi
lebih banyak non MKJP
Faskes yang bekerjasama dengan BPJS Kes dan Teregister di
SIM BKKBN berdasarkan kepemilikan

Catatan:
jumlah faskes pemerintah yang teregistrasi 14.502 dan
yang tercatat bekerjasama dengan BPJS kesehatan hanya
9.511 Faskes

 Berdasarkan Perpres nomor 19 tahun 2016 (pasal 36):


Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang memenuhi persyaratan wajib bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan.

Sumber : Data Potensi Klinik Semester 1 tahun 2017


Faskes KB yang bekerjasama dengan BPJS Kes
GORONTALO 8,50 91,50
SUL. BARAT 8,53 91,47
BENGKULU 13,17 86,83
BALI 20,00 80,00
DIY 22,87 77,13
JATIM 31,30 68,70
RIAU 33,62 66,38
SULSEL 34,29 65,71
SUMSEL 34,86 65,14
KALTARA 37,70 62,30
JAMBI 38,70 61,30
BABEL 42,39 57,61
JABAR 44,61 55,39
BANTEN 44,87 55,13
KALSEL 48,77 51,23
LAMPUNG 48,86 51,14
JATENG 49,22 50,78
NASIONAL 52,38 47,62 tidak bekerjasama
NAD 56,28 43,72
NTT 58,09 41,91 bekerjasama
SUMUT 59,72 40,28
KALTIM 62,04 37,96
KEP. RIAU 64,77 35,23
NTB 65,02 34,98
DKI 65,75 34,25
KALBAR 67,49 32,51
SULTENG 68,00 32,00
SULTERA 69,75 30,25
SUMBAR 74,12 25,88
SULUT 74,55 25,45
KALTENG 80,74 19,26
MALUT 88,57 11,43
PAPUA BARAT 98,49 1,51
MALUKU 99,21 0,79
PAPUA 100,00 0,00
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Sumber : Data Potensi Klinik Semester 1 tahun 2017


Jumlah Fasilitas Kesehatan
yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

(Sumber : www. bpjs-kesehatan,go.id, 1 April 2018)

FKTP 21.466
Sinkronisasi data faskes yang melayani
FKRTL 2.547 KB dan berikan K/0/KB
TOTAL 24.013
IDENTIFIKASI FASKES YANG BEKERJASAMA DENGAN BPJS KESEHATAN
UNTUK DILAKUKAN REGISTRASI DALAM SIM BKKBN
www.bpjs-kesehatan.go.id

BAGI FASKES YANG


MELAYANI KB UNTUK DI
REGISTRASI (K/0/KB)

Alat dan Obat Kontrasepsi

Sarana Penunjang

Peningkatan kapasitas tenaga


kesehatan
Kesenjangan provider yang kompeten dalam
pelayanan kontrasepsi

Dokter yang belum terlatih: Bidan yang belum terlatih:

65,8% 68,5% 88,0% 90,6% 78,4% 56,2% 57,3% 72,4% 84,0%

Sumber: BKKBN, Ditlaptik, Data potensi Klinik Semester I 2017


KEGIATAN STRATEGIS
KEGIATAN STRATEGIS KEDEPUTIAN KBKR (1)
1. Peningkatan CPR terutama MKJP
 Pemenuhan kebutuhan alokon sistem cafetaria (khususnya MKJP) dan sarana
di faskes
 Perluasan dan peningkatan pelayanan KB MKJP di faskes, jaringan dan
jejaringnya
 Peningkatan penggerakan dan pelayanan KB MKJP termasuk KB pasca
persalinan dan pasca keguguran
 Pelatihan teknis medis pelayanan KB MKJP dan kualifikasi pasca pelatihan
bagi tenaga kesehatan
 Penguatan koordinasi dalam peningkatan cakupan dan kualitas pencatatan
dan pelaporan pelayanan KB serta laporan pengendalian lapangan

2. Penurunan unmet need


 Pemetaan wilayah garapan unmet need menggunakan data basis yang
tersedia
 Optimalisasi penggerakan dan pelayanan KB di wilayah legok unmet need
 Mendekatkan akses pelayanan KB di DTPK dan miskin perkotaan melalui
pelayanan KB bergerak
 Memperluas jejaring kemitraan pelayanan KB terutama di kampung KB
 Peningkatan kesertaan KB pria
KEGIATAN STRATEGIS KEDEPUTIAN KBKR (2)

3. Penurunan angka putus pakai


 Penguatan konseling pada pra dan pasca pelayanan KB
 Penguatan poktan melalui penyediaan materi konseling kesehatan reproduksi
 Memastikan ketersediaan alokon yang tepat jumlah dan tepat waktu di fasilitas
kesehatan
 Pembinaan kesertaan berKB melalui PLKB, PKB, PPKBD, sub PPKBD, Kader
kelompok-kelompok kegiatan

4. Peningkatan kualitas pelayanan KB


 Penetapan standarisasi pelayanan KB
 Penetapan standarisasi kompetensi tenaga pelayanan KB
 Penetapan standarisasi FKTP swasta penyelenggara pelayanan KB
 Penguatan Tim Jaga Mutu pelayanan KB melalui kemitraan (antara lain kerja sama
dengan organisasi profesi).

5. Penurunan Unmet Need Karena Takut Efek Samping


 Pengembangan Materi KIE dan Konseling tentang Pemakaian Kontrasepsi
(bekerjasama dengan ADPIN)
 Sosialisasi Materi KIE dan Konseling tentang Pemakaian Kontrasepsi melalui
Faskes, Poktan dan Mitra Kerja.
STRATEGI PENGUATAN FASKES DALAM JKN (1)
Mengidentifikasi dan meregistrasi faskes (FKTP dan FKRTL) yang telah
1. bekerjasama dengan BPJS Kesehatan (K/0/KB)

Mengidentifikasi jaringan (Pustu, Bidan Desa)/jejaring (Bidan Praktek


Mandiri) fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP)

Mendorong Bidan Praktik Mandiri untuk berjejaring dengan fasilitas


kesehatan tingkat pertama (FKTP)
Melakukan pemutakhiran data faskes, jaringan dan jejaringnya yang
melayani kontrasepsi
Berkoordinasi dan memfasilitasi faskes, jaringan dan jejaringnya dalam
2. mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan alokon serta memastikan
tidak terjadi kekosongan alokon

Identifikasi SDM pemberi pelayanan KB dan peningkatan kapasitas SDM dalam


3. pelayanan KB terutama KB MKJP

Identifikasi kebutuhan sarana penunjang pelayanan KB berdasarkan


4 pelayanan yang diberikan
STRATEGI PENGUATAN FASKES DALAM JKN (2)

Pembinaan pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi termasuk


5 ketersediaan alokon, SDM dan sarana penunjang pelayanan kontrasepsi di
faskes, jaringan dan jejaringnya

Berkoordinasi dengan sektor terkait dan mitra kerja (Dinas Kesehatan,


BPJS Kesehatan, OPD KB, organisasi profesi, dll) untuk melakukan sosialisasi
6 secara terus menerus tentang pelayanan KB dalam JKN di Faskes termasuk
tatacara klaim pelayanan KB

Penggerakan peserta KB JKN untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi di


7 Fasilitas Kesehatan

Melakukan evaluasi pelayanan KB di Faskes dalam JKN dengan melibatkan


8 sektor terkait dan mitra kerja

Peningkatan peran faskes dalam pelayanan KB Pascapersalinan dan


9 Pascakeguguran
Dua anak .... Cukup

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai