NOMOR
0433/BAWASLU/SJ/HK.01.00/IX/2017
TENTANG
PENGELOLAAN KEUANGAN DI
LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS
PEMILIHAN UMUM
BANDAR LAMPUNG, 25 MEI 2019
1 Undang-Undang No. 7 Tahun 2017
BPP bertanggung jawab secara pribadi atas uang yang berada dalam
pengelolaannya. BPP juga bertanggung jawab kepada BP dan harus
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada BP.
TUGAS PUMK:
PUMK adalah perpanjangan tugas dari BPP yang berada pada masing-masing
Panwas Kecamatan, PUMK melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang yang
dikelola meliputi:
1. Menerima dan menyimpan UP/TUP;
2. Melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya bersumber
dari UP/TUP;
3. Melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP/TUP berdasarkan
perintah PPK;
4. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan;
5. Melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang dilakukannya
atas kewajiban kepada negara;
6. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas
negara;
7. Menatausahakan transaksi UP/TUP;
8. Menyelenggarakan pembukuan transaksi UP/TUP; dan
9. Mengelola rekening tempat penyimpanan UP/TUP.
PUMK bertanggung jawab secara pribadi atas uang yang berada dalam
pengelolaannya. PUMK juga bertanggung jawab kepada BPP dan harus
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada BPP.
Mekanisme Penerbitan SPBy
SPBy atau Surat Perintah Bayar adalah bukti perintah dari
PPK kepada BP/BPP untuk mengeluarkan dana yang dikelola
oleh BP/BPP sebagai pembayaran kepada pihak yang dituju
(PMK 162/PMK.05/2013). BP/BPP dapat melaksanakan
pembayaran melalui mekanisme UP/TUP setelah menerima
SPBy yang ditandatangani oleh PPK atas nama KPA.
Apabila SPBy belum disetujui oleh PPK, BP/BPP tidak boleh
melakukan pembayaran yang berasal dari dana UP/TUP
kepada penerima yang berhak. Artinya sebelum uang keluar
dari brankas BP/BPP, harus ada surat perintah bayar terlebih
dahulu dari PPK.
Atas dasar SPBy yang diterbitkan oleh PPK, BP/BPP wajib
menguji kebenaran SPBy;
Apabila hasil pengujian tidak memenuhi persyaratan, BP/BPP
harus menolak SPBy yang diajukan kepadanya.
Pengajuan Tagihan Menggunakan LS
HONORARIUM
Pembayaran honorarium narasumber dan moderator dilengkapi dengan :
Surat Keputusan;
Daftar nominatif;
SSP PPh Pasal 21 yang ditanda tangani oleh Bendahara Pengeluaran; dan
Bukti Potong Pajak
3. Belanja Alat Tulis a. Bukti Pengeluaran/kuitansi (tanpa materai) untuk jumlah s.d.
Kantor (jumlah s.d Rp Rp 250.000,-;
1.000.000,-) b. Bukti Pengeluaran/kuitansi (bermaterai Rp 3.000,-) untuk jumlah
Rp 250.001,-s.d. Rp 1.000.000,-;
c. Rekap bukti pengeluaran (untuk jumlah nota/kuitansi lebih dari
1 buah).
4. Belanja Alat Tulis a. Bukti Pengeluaran/kuitansi (bermaterai Rp 6.000,-)
Kantor (diatas Rp b. Rekap bukti pengeluaran (untuk jumlah nota/kuitansi lebih dari
1.000.000,- s.d. Rp 1 buah)
20.000.000,-) c. e-faktur dari Rekanan/Pihak Ketiga;
d. Fotokopi NPWP Rekanan/Pihak Ketiga;
e. Surat Setoran Pajak (SSP) PPh 22, sebesar 1,5% x Dasar
Pengenaan Pajak (untuk pembelian mulai dari Rp 2.000.000,-);
f. Surat Setoran Pajak (SSP) PPN, sebesar 10% x Dasar Pengenaan
Pajak.
5. Honorarium a. Daftar Nominatif Pembayaran dan Bukti Transfer (jika ada);
Narasumber/ b. Surat Undangan Rapat dan Daftar Hadir Rapat (untuk
Moderator/Tim/ honorarium narasumber/moderator);
Panitia/Pengelola c. Surat Keputusan (untuk Honorarium Tim/Panitia/Pengelola
Keuangan, dll Keuangan);
d. Laporan kegiatan (untuk Honorarium Tim/Panitia Kegiatan);
e. Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
f. Surat Setoran Pajak (SSP) PPh 21;
g. Bukti Potong PPh 21.
NO JENIS KELENGKAPAN
NO PENGADAAN KELENGKAPAN
BARANG/JASA
1. s/d Rp.10.000.000 a. Bukti pembelian; (nota, Invoice,dll), ditandatangani oleh PPK
dan BPP; dan
b. Faktur Pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah
ditandatangani oleh wajib pajak.
2. Rp.10.000.001 s/d a. Faktur barang untuk pengadaan barang;
Rp.50.000.000 b. Laporan hasil pekerjaan untuk pekerjaan jasa/pemeliharaan;
c. Kuitansi yang ditandatangani oleh PPK dan BPP; dan
d. Faktur Pajak beserta Surat setoran Pajak (SSP) yang telah
ditandatangani oleh wajib pajak.
3. > Rp.50.000.001 s/d a. Kuitansi ditandatangani oleh PPK dan PPHP (Pejabat Penerima
Rp.200.000.000 Hasil pekerjaan);
b. Faktur barang untuk pengadaan barang;
c. Laporan hasil pekerjaan untuk pekerjaan konstruksi /jasa
lainnya;
d. Faktur Pajak beserta Surat setoran Pajak (SSP) yang telah
ditandatangani oleh wajib pajak;
e. Surat Perintah Kerja;
f. Berita acara penyelesaian pekerjaan oleh Pihak ke tiga;
g. Berita acara pemeriksaan penerimaan hasil pekerjaan;
h. Berita acara serah terima pekerjaan; dan
i. Berita acara pembayaran.
NO PENGADAAN KELENGKAPAN
BARANG/JASA
4. > Rp.200.000.000 a. Kuitansi; ditandatangani oleh PPK dan PPHP;
b. Faktur barang;
c. Laporan hasil pekerjaan untuk pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya oleh pihak ketiga;
d. Faktur Pajak beserta Surat setoran Pajak (SSP) yang
telah ditandatangani oleh wajib pajak;
e. Bank garansi/jaminan pelaksanaan;
f. Surat perjanjian/Kontrak;
g. Surat perintah kerja;
h. Laporan kemajuan pekerjaan dan berita acara
pembayaran per termin, bila pembayarannya melalui
termin;
i. Berita acara penyelesaian pekerjaan oleh pihak
ketiga;
j. Berita acara pemeriksaan penerimaan hasil pekerjaan;
k. Berita acara serah terima pekerjaan;
l. Berita acara pembayaran; dan
m. Jaminan bank garansi uang muka, bila mengambil
uang muka.
Mekanisme Penyelesaian Tagihan dengan
menggunakan Uang Persediaan (UP)
a. UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-hari
Satuan Kerja dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui
mekanisme Pembayaran LS.
b. UP Merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara
Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving).
c. Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa paling banyak
sebesar Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kecuali pembayaran honorarium
dan perjalanan dinas.
d. Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang ada pada Kas
Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah).
PENATAUSAHAAN KAS
Dalam rangka penatausahaan kas Bendahara Pengeluaran/BPP, KPA atau PPK
atas nama KPA memastikan:
a. jumlah uang tunai yang berasal dari UP/TUP di brankas BP/BPP pada akhir jam
kerja maksimal Rp 50.000.000,-
b. Dalam hal uang tunai yang berasal dari UP/TUP yang ada pada kas BP/BPP lebih
dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), BP/BPP membuat Berita Acara yang
ditandatangani oleh BP/BPP dan KPA atau PPK atas nama KPA.
c. Berita Acara keadaan kas harus dibuat pada saat kejadian paling lambat pada jam
tutup kantor.
d. Pada hari kerja berikutnya, uang tunai yang berasal dari UP/TUP di brankas
BP/BPP pada akhir jam kerja kembali maksimal Rp 50.000.000.
REKONSILIASI
1. Rekonsiliasi Internal,
Proses pencocokan data transaksi pada Aplikasi SAS Modul Silabi
dengan Aplikasi PUMK Kecamatan guna untuk penutupan pembukuan
setiap bulannya dan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah akhir
bulan bersangkutan antara BPP dan PUMK. Setelahnya BPP dan BP
juga akan melakukan rekonsiliasi yang nantinya akan disampaikan
kepada KPPN selaku Mitra Perbendaharaan Satker.
2. Rekonsiliasi Eksternal,
Proses pencocokan data transaksi yang dilakukan oleh BP selaku
Satker dan KPPN selaku Kuasa BUN tiap awal bulan berikutnya
melalui Aplikasi Web E-Rekon. Hal ini dimaksudkan untuk laporan
pertanggungjawaban Satker selaku pengguna anggaran tiap bulannya
untuk dicatat dan dilaporakn kepada KPPN selaku Kuasa BUN di tiap
Provinsinya untuk mengetahui penggunaan/penyerapan APBN tiap
bulannya pada masing-masing Satker.
TERIMA KASIH