Anda di halaman 1dari 43

OBAT ANTI DIABETES

Maureen Tesalonika
David Arnoldus Dhai Serang
DIABETES MELITUS
• Adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuri,
polidipsi, polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa
darah aau hiperglikemia (glukosa puasa ≥126 mg/dL
atau postprandial ≥200 mg/dL atau glukosa sewaktu
≥200 mg/dL)
OBAT ANTI DIABETES

INSULIN

OBAT ANTI DIABETES


ORAL

OBAT
HIPERGLIKEMIK
INSULIN
• Insulin merupakan hormone polipeptida yang terdiri
dari 51 asam amino yang tersusun dalam 2 rantai,
rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B
mempunyai 30 asam amino.
• Preparat insulin didapat dari ekstraksi pancreas babi
atau sapi, berupa Kristal putih tidak berbau.
• Insulin disintesis oleh sel β pulau Langerhans dari
proinsulin
SEKRESI INSULIN
• Proinsulin disintesis dalam elemen poliribosom reticulum
endopasmik sel β pancreas.  ditransfer ke kompleks
Golgi  terjadi perubahan proinsulin menjadi insulin.
• Sel β teransang  dari granula akan keluar sejumlah
ekuimolar insulin dan C-peptide ke sirkulasi
• C-Peptide sebagai marker adanya sekresi insulin
• Glukosa, asam amino, asam lemak, dan benda keton
akan merangsang sekresi insulin.
• Stimulasi reseptor α2 adrenergic menghambat sekresi
insulin, β2 adrenergic agonis dan stimulasi saraf vagus
merangsang sekresi insulin.
DISTRIBUSI DAN
METABOLISME INSULIN
• Insulin dalam darah beredar sebagai monomer,
volume distribusinya hampir sama dengan volume
cairan ekstrasel.
• Pada orang normal dan pasien DM tanpa komplikasi
waktu paruh insulin di plasma sekitar 5-6 menit
• Degradasi terjadi di hepar, ginjal, dan otak; sekitar 50%
insulin di hepar akan dirusak dan tidak akan mencapai
sirkulasi sistemik.
MEKANISME KERJA INSULIN
TERAPI INSULIN
• Merupakan obat utama DM tipe 1 dan beberapa jenis
DM tipe 2.
• Suntikan insulin dapat dilakukan dengan intravena,
intramuskular, dan pada umumnya pada jangka
panjang lebih banyak digunakan secara subkutan.
INDIKASI DAN TUJUAN TERAPI
• Indikasi subkutan terutama diberikan pada DM tipe 1,
DM tipe 2 yang tidak dapat di atasi hanya dengan diet
dan atau AOD oral, pasien pasca pankreatektomi, DM
dengan kehamilan, DM dengan ketoasidosis, koma
nonketosis, atau komplikasi lain, sebelum tindakan
operasi (DM tipe 1 dan 2)
• Tujuan : untuk menormalkan glukosa darah,
memperbaiki semua aspek metabolisme
KEBUTUHAN INSULIN HARIAN
• Orang normal : 18-40 U per hari atau 0,2-0,5 U/kgBB/hari
• Sekresi meningkat 6 U/jam setelah asupan glukosa oral.
• Pada DM tipe 1 : 0,6-0,7 U/kgBB/hari
• Pada pasien obesitas membutuhkan dosis lebih tinggi
(2 U/kgBB/hari) karena adanya resistensi jaringan
perifer terhadap insulin.
PREPARAT & DOSIS INSULIN
• Sediaan umumnya diperoleh dari bovine atau porcine
(sapi atau babi) atau dengan rekombinan DNA
• Dosis awal pasien DM muda: 0,7-1,5 U/kgBB
• DM dewasa yang kurus: 8-10 U insulin kerja sedang
diberikan 20-30 menit sebelum makan pagi dan 4-5 U
sebelum makan malam.
• DM dewasa yang gemuk: 20 U pagi hari dan 10 U
sebelum makan malam.
• Dosis ditingkatkan secara bertahap sesuai hasil
pemeriksaan glukosa darah dan urin.
EFEK SAMPING INSULIN
• Hipoglikemia
• Reaksi alergi dan resistensi
• Lipoatrofi dan lipohipertrofi
• Efek samping lain (edema, rasa kembung di abdomen
dan gangguan visus)
INTERAKSI OBAT INSULIN
• Hormon pertumbuhan, kortikotropin, glukokortikoid,
tiroid, estrogen, progestin, dan glucagon bersifat
antagonis terhadap efek hipoglikemik insulin
• Adrenalin menghambat sekresi insulin dan merangsang
glikogenolisis.
• Salisilat meningkatkan sekresi insulin  hipoglikemia
• Potensiasi efek hipoglikemik insulin terjadi dengan
penghambat MAO, steroid anabolik, dan fenfluramin
OBAT ANTIDIABETIK ORAL

Sulfonilurea Meglitinid Biguanid

Penghambat
Tiazolidinedion
α-glikosidase
SULFONILUREA
• Generasi I: tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid, dan
klorporamid
• Generasi II: glibenklamid, glipizide, gliklazid, dan
glimepiride

• Mekanisme Kerja
• Interaksi dengan ATP-sensitive K channel di membrane
sel terangsang  depolarisasi mebran  membuka
kanal Ca  ion Ca 2+ masuk ke sel β  rangsang
granula yang berisi insulin  sekresi insulin dengan jumlah
yang ekuivalen dengan C-peptide
SULFONILUREA
• Farmakokinetik
• Absorpsi melalu saluran cerna efektif  makanan dan
keadaan hiperglikemia dapat mengurangi absorpsi
• Kadar optimal plasma pada t ½ pendek akan lebih
efektif bila diminum 30 menit sebelum makana
• Sulfonilurea generasi II potensi hipoglikemik 100x > dari
sulfonilurea generasi I
• Meski t ½ pendek 3-5 jam, namun efek hipoglikemik 12-
24jam
• Cukup diberikan 1x sehari
SULFONILUREA
• Indikasi
• Usia pasien waktu DM timbul, <40 tahun
• Kontraindikasi
• Hipersensitivitas
• Gangguan fungsi hepar
• Gangguan fungsi ginjal
• Insufisiensi endokrin
• Gizi buruk
• Peringatan: tidak boleh sebagai terapi tunggal u/ DM
juvenile, kebutuhan insulin tdk stabil, DM berat, DM
dengan kehamilan, dan keadaan gawat
SULFONILUREA
• Efek samping
• Insidens Generasi I > Generasi II
• Reaksi alergi (mual, muntah, diare, gejala hematologik,
SSP, dan mata)
• Hipoglikemia
• Interaksi
• Hipoglikemia (>>) dengan insulin, alcohol, fenilbutazon,
oksifenbutazon, probenezid, dikumarol, kloramfenikol,
penghambat MAO, guanetidin, anabolic steroid,
fenfluramin dan klofibrat
• Propanolol menghambat reaksi takikardi, berkeringat,
dan tremor pada hipoglikemia
SULFONILUREA
MEGLITINID
• Repaglinid dan Nateglinid
• Mekanisme kerja: sama dengan sulfonylurea, namun
mekanisme kerjanya berbeda (merangsang insulin
dengan menutup kanal K)
• Farmakokinetik: pembrian oral absorpsi cepat, t ½ 1
jam (harus diberi beberapa kali sehari, sebelum
makan)
• Kontraindikasi: gangguan fungsi hepar atau ginjal
• Efek samping: hipoglikemia, gg saluran cerna, alergi
BIGUANID
• 3 jenis obat golongan Biguanid:
• Fenformin  ditarik dari pasaran karena sering
menyebabkan asidosis laktat
• Buformin
• Metformin
BIGUANID
• Mekanisme kerja:
• Menurunkan produksi glukosa di hepar dan
meningkatkan sensitivitas jar otot dan adipose terhadap
insulin (karena aktivasi kinase di sel AMP-activated
protein kinase)
• Tidak merangsang/ menghambat perubahan glukosa
menjadi lemak
• Metformin oral di absorpsi di intestine, t ½ 2 jam
• Dosis awal 2x500 mg, maintenance dose 3x500 mg,
maksimal 2,5 gram, durante coenam
BIGUANID
• indikasi:
• DM tipe 2 (pilihan pertama pada pasien DM dengan
berat badan berlebih)
• Kontraindikasi:
• Kehamilan, penyakit hepar berat, peny ginjal dengan
uremia, peny jantung kongestif, dan peny paru dengan
hipoksia kronik
• Efek samping:
• Mual, muntah, diare, kecap logam (metallic taste),
starvation ketosis, peningkatan kadar asam laktat pada
pasien dengan gg fungsi ginjal dan jantung
TIAZOLIDINEDION
• Pioglitazon dan Rosiglitazon
• Tiazolidinedion : agonist potent dan selektif PPARγ
(Peroxisome proliferators-activated receptor- γ ) 
membentuk GLUT baru  mengurangi keluarnya as
lemak ke otot  mengurangi resistensi insulin
• Indikasi: DM tipe 2 (dapat diberikan tunggal atau
kombinasi dengan metformin/sulfonylurea)
• Kontraindikasi: gg hati, peny gagal jantung  retensi
cairan, kehamilan, menyusui, kombinasi dengan insulin
 risiko gagal jantung
TIAZOLIDINEDION
• Efek samping:
• Peningkatan BB, edema, menambah volume plasma
dan memperbutuk CHF
• Dosis obat:
• Rosiglitazon : dosis awal 4 mg, bila dalam 3-4 minggu
control glisemia belum kuat ditingkatkan 8 mg/hari
• Pioglitazon : dosis awal 15-30 mg, bila glisemia belum
adekuat ditingkatkan sampai 45 mg.
PENGHAMBAT ENZIM -GLIKOSIDASE

• Acarbose
• Mekanisme kerja
• Memperlambat absorpsi polisakarida (starch), dekstrin,
dan disakarida di intertine
• Diberikan pada waktu mulai makan, absorpsi buruk
• Indikasi: DM yang tidak dapat diatur hanya dengan
diet, DM usia lanjut, DM postprandial sangat tinggi
• Kontraindikasi:
• Kehamilan, menyusui, anak dan remaja <18 tahun, IBS,
gg fungsi hati berat, gg fungsi ginjal, hernia, riw bedah
perut
PENGHAMBAT ENZIM -GLIKOSIDASE

• Efek samping:
• Abdominal bloating, flatulensi, malabsorpsi, diare, mual,
nyeri abdomen
• Interaksi obat:
• Meningkatkkan efek hipoglikemia insulin dan sulfonylurea
bila diberikan bersamaan
• Dosis:
• Dosis harian 100-300 mg/hari (dalam 3 dosis terbagi)
• Dosis maksimal 300 mg/hari
• Tablet dikunyah bersama satu suapan pertama
makanan atau ditelan utuh dengan sedikit air segera
sebelum makan
INKRETIN MIMETIK DAN
PENGHAMBAT DPP-4
• Inkretin adalah hormon yang diprokusi oleh usus halus
sebagai respon terhadap peningkatan gula darah
sesudah makan.
• Hormon ini mengingkatkan produksi insulin yang lebih
tinggi setelah pemberian gulosa oral dibanding
dengan pemberian glukosa intravena
• Terdiri dari 2 hormon : GIP (Glucose-dependent
insulinotropic polypeptide = gastic inhibitory poly
peptide) yang di produksi di duodenum dan GIP-1
(glukagon like peptide-1) yang diproduksi di usus halus
dan proksimal kolon
INKRETIN MIMETIK
• Analog GDP-1 yang resisten terhadap DPP-4 sehingga
memiliki waktu yang cukup panjang
• Contoh obat : eksenatid dan liraglutid

Eksenetid
• Meningkatkan sekresi insulin setelah pemberian glukosa per
oral dan menekan sekresi glukagon, memperlambat
pengosongan lambung, dan mengurangi asupan makanan
• Diberikan secara subkutis dengan dosis 5 sampai 10 mcg 2
kali sehari
• Efek samping : mual, dapat berkurang setelah pemakaian
beberapa lama
INKRETIN MIMETIK
Lingalutid
Efek yang sama dengan ekstenatid, dapat di berikan
sekali sehari dengan dosis awal 0,6 mg subkutis, dapat
ditingkatkan menjadi 1,2 mg setelah satu minggu, dengan
dosis maksimum 1,8 mg
PENGHAMBAT DPP-4
• Contoh obat : sitagliptin, vildaglipin, saxaglipin,
aloglipin, linaglipin
• Menghambat kerja DPP-4 sehingga mencegah
degradasi GLP-1
• Sitaglipin dan vidaglipin diabsopsi dengan baik melalui
saluran cerna dengan bioavaibilitas oral 85% dan tidak
dipengruhi oleh keberadaan makanan.
• Dosis lazim untuk sitagliptin adalah 100 mg per hari.
Untuk gangguan fungsi ginjal ringan dosis 50 mg/hari,
dan gangguan fungsi ginjal berat dosis 25 mg/hari
PENGHAMBAT DPP-4
• Vidagliptin : dosis 50 mg satu atau 2 kali sehari
• Efek samping : sitagliptin menimbulkan efek samping
ringan berupa mual dan gangguan saluran cerna
ringan. Vidaglipin dilaporkan dapat menyebabkan
batuk dan nasofaringitis
• Kontraindikasi : DM tipe 1, ketoasidosis, gangguan
fungsi ginjal dan atau gangguan fungsi hati berat
PENGHAMBAT SGLT2
• Sodium-glucose transporter protein 2 (SGLT 2) berperan
90% proses reabsorpsi glukosa di tubulus proksimal ginjal
• Contoh obat: canaglifozin, dapaglifozin, empaglifozin
• Farmakokinetik:
• Diabsorpsi dengan baik o/ pemberian oral, ekskresi urin
• Efek samping:
• Glikosuria berlebihan  lelah, dehidrasi, hipotensi, risiko
ISK dan kandidosis vulvovaginitis, dalam jangka panjang
menurunkan BB
PENGHAMBAT SGLT2
• Indikasi: DM tipe 2
• Kontraindikasi: DM tipe 1, ketoasidosis, hipersensitivitas,
gg fungsi ginjal berat dan sedang
• Sediaan dan dosis:
• Dapaglifozin tab 5 dan 10 mg, dosis 1x sehari
• Empaglifozin 10 dan 25 mg, dosis 1x sehari
• Canaglifozin 100 mg
OBAT HIPERGLIKEMIK

Glukagon Diazoksid
GLUKAGON
• Glukagon menyebabkan glikogenolisis di hepar
dengan merangsang enzim adenilsiklase dalam
pembentukan siklik AMP
• Glukagon juga meningkatkan gluconeogenesis
• Sekresi glucagon meninggi dalam keadaan
hipoglikemia dan menurun dalam keadaan
hiperglikemia
GLUKAGON
• Indikasi: hipoglikemia yang ditimbulkan oleh insulin
• Sediaan: Glukagon HCl tersedia dalam ampul berisi
bubuk 1 dan 10 mg
• Dapat diberikan secara IV, IM, atau SK dengan dosis 1
mg. bila dalam 20 menit setelah pemberian SK pasien
yg koma tetap tidak sadar  glukosa IV harus segera
diberikan
DIAZOKSID
• Obat ini memperlihatkan efek hiperglikemia bila
diberikan oral dan efek antihipertensi bila diberikan IV.
• Indikasi: hiperinsulinisme, insulinoma atau hipoglikemia
yang sensitive terhadap leusin
• Kontraindikasi: wanita hamil
• Efek samping: iritasi sal cerna, trombositopeni,
neutropeni
• Dosis pada orang dewasa 3-8 mg/kgBB/hari, anak 8-15
mg/kgBB/hari, dosis terbagi 2-3x sehari

Anda mungkin juga menyukai