Anda di halaman 1dari 44

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

KABUPATEN BULELENG

VID. KA
BNNRI
SITUASI DAN KONDISI
PERMASALAHAN NARKOBA
DI INDONESIA
HASIL SITAAN BARANG BUKTI
NARKOBA
TAHUN 2017

JENIS HASIL SITAAN ASET


NO. BARANG JUMLAH BANDAR NARKOBA
BUKTI TAHUN 2017
1. Shabu 4,71 Ton
2. Ganja 151,22 Ton
2.940.748
3. Ekstasi
Butir
Rp 105
Sumber: Milyar
Data gabungan BNN, Polri, Bea Cukai Tahun 2017
Pola Perdagangan
Narkoba Internasional Perbandingan Harga Jual Shabu
di Indonesia (dalam Rupiah)

Inggris,
Turki
Tiongkok
Timur Tengah
(Qatar, UEA, Iran, 20.000 50.000 1.5
Suriah)
per gram
Golden Triangle
(Thailand,
per gram juta
per gram
Golden Crescent Vietnam,Kamboja)
(Afghanistan, India
Pakistan)
Tiongko Iran Indonesi
Malaysia k a

Struktur pasar perdagangan narkoba


di Indonesia menarik Jaringan
sindikat Narkoba internasional untuk
Amerika
Golden
masuk ke Indonesia
Peacock
KETERLIBATAN
APARATUR

Bea Cukai Polisi Jaksa Hakim Sipir LP Tentara Politisi

September 2012 Oktober 2017 April 2015 Juli 2017 Juni 2017 Juli 2016 November 2017
4 Petugas Bea Oknum Polisi 20 Jaksa Dipecat Diduga Terlibat Terlibat Oknum TNI Jadi Bandar
Cukai Jadi Terlibat Kasus karena Terlibat Jaringan Narkoba, Peredaran Ditangkap Narkoba, Wakil
Tersangka Kasus Narkoba 5 Kg Sabu Narkoba Oknum Hakim Narkotika, 2 Bawa 10 Kilo Ketua DPRD
Dugaan Suap di Parepare Pengadilan Negeri Sipir Lapas Sabu di Bali Ditangkap
Penyelundupan
Liwa Ditangkap Ditangkap Polisi Sumatera Utara
Narkoba

Keterlibatan penegak hukum dan politisi menjadi perusak sistem pemberantasan Narkoba
NO PROFESI/PEKERJAAN JUMLAH (Orang) %
1 Swasta 443 Orang 56,1 %
2 Wiraswasta 156 Orang 19,8 %
3 Tidak Bekerja 103 Orang 13,1 %
4 Buruh 30 orang 3,8 %
5 Mahasiswa 28 Orang 3,5 %
6 Pelajar 9 Orang 1,1%
8 Petani 7 Orang 0,9%
9 PNS 5 Orang 0,6 %
7 Polri 3 Orang 0,4 %
10 Ibu Rumah Tangga 3 Orang 0,4 %
11 Seniman 2 Orang 0,3 %
JUMLAH 789 Orang
NO USIA/TAHUN JUMLAH (Orang) % RANKING
1 0 – 15 tahun 2 0,25 % X
2 16 – 20 tahun 44 5,57 % VI
3 21 – 25 tahun 174 22,05 % I
4 26 - 30 tahun 173 21,92 % II
5 31 – 35 tahun 145 18,37 % III
6 36 – 40 tahun 126 15,97 % IV
7 41 – 45 tahun 75 9,51 % V
8 46 – 50 tahun 39 4,94 % VII
9 51 – 55 tahun 6 0,76 % VIII
10 56 – 60 tahun 5 0,63 % IX
JUMLAH 789

VID. 1
NO TAHUN JUMLAH
1 2014 28
2 2015 24
3 2016 47
4 2017 54
5 2018 54
JAN 4
PEB 6
MARET 4
APRIL 5
MEI 8
JUNI 3
JULI 2
AGUSTUS 6
SEPTEMBER 13
OKTOBER 3
JENIS & DAMPAK NARKOBA

APA ITU NARKOBA


 Adalah bahan / zat aktif yang
mempengaruhi kondisi kejiwaan /
psikologis seseorang (pikiran,
perasaan dan perilakunya) serta
dapat menimbulkan ketergantungan
secara fisik maupun psikologis
NARKOBA singkatan dari :
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA dan BAHAN ADIKTIF LAINNYA
* NARKOTIKA, adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Contoh : Opium, Kokain, Ganja, Heroin, Codein, dll.

* PSIKOTROPIKA, adalah
zat atau obat alamiah maupun sintesis bukan narkotika berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Contoh : XTC (Amphetamine), Shabu (MDMA), Deksamfitamina,
Buprenorfina, dll

* BAHAN ADIKTIF, adalah


bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan
kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan
ketergantungan (adiksi) yakni keinginan kembali untuk menggunakan
secara terus menerus. Contoh : Lem, Spritus, Bensin, Thiner, Tembakau,
dll
VID. 2
HABITUAL
 Sifat narkotika yang membuat pemakainya selalu teringat,
terkenang dan terbayang.
 Pemakai selalu ingin mencari dan rindu, menyembabkan
pemakai yang sudah sembuh bisa kambuh kembali (Relapse)
 Perasaan kangen berat ingin memakai kembali disebabkan
oleh kesan kenikmatan, yang dalam bahasa mereka disebut
nagih ( sugest).
 Sifat Habitual juga mendorong pemakai untuk selalu
mencari dan memiliki Narkotika, sifat ini disebut dengan
membutuhkan.
ADIKTIF
 Sifat yang membuat pemakainya terpaksa memakai terus-
menerus tidak dapat menghentikannya.
 bila dihentikan menimbulkan “efek putus zat” yaitu
perasaan sakit luar biasa (Sakaw).
 Rasa nyaman akan kembali timbul bila yang bersangkutan
kembali memakai Narkotika.
 Rasa sakit ini tidak dapat dihilangkan dengan pemberian
obat anti sakit apapun kecuali Narkotika yang sedang/telah
dia gunakan.
 Penderita Sakaw biasanya mengatasi rasa sakit itu dengan 2
cara :
- mengkonsumsi jenis narkotika yang sama
- mengambil jalan pintas
TOLERAN
 SifatNarkotika yang membuat tubuh pemakainya semakin
menyesuaikan diri dengan Narkotika.
 Sifat ini menuntut pemakainnya menggunakan dosis
semakin tinggi
 bila
dosis tidak dinaikan Narkotika tidak bereaksi, malah
membuat pemakainya mengalami Sakaw.
 Bila kenaikan dosis melebihi kemampuan toleransi tubuh
terjadi efek sakit yang luar biasa dan mematikan (OD)
 Intensitassakit pada OD sama dengan sakit pada Sakaw
namun bentuknya berbeda.
3 SIFAT NARKOTIKA ADALAH 3 SIFAT JAHAT YG
KHAS MEMBUAT PEMAKAI NARKOTIKA
MENGALAMI PERUBAHAN SIFAT DAN SIKAP
MENJADI :
1. Tergila –gila pd narkotika. Lebih mencintai narkoba daripada diri
sendiri, orang tua, atau saudara-saudaranya.
2. Tidak dpt melepaskan diri dari narkotika, sebab kalau lepas,
penderitaan yg luar biasa (sakaw).
3. Dosisnya akan trs bertambah tinggi samapai suatu saat maut
menjeput di puncak (OD).
4. Mengalami perubahan sikap & sifat menjadi ekslusif, egois,
sombong, asosial, jahat (psikosis).
5. Mengalami kerusakan organ tubuh (hati, paru, ginjal, otak dll).
6. Terjangkit penyakit maut ( HIV/AIDS, sifilis, dll).
BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA

MENTAL, EMOSIONAL
KONDISI FISIK KEHIDUPAN SOSIAL
DAN PERILAKU

• Infeksi Liver dan Ginjal • Depresi • Melakukan tindakan


• Kerusakan Penglihatan • Gantung Diri kriminal
• Penurunan daya tahan • Gangguan persepsi, • Berteman dengan
tubuh daya pikir dan emosi orang yang berperilaku
• infeksi Jarum Suntik • Perilaku penyimpangan tidak baik
• HIV, Hepatitis • Prestasi Menurun
• Impoten
• Penyakit Kulit
• Kematian
*
BEBERAPA CARA MENGKONSUMSI
NARKOBA
1. ORAL ATAU MELALUI MULUT
MENELAN NARKOBA BIASANYA YG BERBENTUK PIL
2. DIHISAP (INHALANSIA)
NARKOBA DIBAKAR SEPERTI ROKOK
3. DIHIRUP (INTRANASAL), SNIFFED
MENGHIRUP NARKOBA LANGSUNG DLM BENTUK
TEPUNG MELALUI HIDUNG
4 INJEKSI INTRAVENA
MEMASUKKAN NARKOBA DLM BENTUK CAIR
MELALUI JARUM SUNTIK LANGSUNG KEDALAM DARAH
5 DITARUH DILUKA
MENABURKAN NARKOBA YG BERBENTUK TEPUNG
PADA BAGIAN KULIT TUBUH YG DIBUAT LUKA
6 INERSI ANAL
MEMASUKKAN NARKOBA YG BERBENTUK PADAT MELALUI
LUBANG DUBUR

VID. 3
FAKTOR2 YG MEMPEMGARUHI PENYALAHGUNAAN
NARKOBA

1. KEPRIBADIAN 2. KELUARGA 3. LINGKUNGAN

KURANGNYA MASY. INDIVIDUALIS


KURANG
KONTROL PENGARUH TEMAN
PENGENDALIAN
KRLUARGA, SEBAYA,
DIRI,
KURANG PENERAPAN LOKASI LINGKUNGAN
EMOSI YG LABIL,
DISIPLIN DAN RENTAN THD
POLA HIDUP
TANGGUNG JAWAB PNYALAH GUNAAN
MEWAH
NARKOBA
4. FAKTOR 5. FAKTOR MASY & 6. FAKTOR POPULASI
PENDIDIKAN KOMUNITAS SOSIAL YANG RENTAN

 Kurangnya  Hilangnya nilai-


pengetahuan yg nilai dlm sebuah
dimiliki. keluarga dan
sebuah hub. Banyak remaja
 Hilangnnya berada dlm
 Pendidikan akan
perhatian dgn lingkungan yang
bahaya narkoba.
komunitas dan beresiko tinggi
susanya terhadap
 Bentuk kampaye
berhadaptasi penyalagunaan
anti
dngn lingkungan narkoba
penyalahgunaan
narkoba.
Sifat mudah
Berasal dari Kecewa/ Rendah Suka mencari
keluarga agresif Diri sensasi/hal
broken yg berbahaya
home
Kehidupan
keluarga yg
kurang
harmonis Keterbelakangan
KERAWANAN Mental
BERPOTENSI
Kehidupan
Keluarga
TERKENA NARKOBA
yg kurang Prestasi
Religius belajar/kerja
menurun
Sering
Sudah mulai Berada di Mencuri, Cenderung
merokok Lingkungan Berbohong Cemas, Depresi
pada usia dini Mayoritas dan Dan Stress
pengguna begadang
*
UPAYA PENANGGULANGAN

Th 1971—inpres no. 6/71 : bakin-upal-


narkoba-penyelundupan-nakalremaja-
subversi-oa {tdk ops –tanpa anggaan

1997 –uu 5/97 [PSYKO}-UU.22 [NARK]

1999 –KEPPRES 116/99 –BKNN {25


INSTANSI} -- KAPOLRI KETUA

2002 –KEPPRES 17/2002 –bnn


[koordinatif ip dg kebijakan nas]

2007 –perPRES 83/2007 –[bnn-bnp-


bnk] dibawah presiden-mitra kerja.

INSGUB NO.9/2018
2009 –uu no.35/2009 ttg narkotika
INPRES 24 PEBRUARI 2018
[Bnnri-bnnp-bnnk] vertikal-non
kementrian NO.6/2018
PENCEGAHAN –PEMBRANTASAN- 28 AGUSTUS PERDA BULELENG….….
PENYALAHGUNAAN PEREDARAN –Gelap- 2018 PERDES……………………..
Narkotika [ p4gn] Awig awig/pararem….
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 35 TAHUN 2009
TENTANG
NARKOTIKA

TUGAS
PASAL 70
BNN MEMPUNYAI TUGAS:
E. MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN DAN
PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN PREKURSOR NARKOTIKA;
F. MEMANTAU, MENGARAHKAN, DAN MENINGKATKAN KEGIATAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN PREKURSOR NARKOTIKA;
G. MELAKUKAN KERJA SAMA BILATERAL DAN MULTILATERAL, BAIK REGIONAL MAUPUN
INTERNASIONAL, GUNA MENCEGAH DAN MEMBERANTAS PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN
PREKURSOR NARKOTIKA;

PASAL 104
MASYARAKAT MEMPUNYAI KESEMPATAN YANG SELUAS-LUASNYA UNTUK BERPERAN SERTA MEMBANTU
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN
PREKURSOR NARKOTIKA. (P4GN)
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2010
TENTANG
BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PASAL 2
(1) BNN MEMPUNYAI TUGAS :
E. MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP
NARKOTIKA DAN PREKURSORNARKOTIKA;
F. MEMANTAU, MENGARAHKAN, DAN MENINGKATKAN KEGIATAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN PREKURSOR NARKOTIKA;
G. MELAKUKAN KERJA SAMA BILATERAL DAN MULTILATERAL, BAIK REGIONAL MAUPUN INTERNASIONAL,
GUNA MENCEGAH DAN MEMBERANTAS PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN PREKURSOR NARKOTIKA;

PASAL 3
G. PENGOORDINASIAN INSTANSI PEMERINTAH TERKAIT DAN KOMPONEN MASYARAKAT DALAM RANGKA
PENYUSUNAN DAN PERUMUSAN SERTA PELAKSANAAN KEBIJAKAN NASIONAL DI BIDANG P4GN;
R. PELAKSANAAN KOORDINASI PENGAWASAN FUNGSIONAL INSTANSI PEMERINTAH TERKAIT DAN
KOMPONEN MASYARAKAT DI BIDANG P4GN;
BAB IV
WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT
PASAL 49
DALAM RANGKA MEMBERIKAN KESEMPATAN YANG SELUAS-LUASNYA KEPADA MASYARAKAT UNTUK BERPERAN
SERTA DAN MEMBANTU PELAKSANAAN P4GN, BNN DAPAT MEMFASILITASI DAN MENGKOORDINASIKAN
PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT.
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2013
TENTANG
FASILITASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

BAB II
FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
Pasal 3
(1) Gubernur melakukan fasilitasi pencegahan penyalahgunaan narkotika di provinsi dan
kabupaten/kota di wilayahnya.
(2) Bupati/walikota melakukan fasilitasi pencegahan penyalahgunaan narkotika di
kabupaten/kota.
(3) Pelaksanaan fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh
Kepala SKPD yang terkait dengan pencegahan dan penyalahgunaan narkotika yang
dikoordinasikan oleh Kepala SKPD yang membidangi urusan kesatuan bangsa dan politik

BAB VI
PENDANAAN
Pasal 9
PENDANAAN PENYELENGGARAAN FASILITASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA, ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH PROVINSI DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA
SERTA SUMBER-SUMBER LAIN YANG SAH DAN TIDAK MENGIKAT.
SURAT EDARAN MENPAN DAN RB RI
NOMOR : 50 TAHUN 2017 TGL 11 OKTOBER 2017
1. MELAKSANAKAN SOSIALISASI BAHAYA NARKOBA DAN PENYEBARLUASAN INFORMASI TENTANG P4GN
KEPADA SELURUH APARATUR NEGARA/PEGAWAI
2. MELAKSANAKAN TES URINE KEPADA SELURUH APARATUR NEGARA/PEGAWAI MELALUI KORDINASI
BNN/BNNP/BNNK.
3. MEMBENTUK SATGAS/RELAWAN ANTI NARKOBA PADA MASING-MASING INSTANSI

PERDA PROV BALI NO. 7 TAHUN 2017


TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

INSTRUKSI GUBERNUR BALI NO. 9 TAHUN 2018


TGL. 2 PEBRUARI 2018
TENTANG UPAYA FASILITASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

PERDA PEMDA BULELENG ….?


PERDES…………………………….?
PERAREM………………………….?
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
5. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, dan hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, serta dapat menimbulkan ketergantungan.
6. Pencegahan adalah segala upaya, usaha atau tindakan yang dilakukan secara
sadar dan bertanggung jawab yang bertujuan untuk meniadakan dan/atau
menghalangi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan
Narkotika.

Pasal 2
PERDA Pengaturan fasilitasi pencegahan penyalahgunaan Narkotika mencakup:
BALI a. antisipasi dini;
b. pencegahan;
c. penanganan dan rehabilitasi;
d. kerja sama;
e. pembinaan dan pengawasan;
f. partisipasi masyarakat;
g. pendanaan; dan
h. pelaporan.
PENCEGAHAN
Pasal 4
(1) Gubernur dan masyarakat melaksanakan upaya pencegahan penyalahgunaan Narkotika.
(2) Upaya pencegahan penyalahgunaan Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pencegahan primer;
b. pencegahan sekunder; dan
c. pencegahan tersier.
Pasal 5
(1) Pencegahan primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a merupakan upaya
untuk mencegah seseorang menyalahgunakan Narkotika.
(2) Pencegahan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:
a. melakukan pembangunan berwawasan anti narkotika dengan sosialisasi pencegahan
penyalahgunaan Narkotika di lingkungan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota,
keluarga, sekolah, keagamaan, dan kelompok rentan;
b. memberikan layanan serta akses komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat
tentang bahaya penyalahgunaan Narkotika;
c. melakukan koordinasi lintas lembaga, baik dengan lembaga pemerintah, swasta, maupun
masyarakat untuk melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan yang berpotensi menimbulkan
penyalahgunaan dan peredaran Narkotika;
d. memfasilitasi upaya khusus, Rehabilitasi Medis, dan Rehabilitasi Sosial bagi pemakai pemula
dan penyalah guna Narkotika;
e. penyebaran informasi mengenai bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika;
f. peningkatan peran aktif masyarakat dan desa pakraman untuk ikut
mencegah penyalahgunaan Narkotika; dan
Pasal 6
(1) Pencegahan sekunder sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b
merupakan upaya yang dilakukan terhadap pengguna agar lepas dari
ketergantungan Narkotika.
Pasal 7
(1) Pencegahan tersier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c
merupakan upaya pencegahan terhadap pengguna yang sudah pulih setelah
menjalani Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial agar tidak mengulangi
menggunakan dan/atau ketergantungan kembali terhadap Narkotika

Upaya Pencegahan
Pasal 8
Sasaran pencegahan, mencakup:
a. keluarga;
b. satuan pendidikan;
c. masyarakat;
d. organisasi kemasyarakatan;
e. instansi Pemerintah Provinsi, instansi Pemerintah Kabupaten/Kota, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota;
f. media massa; dan
g. tempat ibadah.
Pencegahan Melalui Lingkungan Masyarakat
Pasal 15
(1) Pencegahan melalui lingkungan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf c dilakukan dengan cara memberdayakan unsur-unsur masyarakat untuk
melakukan kegiatan pencegahan terhadap penyalahgunaan Narkotika.
(2) Unsur-unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas kepala desa/lurah, kepala dusun, dan bendesa pakraman.
(3) Kegiatan pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. membentuk tim Pencegahan Bahaya Narkotika berbasis masyarakat;
b. membawa penyalah guna Narkotika ke IPWL;
c. melaporkan dan berkoordinasi dengan kepolisian, Badan Narkotika Nasional
Provinsi, dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota apabila mengetahui
adanya penyalahgunaan Narkotika; dan
d. ikut melaksanakan kampanye dan penyebaran informasi mengenai bahaya
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika.

PENDANAAN
PASAL 37
PENDANAAN FASILITASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA :
1. APBD
2. SUMBANGAN DARI PIHAK LAIN YANG TIDAK MENGIKAT
BISNIS PROSES
IMPLEMENTASI
HINGGA PEMANTAUAN &
EVALUASI
INPRES NO.6 TAHUN 2018
TENTANG RAN P4GN 2018 -
2019
Inpres 6 Tahun Flow Chart
2018 Implementasi
Ttg RAN P4GN Inpres No.6 Tahun
2018
Mengkoord
K/L Pengawasa
1. Para Menteri Kabinet n
Kerja;
2. Sekretaris Kabinet; Pemantauan &
3. Jaksa Agung; Evaluasi
4. Kapolri;
5. Panglima TNI; Melaporkan
6. Kepala BIN;
Melaksanakan
RAN Hasil RAN
7. Para Pimpinan LPNK;
8. Para Pimpinan
Kesekretariatan
Lembaga Negara;
9. Para Gubernur; dan
10. Para Bupati/Walikota

Mengkoord Fungsi
Pemda Koordinasi

Laporan
Berkala
PERAN STRATEGIS
BIDANG DAYAMAS BNN PADA KAWASAN RAWAN
NARKOBA
BIDANG
BNNP/K
DAYAMAS Harus
INSTANSI
TERKAIT,
menjadi MOTOR
PIHAK
SWASTA,
KOMPONEN
MASY
LAINNYA
PENGGERAK
pemberdayaan
masyarakat, K/L,
Rawan
APARAT
FASILITAT
OR,
Narkoba PENEGAK
TOMAS,
TOGA
TODA HUKUM, DUNIA
USAHA/SWASTA
VID.4
(CSR),
KEDEPUTIAN DI
LINGKUNGAN
Jangan sekali-kali
Mencoba dengan
Terbuka dan berterus Kadar berapapun
terang kepada Carilah Pergaulan
OrangTua apabila Yang aman
menghadapi masalah

Dapatkan Kasih
Isi waktu luang PENCEGAHAN
Sayang yg tulus
dengan kegiatan BAHAYA
dari keluarga
yang positif NARKOBA
atau orang terdekat

Waspadalah dengan
Tetap katakan
Siapapun dan jalani
TIDAK pada Narkoba
Mendekatkan diri Hidup dengan wajar
dengan
Tuhan Yang Maha Esa

Anda mungkin juga menyukai