Anda di halaman 1dari 18

*

Andika adestira
Anika sari
Linda melandani
Kartika sandra
Widya dila sari
Evi depantis
DEFINISI

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar


lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir
dan darah/lendir saja .
ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang
meriupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
enteral sebagai berikut:
Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis),
adeno-virus, rotavirus, astrovirus.
Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides);
protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas
nominis); jamur (candida albicans).
Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan
seperti: otitis media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein

3. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)

4. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar.

5. Faktor imunodefisiensi

6. Faktor obat-obatan, antibiotik

7. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.


TANDA DAN GEJALA

Tanda
Merengek ,Anus dan daerah sekitar lecet, BB
menurun,Turgor berkurang,Mata dan ubun-ubun besar
dan menjadi cekung (pada bayi), Selaput lendir bibir
dan mulut serta kulit tampak kering, Nadi cupat dan
kecil, Denyut jantung jadi cepat,TD menurun Kesadaran
menurun, Pucat, nafas cepat, Buang air besar 4x/hari
untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa,
Suhunya tinggi

Gejala
Tidak nafsu makan, Lemas, Dehidrasi, Cengeng,
Oliguria, Anuria Rasa haus
PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut/kronis akanterjadi:

1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air

2. Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik)


Asidosis metabolik terjadi karena: Kehilangan natrium
bikarbonat bersama tinja, Adanya ketosil kelaparan,
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton
tertimbun di dalam tubuh.

3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang
menderita diare.
4. Gangguan gizi
makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi
baik karena hiperperistaltik.Meningkatnya motilitas
dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan
ekskresi cairan-cairan dan elektrolit yang
berlebihan.

5. Gangguan sirkulasi darah


Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai
muntah dapat terjadi gangguansirkulasi darah
berupa kegiatan (syok) hipovolemik.
Diare Akut Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat.
Diare Kronis Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu
Diare osmotik : Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-
obatan dihentikan). Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare
merupakan beban osmotik utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak
diabsorbsi. Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda
osmotiknya bertambah besar (> 160 mOsm/L). Dapat disebabkan oleh
malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, bayi berat badan lahir
rendah dan bayi baru lahir. Kelainan-kelainan yang menyebabkan
diare osmotik kronis dapat diklasifikasi dari mekanisme patofisiologinya,
umur pada saat mulainya/pola tampilannya.
Diare sekretorik : Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.
Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi. Frekuensi
BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak. Tinja mempunyai kadar
Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20 mOsm/L.
Data laboratorium
Pemeriksaan Tinja
makroskopis : Bentuk cair, kurang lebih jumlahnya 250 gram dalam sehari

mikroskopis: Na normal dalam tinja 56 – 105 mEq/l, chloride normal dalam tinja 55 – 95 mEq/l, kalium normalnya 25 – 26
mEq/l,HCO3 normalnya 14 – 31 meq/l.

Pemeriksaan PH
PH dan kadar gula dapat diperiksqa dengan kertas lakmus dan tablet clini test bila didugaterjadi intoleransi gula.

Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah lebih tepat lagi dengan dilakukan pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

Pemeriksaan Darah
Darah lengkap meliputi elektrolit serum, kreatinin, BUN menunjukan adanya dehidrasi, hemoglobin, hematokrit, dan BUN biasanya
mengalami penurunan pada diare akut

Duodenal Intubation
untuk mengetahui kuiman penyebab secar kuantitatif terutama pada diarekronik.

Rekto kolonoskopi
kolonoskopi tidak diindikasikan pada diare akuttapiu pada waktu lebih dari 10 haritidak berhenti / cenderung menjadi kronik maka
rekto sigmoidoskopi sangat perlu . Bila diare berdarah mutlak perlu dilakukan rektokolomoskopi.

Foto sinar X ( Rontgen )


foto sinar X tidak perlu dilakukan pada diare akut. Pada kasus diare akur peranan

Rontgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya pada diare kronik dimana pemeriksaan sinar X memegang peranan yang
sama dengan endoskopi.
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Anamnesa
Umur : pada pasien geriatric biasanya akibat
tumor , divertikulitis, laksan berlebih. Pada
pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi,
intoleransi lactase, sindrom kolon iritatif.

Frekuensi diare : biasanya frekuensi diare oleh


infeksi bakteri biasanya dari hari ke hari makin
sering, berbeda dengan diare akibat minum
laksan atau akibat salah makan

Lamanya diare : diare akut biasanya


berlangsung cepat, diare kronik berlansung
lama
Nyeri Abdomen : nyeri abdomen disertai diare
terjadi pada infeksi bakterial pada usus,
sedangkan nyeri sesudah diare yang tidak
pernah puas pada infeksi maupun sindrom
mauoun usus iritabel

Data subyektif :
Data yang didapat dari keluhan klien

Data obyektif :
Data yang didapat dari apa yang kita observasi
, diukur , dapat diperoleh dengan panca indra
Pemeriksaan Fisik

Kepala dan Muka


Kepala :inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agakcekung

Rambut: terjadi rontok atau merah karena malnutrisi

Mata: mata pada umumnya agak cekung

Mulut: mukosa kering, bibir pecah – pecah , lidah kering bibir sianosis.

Pipi: pada tulang pipi biasanya menonjol

Wajah: tampak lebih pucat

Leher : Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid


Jantung : Menimbulkan aritmia jantung
Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya simetris, supel tidak ada lesi Perkusi : tympani ( kembung)

Palpasi: umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus dan dapat terjadi
kejang perut .

Auskultasi : bising usus >30x / menit

Anus : Anus terjadi iritasi, kemerahan padsa daerah sekitarnya


Kulit : Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 – 2 detik k
esadaran : compasmentis, pasda dehidrasi berat dapat terjadiapatis, somnolen, kadaang
sopokomateus.

Keadaan umum : sedang atau lemah

Vital sign : pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan :
TDmenurun ( missal 90/40 mmHg )

Nadi sepat sekali (tachikardi )

Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya infeksi dalam
usus

Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya kompensasi asam
basa.
Diagnosa keperawatan
DX 1 . Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawtaan sela ma 3x 24 jam, Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara
optimal

Kriteria :
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah, haluaran urine terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-ubun
besar tidak cekung.
 Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari
 Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam batas normal.
 Blood Gas Analysis dalam batas normal

Intervensi :

 Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)


 Pantau intake dan out put
 Timbang BB setiap hari

Penatalaksanaan rehidrasi :
 Anjurkan keluarga bersama klien untuk minum yang banyak (LGG, oralit atau pedyalit 10 cc/kg BB/mencret

Kolaborasi :
 Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)
 Obat-obatan (antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit untuk keseimbangannya, antispasmolitikberfungsi
untuk proses absrobsi normal dan antibiotik sebagai antibakteri berspektrum luas untuk menghambat endoktoksin)
 Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit penyerta)
DX 2 . Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria :
 Nafsu makan baik
 BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh
 Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)\

Intrvensi :
 Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi, berlemak dan air panas atau dingin)
 Timbang BB setiap hari
 Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai dengan kebutuhan.
 Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai dengan kesehatan dan peningkatan daya tahan tubuh.

Kolaborasi :
 Dietetik
 anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula rendah laktosa), makan setengah
padat/makanan padat.
 Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat
 Rehidrasi parenteral (IV line)
 Supporatif (pemberian vitamin A)
DX.Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam nyeri teratasi

Kriteria hasil :
 Tidak tampak wajah meringis kesakitan
 Skala nyeri berkuran (0-2)
 Tidak ada keluhan nyeri

Intervensi :
 Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal
dan non verbal
 Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
 Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase
punggung dan kompres hangat abdomen
 Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan
berikan perawatan kulit
 Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai