Anda di halaman 1dari 10

KRISIS MONETER

DI INDONESIA

Kelompok 4
1. Masrifatul Islamiyah (20181221213)
2. Nur Aisyah Zalsabilla (20181221110)
3. Reyza Shafira (20181221194)
4. Resa Diana (20181221017)
Materi

• Pengertian Krisis Moneter


• Krisis Moneter 1997-1998
• Dampak Krisis Moneter
• Kebijakan Pemerintah
• Implikasi Kebijakan
Pengertian Krisis Moneter
Krisis moneter adalah krisis yg berhubungan
dengan uang atau keuangan suatu Negara, hal
ini ditandai dengan Keadaan keuangan yang
tidak menentu sebagai akibat lembaga
keuangan dan nilai tukar mata uang tidak
berfungsi dan tidak berjalan sesuai dengan
harapan.
Krisis Moneter 1997-1998
• Pada Agustus 1997, mata uang rupiah mulai
bergerak di luar pakem normal. Rupiah tidak saja
bergeliat negatif, tapi lebih dari itu. Rupiah
bergerak sempoyongan.
• September 1997, Bursa Efek Jakarta atau Bursa Efek
Indonesia berada di titik terendahnya. Perusahaan
yang meminjam dalam dolar harus menghadapi
biaya yang lebih tinggi untuk membayar utang.
• Januari 1998, dolar menguat menyentuh level Rp
11.000.
• Juli 1998, rupiah terus merosot , US$1 setara dengan
Rp 14.150.
• Pada 31 Desember 1998, rupiah menguat perlahan,
tapi hanya mampu meningkat hingga Rp 8.000 untuk
US$1.
• Total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai
138 miliar dolar AS. Sedangkan saat itu cadangan
devisa tinggal sekitar 14,44 miliar dolar AS.
• Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah
yang ditutup pada level Rp 4.850/dolar AS pada 1997,
meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp 17.000/dolar
AS pada 22 Januari 1998.
• Anjloknya rupiah secara dramatis, menyebabkan pasar
uang dan pasar modal juga rontok, bank-bank nasional
mendadak terlilit kesulitan besar. Peringkat
internasional bank-bank besar tersebut memburuk, tak
terkecuali surat utang pemerintah, peringkatnya ikut
lengser ke level di bawah.
• Ratusan perusahaan (skala kecil - konglomerat)
bertumbangan. Sekitar 70 persen lebih perusahaan
yang tercatat di pasar modal mendadak berstatus
insolvent alias bangkrut. Sehingga risiko lanjutannya
adalah lahirnya gelombang besar pemutusan
hubungan kerja (PHK) dan mengakibatkan angka
pengangguran melonjak.
Dampak Krisis Moneter
Krisis moneter membawa dampak yang kurang baik
bagi negara yang tertimpa krisis. Hal ini disebabkan
Karena kurs nilai tukar valas, khususnya dolar AS
yang tinggi. Sehingga nilai mata uang jatuh. Dengan
kejadian itu, banyak perusahaan yang terpaksa
menghentikan karyawannya dengan alasan tidak
dapat membayar upah.
Kebijakan Pemerintah
Upaya-upaya yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam rangka
memulihkan perekonomian negara dari dampak krisis moneter 1998
diatas diuraikan sebagai berikut :
A. Kebijakan Ekonomi Makro
Kebijakan ekonomi makro yang telah dilaksanakan pemerintah
dalam upaya menekan laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah
terhadap valuta asing adalah melalui kebijakan moneter yang ketat
disertai anggaran berimbang, dengan membatasi anggaran sampai
pada tingkat yang dapat diimbangi dengan tambahan dana dari
pinjaman luar negeri
B. Kebijakan ekonomi Mikro
Kebijakan ekonomi mikro yang ditempuh pemerintah adalah dengan
mengangkat kembali sektor-sektor usaha kecil menengah
masyarakat (pelaku usaha) dengan mekanisme pemberian pinjaman
dana dengan prioritas bunga yang rendah.
Tujuan pemerintah mengambil langkah ini dimaksudkan untuk :
1. Untuk mengurangi dampak negatif dari krisis ekonomi
terhadap kelompok penduduk berpenghasilan rendah dengan
dikembangkannya jaringan pengaman sosial yang meliputi
penyediaan pokok dengan harga terjangkau, mempertahankan
tingkat pelayanan pendidikan dan kesehatan pada saat krisis,
serta penanganan pengangguran dalam upaya
mempertahankan daya beli kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah.
2. Menyehatkan sistem lembaga perbankan dan memulihkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan
Indonesia.
3. Merestrukturisasi hutang luar negeri.
4. Mereformasi struktural di sektor rill, dan
5. Mendorong ekspor.
Implikasi Kebijakan
Ada beberapa implikasi kebijakan yang bisa dilakukan:
• Penyempurnaan kebijakan moneter secara konsisten dengan
mengacu kepada Inflation Targeting Frameweork (ITF).
• Mendorong sektor riil agar bergerak lebih cepat dan berdaya tahan
lebih tinggi terhadap krisis, perbaikan iklim investasi menjadi faktor
yang sangat penting
• Di sektor perbankan, perlu diadakan langkah-langkah memperkuat
manajemen risiko, seperti screening dan monitoring terhadap
kredit-kredit berisiko
• Kebijakan fiskal dalam jangka pendek guna menahan pelemahan
ekonomi lebih dalam diharapkan dapat berjalan optimal dan tepat
waktu.
• Koordinasi fiskal dan moneter mutlak diperlukan demi terciptanya
konsistensi dan keselarasan kebijakan yang diambil dan perlu
diintensifkan.

Anda mungkin juga menyukai