Anda di halaman 1dari 119

Perancangan Geometrik Jalan

UDI SUBAGYO ST., MT


LATAR BELAKANG
 MANUSIA SELALU
BERHASRAT
MENCARI
KEBUTUHAN HIDUP
DAN
BERKOMUNIKASI
LATAR BELAKANG
• JEJAK MANUSIA UNTUK
MENCARI KEBUTUHAN
HIDUP
• ALAT TRANSPORTASI,
HEWAN, KERETA, MULAI
DIBUAT JALAN RATA
ROMAWI
 Bangsa Romawi mulai
abad ke 4 SM, telah
membuat jalan dengan
perkerasan ukuran tebal 3
feet — 5 feet (1,0 m —
1,7 m) dan lebarnya 35
feet (± 12 m).
INDONESIA
INDONESIA
Jalan Daendles ± 1000 km pada zaman
Belanda, yang dibangun dari anyer di Banten
sampai Panarukan di Banyuwangi Jawa Timur.
Pembangunan tersebut dilakukan dengan
kerja paksa pada akhir abad 18.

Tujuan pembangunan pada saat itu


terutama untuk kepentingan strategi dan
dimasa tanam paksa untuk memudahkan
pengangkutan hasil bumi
PERAN JALAN
PRASARANA TRANSPORTASI
EKSOSBUDHANKAM
PERAN JALAN
PRASARANA DISTRIBUSI BARANG DAN JASA
PERAN JALAN
MENGHUBUNGKAN DAN MENGIKAT SELURUH
NKRI
DEFINISI JALAN
Jalan raya adalah merupakan suatu lintasan
yang bertujuan untuk melewatkan lalu-lintas
orang / barang dari suatu tempat ke tempat
lainnya.
DEFINISI JALAN
Lintasan menyangkut jalur tanah yang
diperkuat (diperkeras) maupun jalur tanah
tanpa perkerasan
DEFINISI JALAN
Lalu lintas menyangkut kegiatan lalu lalang
atau gerak semua benda dan makhluk yang
melewati jalur tersebut baik kendaraan
bermotor, kendaraan tidak bermotor seperti
(Sepeda, Gerobak, dll) manusia maupun
hewan.
DEFINISI JALAN
SARANA TRANSPORTASI DARAT YANG
MELIPUTI SEGALA BAGIAN JALAN TERMASUK
BANGUNAN PELENGKAP DAN
PERLENGKAPANNYA YANG DIPERUNTUKKAN
BAGI LALULINTAS.
Klasifikasi Jalan
 Sesuai Peruntukannya
– Jalan Umum
– Jalan Khusus
DEFINISI JALAN
JALAN KHUSUS

JALAN KHUSUS JALAN YANG DIBANGUN OLEH INSTANSI,


BADAN USAHA, PERSEORANGAN ATAU KELOMPOK
MASYARAKAT
DEFINISI JALAN
JALAN UMUM
JALAN YANG DIPERUNTUKKAN BAGI
KEPENTINGAN UMUM
DEFINISI JALAN
JALAN TOL
JALAN UMUM YANG MERUPAKAN BAGIAN SISTEM JARINGAN JALAN
DAN SEBAGAI JALAN NASIONAL YANG PENGGUNANYA DIWAJIBKAN
MEMBAYAR TOL
Klasifikasi Jalan
Jalan umum dikelompokan berdasarkan (ada 5)

Sistem: Jaringan Jalan Primer; Jaringan Jalan Sekunder


Status: Nasional; Provinsi; Kabupaten/kota; Jalan desa
Fungsi: Arteri; Kolektor; Lokal; Lingkungan
Kelas (sesuai bidang lalu lintas dan angkutan jalan) : I; II; IIIA; IIIB; IIIC
Spesifikasi penyediaan prasarana:
1) jalan bebas hambatan;
2) jalan raya;
3) jalan sedang;
4) jalan kecil.
SISTEM JARINGAN
JARINGAN JALAN PRIMER
Sistem jaringan jalan, dengan
peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk
pengembangan semua
wilayah ditingkat nasional.
SISTEM JARINGAN
JARINGAN JALAN SEKUNDER

Sistem jaringan jalan, dengan


peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk
pengembangan untuk
masyarakat di kawasan
perkotaan
STATUS JALAN
JALAN NASIONAL
Jalan Arteri dan Jalan Kolektor dalam sistem
jaringan jalan Primer yang menghubungkan
antar ibukota provinsi.

• JALAN PROVINSI
Jalan Kolektor dalam sistem jaringan jalan
Primer yang menghubungkan antar ibukota
provinsi dengan ibukota kabupaten/kota,
atau antar ibukota kabupaten/kota
STATUS JALAN
JALAN KABUPATEN
Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan
jalan primer yang bukan jalan nasional dan
jalan provinsi yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibu kota kecamatan, antar
ibu kota kecamatan.

Jaringan Jalan Sekunder dalam wilayah


Kabupaten
STATUS JALAN
JALAN KOTA
Jalan dalam sistem jaringan jalan sekunder
yang menghubungkan antar pusat pelayanan
dalam kota dan antar pusat pemukiman
dalam kota

JALAN DESA
Jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan atau antarpemukiman di dalam desa,
serta jalan lingkungan
FUNGSI JALAN
ARTERI
Jalan yang berfungsi melayani angkutan utama,
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-
rata tinggi.
FUNGSI JALAN
KOLEKTOR

Jalan yang berfungsi melayani angkutan


pengumpul atau pembagi, dengan ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang.
FUNGSI JALAN
LOKAL

Jalan yang berfungsi melayani angkutan


setempat, dengan ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah.
FUNGSI JALAN
 JALAN
LINGKUNGAN
Jalan yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi, dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata
rendah.
Klasifikasi & Spesifikasi Jalan
berdasarkan
Penyediaan Prasaran Jalan
Sumber: PP 34/2006 tentang Jalan
Klasifikasi penggunaan jalan
Klasifikasi Penggunaan Jalan
Persyaratan teknis jalan (PP34/2006)
Matrik Klasifikasi Jalan (Proposed)
Tipikal Ruang Jalan
Sumber: Penjelasan PP 34/2006
Ruang Jalan
Sumber: UU 38/2004 & PP 34/2006, tentang Jalan
Definisi Tingkat Pelayanan
PerMen Hub No 14/2006
PENAMPANG MELINTANG
JALAN
TIPIKAL PENAMPANG JALAN BERASPAL
BAGIAN-BAGIAN JALAN
TIPE JALAN
 Jalan Tidak Terbagi (TB), yaitu ruas
jalan yang pembatas jalurnya berupa
marka jalan (terputus-putus atau
menerus/solid).
 Jalan Terbagi (B), yaitu ruas jalan
yang pembatas jalurnya berupa
bangunan, yang disebut median,
secara teknis berupa bangunan yang
dilengkapi dengan taman atau sekedar
pasangan kerb beton.
JALAN 2 JALUR, 2 LAJUR 2 ARAH
JALAN 1 jalur – 2 lajur – 1 arah
Jalan 2 jalur – 4 lajur Terbagi
PROSEDUR PERENCANAAN
JALAN
 Standar Perencanaan
 1) Direktorat Jendral Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum
 2) American Association Of State
Highway and Transportation Oficial
(AASHTO)
PROSEDUR PERENCANAAN
JALAN
 Disiplin Ilmu Terkait
 1) Geologi - Mekanika Tanah &
Pondasi
 2) Hidrologi
 3) Hidrolika
 4) Geodesi
 5) Teknologi & Struktur Beton
 6) Struktur Baja
PROSEDUR PERENCANAAN
JALAN
 Prosedur Perencanaan
 Untuk mendapatkan jalan raya yang
‘baik’ (biaya konstruksi murah,
 biaya pemeliharaan rendah, pelayanan
optimum, nilai ekonomis bagi
masyarakat maksimum),
 maka prosedur perencanaanya harus
difahami dengan baik oleh perencana
jalan
PROSEDUR PERENCANAAN JALAN SECARA
UMUM
Prosedur Perencanaan Jalan Raya Berbasis Potensi Pergerakan
PROSES PERENCANAANGambar Situasi
Skala 1:1000
GEOMETRIK JALAN

Penentuan Trace Jalan

Penentuan Koordinat PI & PV

Perencanaan Alinyemen Perencanaan Alinyemen


Vertikal Horisontal

Coba Tikungan Full Circle

Pakai Tikungan
R > Rmin Yes
Full Circle

No

Coba Tikungan
Spiral – Circle - Spiral
No
PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN
 Perencanaan Geometrik Jalan
 merupakan bagian dari perencanaan
jalan, yang menitik beratkan pada
perencanaan bentuk fisik jalan raya.
 Tujuan dari perencanaan geometrik
jalan
 adalah untuk memenuhi fungsi dasar
jalan, yaitu memberikan pelayanan
kepada pergerakan arus lalu lintas
SASARAN PERENCANAAN
GEOMETRIK

 Sasaran perencanaan geometrik jalan


adalah untuk menghasilkan
 design infrastruktur jalan raya yang
aman, efisien dalam pelayanan arus
lalu lintas dan
 memaksimumkan ratio tingkat
penggunaan / biaya pelaksanaan.
ELEMEN PERENCANAAN
GEOMETRIK

 Elemen daalam perencanaan


geometrik jalan, yaitu :
 Penampang melintang, menjelaskan
bagian-bagian dari (konstruksi) jalan
 Alinyemen horisontal/tikungan (trase
jalan), memperlihatkan kondisi jalan
yang lurus, menikung ke kiri -
menikung ke kanan;
ELEMEN PERENCANAAN
GEOMETRIK

 Alinyemen vertikal (penampang


memanjang), memperlihatkan kondisi
 jalan yang datar (0 %), mendaki (+
g%) atau menurun (- g%); dimana
kondisi ini berkait erat terhadap sifat
operasi kendaraan, keamanan, jarak
pandang dan fungsi jalan
 selanjutnya aspek ini berkaitan pula
terhadap
PARAMETER PERENCANAAN
GEOMETRIK

 KENDARAAN RENCANA
 KECEPATAN RENCANA
 VOLUME DAN KAPASITAS JALAN
 TINGKAT PELAYANAN YANG
DIBERIKAN OLEH JALAN TERSEBUT
Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan antar
Kota
Publikasi Ditjen Bina Marga Versi tahun
1997
(ditanda tangan Dirjen Bina Marga)
Rujukan
 American Association of State Highways and
Authority Offeceses (AASHTO, 1994): A policy
design of highways and streets”. Dipublikasikan
oleh AASHTO, Washington DC.
 AASHTO 2001, ada yang baru!
 Puslitbang Jalan (1996, 1997, 1998): “Pengukuran
Elemen Geometrik Jalan”. Laporan Litbang,
Bandung.
 Puslitbang Jalan (1996, 1997, 1998): “Penelitian
Faktor K dan VDF”. Laporan Litbang, Bandung.
Klasifikasi Medan Jalan

Kemiringan
No Jenis Medan Notasi
Medan

2 Datar D < 3%

3 Perbukitan B 3%-25%

4 Pegunungan G > 25%


Kriteria Perencanaan

 Kendaraan Rencana
 Equivalent Mobil Penumpang
 Volume Lalu-lintas
 Kecepatan Rencana
Kendaraan Rencana
 Dimensi & Radius putar sbg dasar
penyediaan ruang jalan
 3 Kategori:
– Kendaraan Kecil: mobil penumpang
– Kendaraan Sedang: Truk 3 As tandem atau TBus
Besar 2 As
– Kendaraan Besar: Truk Tempelan (Semi Trailer)
 Ruang manouver kendaraan saat membelok
di tikungan atau persimpangan sbg dasar
penyediaan ruang
Lapak Kendaraan
(Proyeksi dimensi
kendaraan rencana
pada saat membelok
ke atas perkerasan
jalan, untuk
menentukan “ruang”
jalan yang perlu
disediakan)
KENDARAAN KECIL
Kend. Sedang (Bus) dan Besar
(Truk Semi Trailler-Tempelan)
Emp
(mengacu ke MKJI, 1977)
Volume Lalu-lintas Rencana
(mengacu ke MKJI, 1977) atau Perencanaan Lalu-
lintas
Faktor K dan Faktor F
(=LHRT=AADT)
Kecepatan Rencana (VR)
(agar mengacu ke PP No.34/2006)
Damaja, Damija, Dawasja
(ketentuan lama)
Rumaja, Rumija, Ruwasja
Penampang Melintang
Jalan
Sedang
dan
Jalan Kecil
??
Jalan ber TROTOAR
Tipikal jalan ber MEDIAN
(Jalan Raya dan Jalan Bebas Hambatan)
JALUR dan LAJUR Lalu-lintas
Tipikal Jalur
Jalan
Penentuan lebar Jalur & Bahu
Ketentuan desain
geometrik jalan (proposed)
setelah mempertimbangkan UU38/2004 & PP34/2006
Lajur
Bahu Jalan
Median
Fasilitas pejalan kaki

 Ngacu ke Tata cara perencanaan


geometrik jalan perkotaan
JARAK PANDANG
+ Jarak pandang Henti (Stopping sight distance, ssd)
+ Jarak Pandang Mendahului (Overtaking Sight Distance, osd)
+ Jarak kebebasan pandang di tikungan
Jarak Pandang Henti, JH

VR, Km/Jam 120 100 80 60 50 40 30 20

JH minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16

Jarak pandang Mendahului, JD


VR, Km/Jam 120 100 80 60 50 40 30 20

JD minimum (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
Kebebasan pandang di
tikungan
Alinemen HORIZONTAL

-Bagian Lurus
-Bagian Lengkung (Tikungan)
-Tikungan gabungan
Panjang Bagian Lurus

Fungsi Panjang Bagian Lurus


Maximum (m)
Datar Perbukitan Pegunungan
Arteri 3000 2500 2000

Kolektor 2000 1750 1500

Lokal 1500 1200 750


Bagian Tikungan

 Mengimbangi gaya sentrifugal


 Daerah bebas pandang disamping
 Bentuk:
– Spiral Circle Spiral
– Full circle
– Spiral-Spiral
 Superelevasi, e
– eMAX = 10%
Panjang jari-jari tikungan
minimum, Rmin

 Rmin = VR2 / {127 (emax – f )}


– F = 0,14 – 0,24
– emax = superelevasi max

VR (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

R min (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
Lengkung peralihan
 Sisipan antar bagian lurus dan lengkung
 Bentuk Spiral atau Parabola
 Panjang lengkung peralihan, LS
ditetapkan:
– Waktu tempuh max 3 detik
– Antisipasi gaya sentrifugal
– Tingkat perubahan kelandaian re-max
 VR <80 Km/jam, re-max = 0,035 m/m/detik
 VR ≥ 80 Km/jam, re-max = 0,025 m/m/detik
– Gunakan tabel LS
Rumus LS
(pilih LS terpanjang dari 3 rumus)

1. LS = (VR /3,60) T
2. LS = 0,022 VR3/(R.C) – 2,727 VR . E / C
3. LS = (emax-en) VR / (3,60 re)

• T = waktu tempuh lengkung peralihan


• VR =Kecepatan rencana, Km/jam
• C = perubahan percepatan, 1 s.d. 3 m/detik3
• R =iari-jari tikungan, m
• En = superelevasi normal, 2% s.d. 2,5%
• re = tingkat perubahan pencapaian superelevasi
(m/m/detik)
LS = f {VR, e}
Panjang Jari-jari tikungan
tanpa lengkung peralihan,
RTLP

VR (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

RTLP (m) 2500 1500 900 500 350 250 130 60


Panjang Jari-jari tikungan
tanpa superelevasi, RTSe

VR (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

RTSe (m) 5000 2000 1250 700 - - - -


Pergeseran lintasan pd
tikungan dengan lengkung
peralihan, p
 P = LS2/(24RC),
RC=jari-jari
circle.
 P<0,25m tidak
perlu lengkung
peralihan
Metoda pencapaian
Superelevasi
 Pencapaian secara Linear
 Pada tikungan SCS:
– Dari superelevasi normal pd bagian lurus s.d. TS: dari (2%-
2,5%) s.d. (0%)
– dari TS s.d. SC: 0% s.d. superelevasi penuh (e%)
 Pada tikungan fC:
– 2/3 LS pada bagian lurus
– 1/3 LS pada bagian Circle
 Pada tikungan SS:
– Superelevasi seluruhnya dilakukan pada bagian Spiral
Metoda pencapaian superelevasi pada
tikungan SCS (Koreksi gbr halaman 32)
Metoda pencapaian superelevasi pada
tikungan fC
Pelebaran di
tikungan
 Konsistensi geometrik, di
tikungan sama dgn di
bagian lurus
 Kendaraan tetap pada
lajurnya
 Penambahan pelebaran
karena gerak melingkar
membutuhkan ruang lebih
 Mengikuti kendaraan
rencana
 Pelebaran <0,60m, dapat
diabaikan
Aplikasi
pelebaran di
tikungan
Pelebaran di tikungan
Tikungan Gabungan (TG)

 Tipe:
– TG searah
– TG Balik Arah
 R1/R2 ≥ 2/3, TG searah harus dihindari
 R1/R2 < 2/3, TG harus dilengkapi bagian
lurus (atau clothoide) sepanjang ≥20m
 Setiap TG Balik arah HARUS dilengkapi
bagian lurus sepanjang ≥30m
TG searah
TG Balik Arah
Alinemen VERTIKAL

Bagian Landai: positif (tanjakan) dan negarif (turunan)


Bagian Lengkung vertikal: Cekung dan Cembung
Kelandaian maksimum, gmax
 Memelihara kecepatan kendaraan
 (ukurannya) truk bermuatan penuh, Truk semi Trailler
 penurunan kecepatan < separuh kecepatan awal
(TCPGJAK’97)

VR (Km/Jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40

gmax (%) 3 3 4 5 8 9 10 10
Panjang (landai) Kritis,
LKritis
 Mempertahan kecepatan dgn penurunan V ≤ 50%VR
 penurunan kecepatan < 15 Km/Jam (AASHTO’2001)
 Lama perjalanan < SATU menit

Kelandaian (%)
VAWAL
(Km/Jam)
4 5 6 7 8 9 10 Cttn

80 630 460 360 270 230 230 200


AASHTO’94
60 320 210 160 120 110 90 80
40 ?
Speed-Distance curves: utk perlambatan
Truk berat tipe 120 kg/kW pada tanjakan
Speed-Distance curves: utk percepatan Truk
berat tipe 120 kg/kW pada turunan
Perbedaan hasil
hitungan
panjang kritis
dgn TTPGJAK
(AASHTO’1994)
versus AASHTO
‘2001
Lengkung VERTIKAL

 Mengurangi goncangan kendaraan dan


menyediakan jarak pandang henti
 Bentuk parabola sederhana
 Penampilan, kenyamanan, dan JH
 L
 Lmin =
Lajur Pendakian
 Memfasilitasi kendaraan yang berjalan lebih
lambat dari rata-rata kecepatan kendaraan
lain (Truk berat) agar tidak menghalangi.
 Utk kelandaian yg besar, menerus, lalu-
lintas relatif padat
 Pada Jalan arteri atau kolektor dengan
VLHR>15000smp/hari dan Truk >15%
Lajur pendakian
Jarak antara 2 lajur
pendakian
Koordinasi alinemen

Jangan menyimpan lengkung


tajam pada bagian yang besar

Anda mungkin juga menyukai