Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 4

PENGELOLAAN DAS
S W A T - Soil Water Assessment Tool

Disusun Oleh:

Muhammad Lutfi Wirawan


Hamdan Salahudin
Titi Setyowati
Mahendra Zhafir Pratama
Ushada Guntur Kalpajar
Dona Katriana
PENGERTIAN

SWAT adalah model yang dikembangkan oleh Dr. Jeff Arnold pada awal tahun 1990-
an untuk pengembangan Agricultural Research Service (ARS) dari USDA. Model
tersebut dikembangkan untuk melakukan prediksi dampak dari manajemen lahan
pertanian terhadap air, sedimentasi dan jumlah bahan kimia, pada suatu area DAS
yang kompleks dengan mempertimbangkan variasi jenis tanahnya, tata guna lahan,
serta kondisi manajemen suatu DAS setelah melalui periode yang lama.
SWAT adalah model waktu kontinu yang beroperasi
MANFAAT/ pada langkah waktu harian pada skala cekungan.
Tujuannya adalah untuk memprediksi dampak jangka
KEGUNAAN panjang dari manajemen dan waktu praktik pertanian
dalam satu tahun (yaitu, rotasi tanaman, tanggal
penanaman dan panen, irigasi, pupuk, dan laju dan waktu
penerapan pestisida).

Hal ini dapat digunakan untuk mensimulasikan


siklus air dan unsur hara skala cekungan di lanskap yang
penggunaan lahan dominannya adalah pertanian. Ini juga
dapat membantu dalam menilai efisiensi lingkungan dari
praktik manajemen terbaik dan kebijakan manajemen
alternatif.
KEUNGGULAN

 Salah satu keuntungan SWAT adalah integrasi model skala wilayah sungai
dengan GIS yang menyediakan hubungan pemodelan yang jauh lebih baik
dalam wilayah pengelolaan (Srinivasan & Arnold, 1994).

 Model ini dilengkapi dengan dokumentasi untuk persamaan dan algoritma,


manual pengguna yang menggambarkan input dan output model, dan
manual antarmuka ArcGIS (Arnold & Fohrer, 2005; Neitsch, 2005; Santhi,
Srinivasan, Arnold & Williams, 2006; Setegn, Srinivasan & Dargahi, 2008).
KELEMAHAN

 Meskipun model memiliki keunggulan yang signifikan, Sayangnya SWAT kurang dalam
kaitannya dengan representasi spasial dari unit-unit respon hidrologis di dalam sub-DAS
(Gassman et al., 2007).

 Dampak pada prediksi evapotranspirasi, perkolasi dan kadar air tanah secara signifikan
dipengaruhi meskipun peningkatan pengalaman heterogenitas spasial dengan
menggunakan sub-DAS berukuran besar. Secara umum, ditemukan bahwa limpasan
permukaan tidak terpengaruh secara signifikan dengan memiliki sub-DAS yang lebih
besar dan lebih sedikit (Tripathi, Raghuwanshi & Roa, 2006).

 Selain itu, SWAT secara keliru memodelkan infiltrasi ke dalam akuifer di daerah hard
rock dengan mengasumsikan kapasitas tak terbatas untuk infiltrasi air (Garg, Karlberg,
Barron, Wani & Rockstrom, 2012, Batchelor, 2013).
CARA KERJA

PENGUMPULAN PEMODELAN
DATA
PENGUMPULAN
Jenis Data Kebutuhan Data Bentuk Data
DATA
DEM (Digital Elevation Data Raster (.tif)
Model)
Data Spasial Poligon DAS Shapefile (.shp)
Jaringan Sungai Shapefile (.shp)
Tekstur Tanah Data Raster (.tif)
Penggunaan Lahan (citra) Data Raster (.tif)
Curah Hujan Numerik
Temperatur maksimum- Numerik
Data Iklim minimum
Kelembaban relatif Numerik
Kecepatan angin Numerik
Solar radiation Numerik
TAHAPAN
PEMODELAN
Watershed Deliniation
Menentukan inlet/outlet jaringan sungai pada peta DEM DAS
untuk membagi DAS menjadi Sub-DAS.
TAHAPAN
PEMODELAN
Pembentukan Hydrologic Response Units(HRU)
Dibutuhkan data Sub-DAS, penggunaan lahan, tanah, kelas lereng, untuk membuat
masing-masing HRU
TAHAPAN
PEMODELAN
Set up dan Run SWAT
Sebelum menjalankan SWAt, data iklim perlu didefinisikan terlebih dahulu dengan
cara menambah data menjadi bentuk .wgn (Weather generator data)
TAHAPAN
PEMODELAN
Visualisai Output Data SWAT
Jenis visualisasi yang ditampilakn oleh MWSWAT berupa visualisasi statistik yang hanya
menampilkan satu nilai untuk masing-masing subDAS
TAHAPAN
PEMODELAN
Terdapat 2 aplikasi untuk menampilkan output dari SWAT yaitu
SWATPlot dan SWATGraph.
-SWATPlot merupakan alat untuk mengekstrak data dari file output SWAt
-SWATGraph merupakan alat untuk menampilkan output dari SWATPlot
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Simulasi SWAT
Deliniasi DAS Cikupundang terbentuk 16 SubDAS dengan luas total SubDAS
184,14 Km2
Terbentuk berdasarkan data DEM dengan menambahkan titik outlet sebagai outlet
debit aliran sebanyak 4 titik
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hydrologic Response Units(HRU)
Pada tahap ini dilakukan overlay antara hasil data Dem, data penggunaan
lahan serta tanah. Terbentuk 16 HRU yang berbeda pada setiap SubDAS.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Simulasi Debit DAS Cikapundung
THANK YOU
ANY QUESTION ?

Anda mungkin juga menyukai