Anda di halaman 1dari 41

“MINYAK BUMI”

Diajukan sebagai tugas mata kuliah


Pengantar Teknik Kimia & Industri
DAFTAR ISI

PENGERTIAN MINYAK BUMI

PROSES TERBENTUKNYA MINYAK BUMI

KOMPONEN PENYUSUN MINYAK BUMI

PROSES PENGOLAHAN MINYAK BUMI

HASIL PENGOLAHAN MINYAK BUMI


PENGERTIAN
MINYAK BUMI
PENGERTIAN MINYAK BUMI

Minyak bumi adalah bahan bakar fosil yang berbentuk cairan kental,
berwarna coklat, atau kehijauan yang mudah terbakar. Minyak bumi
merupakan sumber energi utama dalam kehidupan manusia. Sebagian
besar penyusun minyak bumi adalah senyawa alkana. Minyak bumi
terbentuk dan bahan renik yang tertimbun jutaan tahun yang lalu dengan
tekanan dan suhu yang tinggi. Sisa-sisa tumbuhan dan hewan tertimbun
dalam kerak bumi, tekanan yang hebat dari timbunan itu dan suhu yang
sangat ekstrem selama jutaan tahun membuat semuanya mencair dan
terbentuklah minyak bumi. Lamanya pembentukan minyak bumi inilah
yang menjadikan minyak bumi dikatakan sebagai sumber daya alam yang
tidak dapat diperbarui.
PROSES
PEMBENTUKAN
MINYAK BUMI
PROSES PEMBENTUKAN MINYAK
BUMI MENURUT TEORI

A. Teori Biogenesis (Organik)


Macqiur (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama kali
mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Kemudian M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga
mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas juga didukung oleh
sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936),
Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa: “minyak dan gas
bumi berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta tahun
yang lalu dan membentuk sebuah lapisan dalam perut bumi.”
B. Teori Abiogenesis (Anorganik)
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi
terdapat logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur
tinggi akan bersentuhan dengan CO2 membentuk asitilena. Kemudian
Mandeleyev (1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat
adanya pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam dalam bumi.
Yang lebih ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa ahli yang
mengemukakan bahwa minyak bumi mulai terbentuk sejak zaman
prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan dengan proses
terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta
ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor dan
di atmosfir beberapa planet lain.
PROSES PEMBENTUKAN MINYAK
BUMI

Berikut adalah langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi:


1. Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi
dari matahari dengan fotosintesis.
2. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan terendapkan di
dasar cekungan sedimen dan membentuk batuan induk (source rock).
Batuan induk adalah batuan yang mengandung karbon (High Total
Organic Carbon). Batuan ini ias batuan hasil pengendapan di danau, di
delta, maupun di dasar laut. Proses pembentukan karbon dari ganggang
menjadi batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua
cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gas bumi. Jika
karbon ini teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai
karbon yang tidak mungkin dimasak.
3. Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang
berlangsung selama jutaan tahun. Proses pengendapan ini berlangsung
terus menerus. Salah satu batuan yang menimbun batuan induk adalah
batuan reservoir atau batuan sarang. Batuan sarang adalah batu pasir,
batu gamping, atau batuan vulkanik yang tertimbun dan terdapat ruang
berpori-pori di dalamnya. Jika daerah ini terus tenggelam dan terus
ditumpuki oleh batuan-batuan lain di atasnya, maka batuan yang
mengandung karbon ini akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk
amblas ke bumi, maka suhunya akan bertambah. Minyak terbentuk pada
suhu antara 50 sampai 180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau
kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya mencapat 100 derajat
Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu semakin turun
dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi
ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas.
4. Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk
hidrokarbon. Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah
matang ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik
minyak bumi mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting
adalah berat jenis dan kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah
lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi mentah lebih kecil
dari air. Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air
cenderung akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah
bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan
tertangkap dan siap ditambang.
KOMPONEN
PENYUSUN MINYAK
BUMI
KOMPONEN PENYUSUN MINYAK BUMI

Minyak bumi dalam bentuk minyak mentah (crude oil) yang baru diambil
dari sumur explorasi mengandung banyak zat kimia berbeda yang
berbentuk padat, cair dan gas. Sebagian besar zat yang terkandung
dalam minyak bumi merupakan senyawa hidrokarbon. Selain itu,
senyawa-senyawa nitrogen, belerang dan oksigen juga terdapat dalam
minyak bumi.
Senyawa hidrokarbon yang terdapat pada minyak bumi dapat berupa
hidrokarbon alifatik maupun hidrokarbon siklik. Jumlah hidrokarbon
alkana rantai lurus menempati bagian terbesar pada minyak bumi dan
hidrokarbon sikloalkana menempati bagian kedua terbesar. Sementara
itu golongan isoalkana, senyawa-senyawa nitrogen, belerang dan
oksigen, serta hidrokarbon aromatic terkandung dalam minyak bumi
dengan jumlah yang relative sedikit.
Pada dasarnya komposisi minyak bumi sangat bervariasi dari satu sumur
eksplorasi ke sumur eksplorasi lainnya dan dari satu daerah ke daerah
lainnya.
KANDUNGAN UNSUR KIMIA DALAM MINYAK BUMI
Sulfur (Belerang)
Minyak mentah mempunyai kandungan belerang yang lebih tinggi.
Keberadaan belerang dalam minyak bumi sering banyak menimbulkan
akibat, misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan korosi (khususnya
dalam keadaan dingin atau basah), karena terbentuknya asam yang
dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air.
Oksigen
Oksigen dapat terbentuk karena kontak yang cukup lama antara minyak
bumi dengan atmosfer di udara. Kandungan total oksigen dalam minyak
bumi adalah antara 0,05 sampai 1,5 persen dan menaik dengan naiknya
titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik apabila produk itu
terlalu lama berhubungan dengan udara. Senyawa yang terbentuk dapat
berupa: alkohol, keton, eter, dll, sehingga dapat menimbulkan sifat
asam pada minyak bumi. Oksigen dapat meningkatkan titik didih bahan
bakar.
Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu
0,1-2%. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe asphalitik. Nitrogen
mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat membentuk gum
(getah) pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada
fraksi titik didih tinggi.

Unsur-Unsur Logam
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada
proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat
menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas, dan
pembentukkan coke. Pada power generator temperatur tinggi, misalnya
oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam terutama vanadium dapat
membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari
pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium
dapat bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan
turunnya titik lebur campuran sehingga merusakkan refractory itu.
1. Komposisi Hidrokarbon pada Minyak Bumi

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa dalam


minyak bumi terdiri atas bermacam-macam senyawa hidrokarbon.
Senyawa-senyawa hidrokarbon tersebut sebagai berikut.
1.1. Alkana Golongan alkanana yang banyak terdapat dalam minyak
bumi adalah n-alkana dan isoalkana. n-alkana adalah alkana jenuh
berantai lurus dan tidak bercabang, contoh n-oktana

CH2-C2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

Isoalkana adalah alkana jenuh yang rantai induknya mempunyai atom C


tersier dan bercabang, contoh isooktana.

CH3

CH3-C-CH2-CH-CH3

CH3 CH3

Alkana disebut juga parafin. Parafin adalah senyawa hidrokarbon


tersatuasi yang mengandung rantai lurus atau bercabang yang
molekulnya hanya terdiri atas atom karbon (C) dan hidrogen (H).
1.2. Sikloalkana Sikloalkana adalah senyawa hidrokarbon berantai tunggal
dan berbentuk cincin. Golongan sikloalkana yang terdapat dalam minyak
bumi adalah siklopentana seperti metil siklopentana dan sikloheksana
seperti etil sikloheksana.

Sikloalkana juga dikenal dengan nama naptena. Naptena adalah senyawa


hidrokarbon tersaturasi yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap
pada karbonnya. Naptena memiliki rumus umum CnH2n dan mempunyai
ciri-ciri mirip alkana tetapi mempunyai titik didih yang lebih tinggi.
1.3. Hidrokarbon Aromatik Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon
yang tidak tersaturasi, memiliki satu atau lebih cincin planar karbon-6
atau cincin benzena. Pada struktur ini, atom hidrogen berikatan dengan
atom karbon dengan rumus umum CnHn. Jika hidrokarbon aromatik
dibakar, akan menimbulkan asap hitam pekat dan beberapa bersifat
karsinogen (menyebabkan kanker). Senyawa hidrokarbon aromatik yang
terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa benzena, contoh etil
benzena.
Komposisi Molekul Hidrokarbon dalam Minyak Bumi

Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin, naptena,


aspaltena, dan aromatik. Komposisi molekul hidrokarbon yang
terkandung dalam minyak bumi berdasarkan beratnya adalah sebagai
berikut:
No. Hidrokarbon Rata-Rata Rentang
1. Naptena 49% 30-60%
2. Parafin 30% 15-60%
3. Aromatik 15% 3-30%
4. Aspaltena 6% sisa-sisa

Berdasarkan komponen terbanyak dalam minyak bumi, minyak bumi


dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu parafin, naftalena, dan
campuran parafin-naftalena.
PROSES
PENGOLAHAN
MINYAK BUMI
PROSES PENGOLAHAN MINYAK BUMI

1. DESTILASI
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi.
Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace
(tanur) sampai dengan suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah
dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada
bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah
kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka
dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian
atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-
beda. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa
cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah
akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang
disebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam
kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali
komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan
komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih
atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai
puncak adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen
yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan
disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).
Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu
minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini
memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 20.
Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara
lain sebagai berikut :
1. Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50°C
2. Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
Trayek didih : 50 sampai 85°C
3. Kerosin (Minyak Tanah)
Rentang rantai karbon : C12 sampai C20
Trayek didih : 85 sampai 105°C
4. Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135°C
5. Minyak Berat
Rentang ranai karbon : C31 sampai C40
Trayek didih : 135 sampai 300°C
6. Residu
Rentang rantai karbon : di atas C40
Trayek didih : di atas 300°C

Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki


kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu
pengolahan lebih lanjut yang meliputi proses cracking, reforming,
polimerisasi, treating, dan blending.
2. CRACKING
Setelah melalui tahap destilasi, masing-masing fraksi yang dihasilkan
dimurnikan (refinery), seperti terlihat dibawah ini:
Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang
besar menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Contoh
cracking ini adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi
bensin.
Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan
fraksi gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti
knock (ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100
diberikan pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti
knocking yang istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana
yang mempunyai sifat anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan
dibandingkan dengan campuran isooktana dan n-heptana. Bilangan oktan
dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul hidrokarbon.
Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :

a. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan
tekanan yang rendah.
Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :
b. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis
yang digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan
katalitik melalui mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis
karena bersifat asam menambahkna proton ke molekul olevin atau menarik
ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium :

c. Hidrocracking
Hidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi
untuk menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada
tekanan tinggi. Keuntungan lain dari Hidrocracking ini adalah bahwa
belerang yang terkandung dalam minyak diubah menjadi hidrogen sulfida
yang kemudian dipisahkan.
3. REFORMING
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu
kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik
(rantai karbon bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul
yang sama bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga
disebut isomerisasi. Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan
pemanasan.
Contoh reforming adalah sebagai berikut :

Reforming juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari


hidrokarbon parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan
tinggi. Pada proses ini digunakan katalis molibdenum oksida dalam Al2O3
atauplatina dalam lempung.Contoh reaksinya :
4. ALKILASI dan POLIMERISASI
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi
molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan
katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis). Reaksi
secara umum adalah sebagai berikut:
RH + CH2=CR’R’’ R-CH2-CHR’R”

Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi


molekul besar. Reaksi umumnya adalah sebagai berikut :
M CnH2n Cm+nH2(m+n)

Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa isobutena dengan senyawa


isobutana menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu isooktana.
5. TREATING
Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan
pengotor-pengotornya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :
•Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor
yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.
•Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
•Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat molekul
tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas
dengan pour point yang rendah.
•Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk
minyak pelumas
•Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.

Sulfur merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam minyak bumi
atau gas, namun keberadaannya tidak dinginkan karena dapat menyebabkan
berbagai masalah, termasuk di antaranya korosi pada peralatan proses,
meracuni katalis dalam proses pengolahan, bau yang kurang sedap, atau
produk samping pembakaran berupa gas buang yang beracun (sulfur dioksida,
SO2) dan menimbulkan polusi udara serta hujan asam. Berbagai upaya
dilakukan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi, antara lain
menggunakan proses oksidasi, adsorpsi selektif, ekstraksi, hydrotreating, dan
lain-lain. Sulfur yang disingkirkan dari minyak bumi ini kemudian diambil
kembali sebagai sulfur elemental.
Desulfurisasi merupakan proses yang digunakan untuk menyingkirkan
senyawa sulfur dari minyak bumi.
6. BLENDING
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi
minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut.
Bensin yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil
minyak bumi yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan
berbagai variasi cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat
sekitar 22 bahan pencampur yang dapat ditambanhkan pada proses
pengolahannya.
Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl lead
(TEL). TEL berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin. Demikian pula halnya
dengan pelumas, agar diperoleh kualitas yang baik maka pada proses
pengolahan diperlukan penambahan zat aditif. Penambahan TEL dapat
meningkatkan bilangan oktan, tetapi dapat menimbulkan pencemaran udara.
HASIL PENGOLAHAN
MINYAK BUMI
HASIL PENGOLAHAN MINYAK BUMI

1. LPG ( Liquefied Petroleum Gas)

Secara harafiah LPG merupakan hasil pengolahan minyak bumi berupa gas
yang telah dicairkan, komponen utamanya berupa Hidrokarbon ringan seperti
Propana (C3H8), Butana (C4H10) serta terdapat juga sejumlah kecil Etana
(C2H6) dan Pentana (C5H12). LPG digunakan sebagai bahan bakar industri dan
rumah tangga, bahkan kita juga sering menemui kendaraan bermotor yang
menggunakan LPG sebagai bahan bakarnya.

Sebelum LPG dipasarkan, terlebih dulu ditambahkan zat pembau yaitu gas
marcaptan agar kita dapat mengetahui apabila terjadi kebocoran, karena
seperti yang kita ketahui, sifat dari fraksi ini apabila terlepas ke udara,
sangat mudah menyebar dan tentunya mudah terbakar. Untuk pengolahan
lebih lanjut, LPG dapat dijadikan bahan baku
berbagai masam industri lainnya, misalnya
saja industri petrokimia yang dapat mengolah
LPG menjadi beberapa produk seperti plastik,
pupuk, dan bahan kosmetik.
2. Avtur dan Avgas
Avtur

Avtur (Aviation Turbine Fuel) atau disebut juga dengan Jet-A1 merupakan
bahan bakar untuk pesawat terbang dengan type mesin turbin gas. Bahan
bakar ini dibuat dari fraksi Kerosen (minyak tanah) sehingga sifat kedua
produk ini sangat mirip, misalnya saja memiliki rentang rantai carbon serta
senyawa hidrokarbon yang sama (parafinik dan naftenik). Keunggulan Avtur
dibandingkan dengan bahan bakar lainnya yaitu memiliki volalitas yang kecil,
sehingga dapat meminimalisir kemungkinan kehilangan bahan bakar dalam
jumlah yang besar karena penguapan pada ketinggian saat penerbangan.

Selain itu, keuggulan lainnya yang dimiliki oleh avtur ialah memiliki
kandungan energi per volumenya lebih tinggi sehingga dapat memberikan
energi bagi pesawat untuk penerbangan dengan jarak yang lebih jauh.
Performa atau mutu dari bahan bakar avtur dinilai dari karakteristik
kemurnian bahan bakar, model pembakaran turbin dan performanya pada
temperatur yang rendah. Berdasarkan
karakteristik tersebut, maka avtur
harus memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan
yaitu memiliki freeze point (titik beku)
maksimum -47°C dan flash point
(titik nyala) minimum 38°C.
Avgas

Avgas (Aviation Gasoline) adalah bahan bakar minyak yang dibuat khusus
untuk pesawat terbang dengan mesin yang memiliki ruang pembakaran
internal dan mesin piston (piston engine) serta digunakan juga sebagai
pembakaran pada mobil balap. Avgas merupakan fraksi gasoline (bensin)
yang diolah dan disempurnakan lagi baik itu dari segi freeze point, voalality
dan flash pointnya.

Performa avgas ditentukan oleh karakteristik antiknock yang ditujukan oleh


bilangan oktan untuk nilai dibawah 100 dan juga pencapaian performa di
atas 100 sehingga grade avgas ditentukan oleh nilai oktan yang
mengidikasikan tingkat kinerja bahan bakar. Bahan bakar ini memiliki sifat
yang sangat muda menguap serta mudah terbakar pada pemperatur normal.
Sehingga, dalam menangani produk ini segala prosedur dan peralatan harus
mendapatkan perhatian serius, titik beku dari avgas maksimum -58°C. Avgas
mengandung tetraetil timbal (TEL) yaitu zat beracun (polusi), tetapi zat ini
digunakan untuk mencegah mesin mengalami ledakan (knocking).
3. Bensin (Petrol)

Bensin merupakan salah satu hasil dari pengolahan minyak bumi, komponen
utama yang terdapat pada bensin ialah oktana dan n-heptana. Sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor, kualitas bensin ditentukan oleh karakteristik
jumlah oktan, bilangan oktan pada bensin menunjukkan seberapa besar
tenaga yang diberikan terhadap mesin sebelum bensin tersebut terbakar
habis serta mewakili karakteristik anti knocking (ketukan) yang terjadi pada
mesin, jadi semakin tinggi jumlah oktan maka semakin tinggi juga kualitas
bensin tersebut.

Pemasaran bensin di Indonesia terdiri dari beberapa jenis, seperti Premium


dengan oktan 88 dan Pertamax 92, berarti bisa dikatakan kualitas
pembakaran pada Pertamax lebih tinggi jika dibandingkan dengan Premium,
baik itu dari segi energi yang diberikan dan anti ketukan pada mesin. Untuk
menambah jumlah oktan pada bensin, bisa dilakukan dengan menambahkan
zat yang disebut dengan TEL (tetra ethyl lead) dan MTBE (metyl tertiary
butyl eter) namum kedua zat ini
mengandung racun dan timbal dan
tentunya berbahaya bagi manusia
maka senyawa tersebut telah diganti
dengan Etanol yang tentunya lebih
ramah lingkungan.
4. Kerosene (Minyak Tanah)

Minyak tanak ( kerosene atau Paraffin) merupakan cairan yang tidak


berwarna dan tentunya mudah terbakar, diperoleh dari proses Destilasi
minyak bumi dengan suhu 150°C-275°C dengan rantai carbon C12-C15. Untuk
mengurangi kadar belerang serta pengaratannya, maka minyak bumi diolah
lebih khusus pada sebuah unit Merox atau Hidrotreater serta kualitasnya
sebagai bahan bakar minyak akan ditingkatkan dengan proses Hidrocracker.

Biasanya sebelum kerosene didistribusikan ke masyarakat, telah terlebih


dahulu ditambahkan zat pewarna (kuning) agar masyarakat awam dapat
membedakan fraksi minyak tanah dengan air. Selain digunakan sebagai
bahan bakar rumah tangga, kerosen juga dapat digunakan sebagai bahan
bakar pesawat (avtur) tetapi telah terlebih dahulu ditingktatkan dari segi
kualitas seperti titik beku dan titik uap.
5. Solar (Diesel)

Solar pada umumnya digunakan pembakaran mesin diesel, fraksi ini


diperoleh dari proses Destilasi pada suhu 200°C-300°C. Sifat umum pada
solar yaitu tidak berwarna atau sediki kekuning-kuningan, tidak mudah
menguap pada temperatur normal, memiliki kandungan sulfur yang lebih
tinggi jika dibanding dengan bensin dan kerosene, selain itu solar juga
memiliki titik nyala antara 40°C-100°C.

Kualitas solar ditentukan denan syarat seperti kinerja solar hanya


menimbulkan sedikit knocking, mudah terbakar, kekentalan, kandungan
sulfur (sekecil mungkin) dan stabil (tidak berubah dalam segi kualitas dan
bentuk saat disimpan). Bahan bakar ini dibedakan dari segi bilangan cetane,
yaitu bilangan yang menunjukkan kemampuan pembakaran bahan bakar
diesel serta kemampuan mengontrol jumlah ketukan
yang terjadi pada mesin, semakin tinggi bilangan
cetane pada solar maka semakin tinggi pula
kualitas solar tersebut.
6. Aspal

Hasil olahan minyak bumi ternyata benar-benar berhubungan dengan


kendaraan bermotor, setelah berbagai jenis bahan bakar diatas, kali ini saya
akan membahas tentang aspal yang sejatinya digunakan untuk membangun
jalur transportasi berbagai jenis kendaraan bermotor. Aspal adalah
Hidrokarbon yang bersifat kental dan melekat (adhesive), berwarna cokelat
hitam dan tahan terhadap air serta mengandung sulfur,oksigen dan klor.

Aspal berasal dari fraksi berat minyak bumi (residu) yang diolah menjadi dua
jenis yaitu aspal padat dan aspal cair. Fungsi utama aspal pada pembangunan
jalan raya yaitu untuk mengikat batuan agar tidak terlepas dari permukaan
jalan, sebagai bahan pelapis dan perekat, sebagai pengisi ruang kosong
antara agregat kasar, agregat halus dan agregat filter.
PEMBENTUKAN DAN PENGOLAHAN
MINYAK BUMI

Anda mungkin juga menyukai