Anda di halaman 1dari 118

Pendekatan

Pemeriksaan Fisik
PEMERIKSAAN FISIK

HEAD TO TOE
KEPALA
Inspeksi & palpasi
1. Rambut
Warna, textur, distribusi; alopecia, pertumbuhan rambut yg
berlebihan (hirsutism)
2. Kulit kepala
Textur : lembut, bersisik, kering Kebersihan : ketombe, parasit
Lesi : terbuka, tertutup Nyeri tekan, adanya benjolan
Inspeksi & palpasi
3. Tulang tengkorak
Kesimetrisan : simetris, asimetris
Ukuran : proporsional, mikrosepalus, hidrosepalus
4. Wajah
Kesimetrisan (bicara, senyum)
Gambaran wajah : gambaran yg menyimpang, lesi, masa
MATA
KELOPAK MATA

1. Ptosis : fisura palpebra yg menyampit (jeda antara


kelopak mata atas dan bawah)
2. Ektropion : kelopak dan bulu mata bagian bawah
membalik ke arah luar
3. Entropion : kelopak mata membalik ke arah dalam
mata
4. Chalazion : benjolan pada kelopak mata atas atau
bawah
5. Blefaritis : inflamasi pd batas kelopak mata
Aparatus laklimaris

1. Pembengkakan
kelenjar lakrimaris
(inflamasi, infeksi,
keganasan)
2. Nyeri tekan pada
kelenjar laklimaris,
tampak kemerahan
KONJUNGTIVA

1. Normal warna merah jambu, jernih


2. Kemerahan yg difus menandakan konjungtivitis
Sklera
1. Normal warna putih jernih
2. Sklera berwarna kuning
pada ikterus
3. Skleritis : perubahan warna
merah-gelap, nyeri tekan
dan nyeri pd pergerakan
bola mata
Iris dan Pupil
1. Bentuk : bulat
2. Kesamaan : sama antara mata kanan dan mata kiri, anisokor
3. Warna iris : warna sama antara mata kanan dan mata kiri
4. Kejernihan lensa : jernih, keruh
Reaksi terhadap cahaya
• Reaktif Terhadap Sinar (berkontriksi saat terkena cahaya)
• Pupil yg berdilatasi unilateral pd pasien dgn penurunan kesadaran
akibat lesi masa intrakranial (tumor, hematoma, herniasi batang
otak)
Tes akomodasi
Pupil konvarg dan
kontraksi sesuai
dengan gerakan
benda kearah klien
Respon pupil sama
dikedua mata

Tes ketajaman
penglihatan
Jarak 5-6 meter
dengan snelen
chart
Tes lapang pandang
Normal lapang pandang adalah 160 horizontal dan 130 vertikal
Gerakan ekstraokuler
Kedua mata bergerak dgn lancar, terkoordinasi ke segala arah
TELINGA
STRUKTUR EKSTERNAL

1. Memeriksa aurikula dan bagian telinga deformitas,


massa, lesi, tulang mastoid.
2. Tarik telinga ke atas kebelakang gunakan penlight
untuk melihat telinga bag dalam
3. Perhatikan adanya nyeri, kemerahan, secret, tanda
inflamasi
Inspeksi serumen
Warna : hitam, gelap atau coklat
Konsistensi : intake, keras, tidak berbau

Inspeksi membran timpani


Warna : seperti mutiara, tembus cahaya
Konsistensi, intak, perforasi
Ketajaman
Pendengaran
 Periksa telingan satu
per satu
 Pemeriksa berada 60
cm dari klien bisikan 2
angka (14, 25) suruh
mengulang apa yang
didengar, klien jangan
melihat gerakan bibir
perawat.
Test Rinne
 Garputala digetarkan tempelkan pada tulang mastoid klien, setelah
buyi tak didengar klien pindahkan garputala ke depan telinga pasien
 NORMAL : konduksi udara lebih baik dari pada konduksi tulang
Test Weber
 Getarkan garputala,
tampelkan di atas vertex, dahi
atau di depan gigi
 Tanyakan apakah bunyi
terdengar lebih jelas telinga
tertentu
 Tuli konduksi : test weber
lateralisasi , ke arah yg
sakit:test rinne konduksi
tulang lebih baik dari konduksi
udara pada yang sakit
 Tuli Saraf : Lateralisasi ke arah
telinga yang normal : test
rinne konsuksi udara lebih baik
dari konduksi tulang pada
kedua telinga
HIDUNG
LUBANG HIDUNG
1. Mengeluarkan lendir, tutup lubang hidung secara
bergantian dan minta pasien menarik nafas, amati
apakah ada kesulitan inspirasi

2. Kesan : nafas berbunyi ekspirasi ada obstruksi jalan


nafas atas, udara pernafasan akan terganggu oleh
septum deviasasi dan menghasilkan bunyi pada
ekspirasi
Septum

1. Menggunakan pen
light dan spekulum
hidung periksa
septum dari
kemungkinan deviasi
2. Kesan: merah,
eksudat pada
peradangan
Rongga Hidung
1. Periksa rongga hidung amati eksudat dan warnanya
2. Kesan : bengkak, tenderness, nyeri menandakan
peradangan
Sinus
1. Palpasi frontalis menggunakan kedua ibu jari diatas alis mata
2. Palpasi maxilaris meletakkan dua jari telunjuk pada area sinus
maxilaris
3. Sinus ethmoidalis dan spenoidalis keduanya tidak dapat dikaji
karena berada di bawah tengkorak.
MULUT
INSPEKSI MULUT

1. Warna (merah, pucat/cyanosis)


2. Kekeringan/ lesi
Kesan :
1. Kondisi kekeringan dan pecah pecah dapat terjadi
dehidrasi, malnutrisi, avitamonosis
2. Pucat pada anemis, merah pada peradangan, cianosis
kekurangan oksigen dan keracunan
GIGI , GUSI, & SELAPUT LENDIR

1. Warna kelembaban, lesi pada selaput lendir, inspeksi


gigi untuk karies, penggunaan gigi palsu kenyamanan
dan posisi
2. Kesan : Merah bercak putih pada gusi tanda inflamasi,
gigi palsu kurang pas dapat mengganggu mengunyah
Pharing
1. Periksa warna kemungkinan eksudat, tekan lidah dengan sudip dan agar
pasien mengucapkan ah, sentuh bagian palatum belakang dengan sudip
lidah untuk melihat reflek gag
2. Kesan : merah keluar lendir atau eksudat tanda inflamasi, gerakan
asimetris dari uvula, reflek gag kurang, dapat mengganggu proses
menelan, serta menyebabkan aspirasi.
LEHER
Trachea & Kel Tiroid
1. Periksa bentuk leher, kesimetrisan, skar, palpasi kelenjar tiroid dan getah
bening
2. Palpasi kelenjar tiroid saat istirahat dan menelan air
3. Dari belakang klien, dengan tiga jari kedua tangan pada trachea untuk
menentukan batas batas kelenjar dan ada tidaknya tenderness
4. Palpasi kelenjar getah bening pada lokasi anatomis
5. Periksa trachea untuk mengetahui deviasi, letakkan telunjuk pada trachea
minta pasien menelan
Kesan :
1. Bentuk leher membesar. Asimetris di jumpai pada klien struma :
keganasan tiroid
2. Adanya hipertiroidisme, tenderness menandakan peradangan pada
tiroid
3. Pemebesaran kelenjar tiroid menandakan peradangan kelenjar getah
bening
4. Deviasi trachea menunjukan terjadi pada massa leher, pneumothorax,
plural effusion, atlelktasis
5. Gerakan traceha berkurang menyatakan kurang mampu menelan
Pemeriksaan Kekuatan Otot
1. Minta pasien menarik bahu keatas dan memutarkan leher ke kiri
dan kekanan melawan tahanan tangan
2. Kesan : Kekuatan otot leher berkurang pada parese otot
sternokleidomastoideus
Pemeriksaan pembuluh darah leher
1. Arteri karotis lakukan pemeriksaan rate, kekuatan dan keteraturan
2. Vena jugularis, periksa distensi dan tekanannya
3. Tidurkan pasien dengan kepala tingginya 45°derajat, perhatikan pulsasi vena
pada titik yang tertinggi terlihat. Ukur dan catat tingginya pulsasi vena
diatas sudut sternal dengan menggunakan kedua mistar
THORAX
Inspeksi Thorax aterior, Posterior, Lateral
1. Warna : pink, pucat, sianosis
2. Interkostal : datar relaksasi, retraksi
3. Kesimetrisan : simetris, deformitas, barrel shaped (PPOK berat),
pigeon chest
4. Pernafasan : dalam, dangkal, sulit bernafas
Palpasi Thorax
1. Palpasi dada : normal lembut
2. Sensasi : tidak ada nyeri tekan
3. Ekspansi thorax : simetris kedua sisi thorax, paradoksal
4. Taktil Fremitus dengan mengucapkan “77”
5. Detak apeks dgn meletakan jari tangan scr paralel dgn selang iga
Perkusi Paru
1. Perkusi bagian apikal, posterior, anterior dan lateral interkostalis
2. Paru normal menghasilkan nada resonan/ sonor, hipersonor
(pneumothoraks)
3. Perkusi pd struktur yg padat ; jantung menghasilkan nada pekak/
dullness (pneumoni)
Auskultasi Paru
1. Trakhea : bronkial; phase ekspirasi lebih lama dari inspirasi
2. Cabang bronkus besar : bronchovesikuler, phase inspirasi sama dgn
ekspirasi
3. Permukaan paru : vesikuler, phase inspirasi lebih lama dari ekspirasi
4. Suara nafas tambahan : ronki, mengi, pleural friction rub (nyeri pleuritik),
pleuropericardial friction rub
Auskultasi Jantung
1. BJ 1 : ‘Lub’ penutupan katup mitral dan trikuspid pd awal sistolik ventrikular.
ICS V bawah sternal kiri (trikuspid), ICS V MCL (mitral)
2. BJ 2 : ‘Dup’ penutupan katup pulmonal dan aorta pd akhir sistolik
ventrikular. ICS II kanan sternal (aorta), ICS II kiri sternal (pulmonal)
3. BJ 3 : patologis pd usia > 40 th, tjd bersama takhikardia (gagal jantung), sbg
irama derap/ gallop (lub-da-dup)
ABDOMEN
Regionisasi sistem 4 atau sistem
9. Regionisasi sistem 4 membagi
abdomen atas :
1. Kuadran kanan atas, terdapat
organ hati, empedu,
duodenum, pankreas, ginjal
kanan dan fleksura hepatika
2. Kuadran kiri atas, terdapat
organ lambung, lien, pankreas,
ginjal kiri dan fleksura lienalis
3. Kuadran kanan bawah,
terdapat organ caecum,
apendix, ovarium dan tuba
falopii kanan
4. Kuadran kiri bawah, terdapat
organ sigmoid, ovarium dan
tuba falopii kiri
Inspeksi

1. Bentuk datar atau


sedikit skafoid dan
simetris
2. Perhatikan adanya
striae, memar, ruam,
lesi, vena yg tampak
(hipertensi portal),
herniasi, perubahan
umbilikal pd distensi
abdomen (obesitas;
tenggelam, asites;
menonjol), bekas luka
jahitan
Auskultasi
1. Bising usus, terjadi 5-10
detik, dengarkan selama 2
menit di setiap kuadran,
bising usus negatif (ileus
paralitik/peritonitis),
meningkat pd obstruksi
2. Dengarkan diatas
umbilikus, pada aorta utk
mendengarkan bruit
arteri,
3. Dengarkan 2-3 cm diatas
dan lateral umbilikus utk
bruit arteri renalis
4. Bruit positif menandakan
aneurisma aorta/ stenosis
arteri
Palpasi
1. Palpasi superfisial ringan setiap area, ulangi dgn palpasi
mendalam, kaji ketidaknyamanan dan adanya masa
2. Nyeri tekan epigastrium (ulkus peptik), fosa iliaka kanan
(apendik), hipokondrium kanan (kolesistitis)
Murphy Sign

Kemungkinan adanya peradangan


pada kandung empedu
Cara:
• Klien posisi terlentang dengan
kedua lutut fleksi dan kedua
ekstremitas atas terangkat ke atas
• Dengan menggunakan ibu jari
tangan kiri menekan daerah
empedu bergradasi dan secara
perlahan-lahan.
• Daerah empedu yaitu 2 jari di bawah
costa midclavikula kanan. Dengan
tetap menekan, klien disuruh
menark nafas dalam ,bila klien
menghentikan nafasnya karena
sakit dikatakan tanda murphy
positif
MENENTUKAN CAIRAN DI PERITONEUM

Cara fluktuasi
Cara:
 Klien tidur terlentang, pemeriksa dibantu seorang yang
akan menekan bagian tengah abdomen sepanjang
muskulus rektus abdominis.
 Pemeriksa menekan perut dari kiri hingga cairan
mengalir ke kanan melalui celah yang sempit.
 Tangan kanan pemeriksa akan merasakan aliran tadi dan
sebaliknya
Cara shifting dulness
Cara :
 Dalam posisi terlentang, perut klien diperkusi mulai dari
garis tengah menuju ke tepi, sambil memperhatikan
bunyi yang dihasilkan.
 Bila terdengar perubahan timpani ke redup, tangan kiri
difixir di lokasi tersebut, kemudian posisi klien
dimiringkan dengan posisi tangan kiri tetap seperti
semula. Lakukan perkusi.
 Bila tempat yang tadinya redup berubah menjadi
timpani berarti terdapat asites.
Menentukan
cairan di
peritoneum
PALPASI HEPAR

1. Klien tidur terlentang dengan kedua lutut fleksiKedua


ekstremitas atas diangkat ke atas untuk memudahkan
pemeriksaan
2. Pemeriksa berada di sisi kanan klien, dengan posisi
tubuh agak menyerong mengarah ke atas
3. Tangan kiri pemeriksa menempel di pinggang kanan
klien angan kanan diletakkan lebih kurang 2-3 jari dari
kosta, dengan ujung jari lakukan perabaan sampai ke
bawah kosta
4. Untuk memudahkan perabaan, anjurkan klien menarik
nafas dalam
1. Normal:
Tidak dapat diraba, atau bila teraba harus padat, halus, tidak nyeri
tekan
2. Penyimpangan:
Teraba mengindikasikan pembesaran. Dapat disebabkan keganasan,
peradangan/infeksi. Dijumpai pada Ca hepar, hepatitis, typus
abdominalis
PALPASI LIMPA

Cara:
 Posisi pemeriksa dan klien seperti pada palpasi hepar
 Tempatkan tangan kiri pemeriksa di atas sudut
costovertebral kiri di bawah garis costal anterior kiri
 Palpasi limpa dengan tangan kiri mendorong limpa ke
atas dan ujung-ujung jari tangan kanan menekan limpa
dan merasakannya
 Sebelum palpasi, klien dianjurkan menarik nafas dalam
Normal:
 Tidak teraba, tidak nyeri tekan
Penyimpangan:
 Teraba, karena pembesaran akibat radang/infeksi. Dapat terjadi
pada klien anaemia, typus abdominalis, talasemia dll
PALPASI GINJAL
Cara:
1. Ginjal setingi di bawah diaphragma sehingga tersembunyi di
bawah lengkung iga
2. Untuk ginjal kiri: pemeriksa berada pada sisi kanan klien dan klien
pada posisi terlentang.
3. Pemeriksa meletakkan tangan kiri di bawah pinggang di daerah
CVA kiri, tangan kanan berada di bawah lengkung iga kiri pada
garis mid klavikula
4. Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam dan mengeluarkan
dengan lengkap
5. Pada saat klien mengeluarkan nafas, angkat bagian CVA kiri
dengan tangan kiri dan tangan kanan melakukan palpasi dalam
6. Bila ginjal teraba, rasakan kontur (bentuk), ukuran dan adanya
nyeri tekan
7. Untuk ginjal kanan: tangan kiri di bawah pinggang di daerah CVA
kanan, tangan kanan berada di bawah lengkung iga kanan
8. Lakukan manuver yang sama seperti pada palpasi ginjal kiri
Normal:
 Pada keadaan normal ginjal tidak teraba
 Penyimpangan:
 Apabila teraba mendasar dan kenyal, kemungkinan adanya polikistik
maupun hidroneprosis
 Bila dilakukan penekanan klien mengeluh sakit, hal ini tanda
kemungkinan adanya peradangan
PALPASI KANDUNG KEMIH

Cara:
Lakukan palpasi kandung kemih pada daerah supra pubis

Normal:
 Urine dapat dikeluarkan secara lengkap sehingga
kandung kemih tidak teraba.

Penyimpangan:
 Bila ada obstruksi di bawah dan produksi urine normal
maka urine akan terkumpul di kandung kemih serta
akan menimbulkan distensi kandung kemih yang bisa
teraba bila dipalpasi di daerah supra pubis
PERKUSI

Normal:
 Timpani terutama di atas lambung, usus, kandung kemih.
Pekak di atas kandung kemih yang penuh (area
suprapubik), hati, limpa, pankreas, ginjal
Penyimpangan:
 Pekak nyata pada area lain
Perkusi Batas Hepar

Cara:
1. Berdiri di sebelah kanan klien, mulai pada garis
midklavikula kanan tepat di bawah umbilikus, perlahan
perkusi ke atas, tandai batas hati dengan pena.
2. Untuk mengetahui batas atas, mulai perkusi ke arah
bawah di garis mid klavikula kanan pada area resonansi
paru. Kemudian perhatikan perubahan bunyi dari
resonan ke pekak
3. Ukur jarak antara batas atas dan bawah
4. Bila diduga ada pembesaran, ukur penurunan hati
dengan meminta klien menarik nafas dalam dan
menahannya saat anda perkusi ke atas kembali dari
abdomen di garis midklavikula kanan
Normal:
 Perhatikan perubahan bunyi dari timpani ke pekak saat
anda memperkusi batas hati bawah.
 Biasanya batas tersebut berada di tepi kostal kanan atau
agak di bawahnya
 Batas hati atas biasanya berada di antara celah
intercostal ke lima sampai ke tujuh
 Jarak antara batas atas dan bawah adalah 6-12 cm

Penyimpangan:
 Area batas bawah yang berbunyi pekak seharusnya
bergerak menurun 2-3 cm
Perkusi Lambung
Terhadap gelembung udara gastrik

Cara:
Perkusi pada area kerangka iga anterior bawah kiri dan
pada region kiri epigastrik

Normal:
Bunyi timpani nada lebih rendah daripada usus
Ukuran variasi dengan waktu terakhir makanan dimakan
Perkusi Kandung kemih

Cara:
 Klien dalam posisi terlentang, perkusi dilakukan dari arah
depan. Lakukan pengetukan di daerah kandung kemih di
supra pubis
 Bila kandung kemih penuh akan terdengar bunyi
dulness/redup
GENITALIA
GENETALIA
GENETALIA WANITA
1. Inspeksi kuantitas dan penyebaran bulu
2. Inspeksi karakteristik permukaan labia mayora
3. Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari dari satu
tangan untuk menginspeksi klitoris, labia minora,
orifisium uretra, selaput dara, orifisium vagina dan
perineum
4. Inspeksi klitoris dan labia minora terhadap ukuran dan
bentuk, serta perhatikan adanya inflamasi, iritasi,
pengeluaran dalam lipatan jaringanInspeksi orifisium
uretra mengenai warna dan posisi serta pengeluaran,
polip dan fistula
5. Perhatikan kondisi selaput dara
Normal:
 Kulit perineal lebih gelap
 Pada orang dewasa, pertumbuhan bulu membentuk segitiga di atas
perineum dan sepanjang permukaan medial paha
 Mukus membran tampak merah muda, gelap dan lembab
 Labia mayora mungkin terbuka lebar atau tertutup dan tampak kering
atau lembab dan simetris
 Setelah menopause labia mayora menebal
 Setelah kelahiran anak labia mayora terpisah dan labia minora lebih
menonjol
 Labia minora normalnya lebih tipis dibanding labia mayora Ukuran
bervariasi tapi normalnya panjang tidak lebih 2 cm dan diameter 0,5 cm
 Pada gadis labia minor berdekatan setelah melahirkan tampak
membuka
 Orifisium uretra normalnya utuh tanpa inflamasi, meatus uretra sebelah
anterior orifisium vagina
 Pada gadis, selaput dara menutupi pembukaan vagina. Hanya sisa
selaput dara setelah koitus
Penyimpangan :
• Ekskoriasi, kemerahan atau lesi pada labia
menimbulkan dugaan proses infeksi, Inflamasi, iritasi
atau perlengketan cairan dalam lipatan labial
mengindikasikan infeksi vaginal atau higiene yang
buruk
• Warna merah terang pada klitoris menandakan
inflamasi.
• Tukak atau vesikel menandakan gejala penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual
Palpasi:
• Bila diduga terjadi inflamasi, periksa pengeluaran uretra
dengan meletakkan jari telunjuk ke dalam orifisium vaginal dan
perah lembut uretra dari dalam keluar.
• Bila drainage uretra terjadi, ganti sarung tangan
• Dalam keadaan labia tertarik, periksa kelenjar skene dan
kelenjar bartholin.
• Informasikan pada klien bahwa anda akan memasukkan jari ke
dalam vagina
• Dengan telapak tangan menghadap ke atas, masukkan jari
telunjuk dari tangan pemeriksa sedalam buku jari kedua.
• Berikan tekanan ke atas, memerah kelenjar skene dengan
menggerakkan jari ke arah luar. Lihat ada tidaknya
pengeluaran dan nyeri.
• Palpasi kelenjar bartholin pada setiap sisi dengan ibu jari dan
jari telunjuk berada diantara labia mayora dan introitus.
Perhatikan adanya pembengkakan, nyeri, masa atau
pengeluaran
• Bila terjadi pengeluaran ganti sarung tangan
GENETALIA PRIA

• Inspeksi kulit genetalia mengenai adanya kutu,


kemerahan, ekskoriasi, lesi
• Pria yang belum dikhitan, tarik prepusium untuk
menginspeksi kepala penis dan meatus uretra
terhadap cairan, lesi,edema, inflamasi
• Penekanan lembut kepala penis diantara ibu jari dan jari
telunjuk akan membuka meatus uretra untuk
menginspeksi adanya cairan, lesi dan edema
• Palpasi lembut setiap lesi untuk mengetahui adanya
nyeri, ukuran, konsistensi dan bentukInspeksi batang
penis, jangan melewatkan permukaan bawahnya untuk
mengetahui adanya lesi, jaringan parut, edema
• Palpasi lembut batang penis diantara ibu jari dan kedua
jari-jari utama untuk mengetahui adanya area
pengerasan atau nyeri lokal
• Prepusium dapat ditarik dengan mudah, sedidkit
smegma putih kekuningan
• Bila klien telah dikhitan , kepala penis terlihat tampak
kemerahan dan dalam keadaan kering, tidak ada
smegma
• Meatus tampak seperti celah dan terletak pada ujung
kepala penis
• Kepala penis halus dan warna merah muda
• Pembukaan mengkilat dan merah muda ,tidak ada
cairan
• Inspeksi skrotum terhadap ukuran, warna, bentuk dan
kesimetrisan dan juga terhadap lesi dan edema
• Dengan lembut angkat skrotum untuk melihat
permukaan posterior
• Minta klien untuk mengangkat penis ke atas, palpasi
epididimis diantara ibu jari dan kedua jari-jari utama dan
perhatikan ukuran, bentuk, konsistensi, tanyakan pada
klien apakah palpasi menimbulkan nyeri yang tidak
biasanya
• Minta klien berdiri, untuk pemeriksaan lingkar dan kanal
inguinal
• Selama inspeksi, minta klien mengejan seakan-akan
ingin buang air besar
• Inspeksi kedua area inguinal mengenai tanda-tanda
pembesaran yang jelas, disebabkan oleh terjadinya
hernia melalui cincin atau kanal inguinal
• Palpasi kanal dan lingkar terjauh inguinal untuk
memastikan terjadi tidaknya hernia Mulailah dengan
menginvasi lembut kulit skrotal pada sisi kanan, dimulai
dari titik rendah pad skrotum .
• Gerakkan jari telunjuk ke arah atas sepanjang
vasdeferens ke dalam kanal inguinal.Ikuti tali spermatik
sampai cincin inguinal
• Saat jari mencapai titik terjauh kanal inguinal, minta
klien untuk mengedan.
• Ulangi pada sisi sebelahnya
• Saat klien mengedan tidak akan terasa tekanan akibat
pembesaran mendorong ujung jari, suatu pengetatan di
sekitar jari normal terjadi
Penyimpangan:
• Phimosis dan prepusium yang kencang dan tidak dapat ditarik
• Inflamasi dari gland terjadi pada pria yang belum dikhitan
• Area diantara prepusium dan glens merupakan area yang
sering terjadi lesi akibat hubungan seksual
• Kulit skrotum yang mengencang mungkin karena edema
• Kantung skrotum yang besarnya abnormal mungkin karena
hernia inguinal, hidrokel, inflamasi
• Benjolan kecil keras berukuran sebesar kacang, di sisi depan
testikel merupakan tanda kanker testis
• Bila klien hernia, organ ini akan menonjol menekan jari di kanal
inguinal saat klien batuk
ANUS
Cara:
• Bantu klien untuk mengatur posisi dorsal rekumben, atur
paha berotasi keluar, lutut fleksi dan tutuplah bagian tubuh
yang tidak diperiksa.
• Nampakkan bagian pantat dan anjurkan klien untuk
memusatkan perhatian
• Kenakan sarung tangan dan beri pelumas pada jari telunjuk,
kemudian perlahan-lahan masukkan jari ke dalam anus dan
rektum.
• Lakukan palpasi apakah ada hemoroid, lesi atau kerusakan
• Lakukan touche, rasakan ada tidaknya nodul, masa dan nyeri
tekan
• Lakukan palpasi pada dinding anterior untuk mengetahui
kelenjar prostat
Normal:
• Kulit anus utuh, tidak ada hemoroid, lesi atau
kemerahan tidak masa dan nyeri
• Normal prostat teraba dengan diameter 2,5-4
cm, tetapi tidak nyeri tekan

Penyimpangan:
• Anus tidak utuh, hemoroid, benjolan dan nyeri
EKSTREMITAS
• Observasi gaya berjalan, cara berdiri dan postur tubuh
• Minta klien berjalan pada sebuah garis lurus menjauhi
pemeriksa dan kembali, observasi gerakan ekstremitas
• Perhatikan adanya penegangan kaki, lekuk dan menyeret-
nyeret kaki
• Observasi klien dari samping, pada posisi berdiri dan kaji
lengkung spina servikal dan thorakal serta lumbal

Normal:
• Klien berjalan dengan kedua lengan bergerak bebas di
sisinya dan kepala mendahului tubuh.
• Kedua ibu jari seharusnya mengarah tepat ke depan
• Postur berdiri normal adalah tegak lurus dengan panggul
dan bahu berada dalam satu keselarasan
Inspeksi kulit :

1. Terhadap warna dan pigmentasi, bandingkan dari bagian


simetris
2. Perhatikan bila kulit pucat atau gelap lebih dari biasa
ataupun kuning

Normal:
Pigmentasi berkisar merah muda sampai kemerahan pada
kulit putih dan coklat samar sampai coklat pekat pada kulit
gelap

Penyimpangan :
Pucat, membiru, kuning, merah, coklat kemerahan dan
kehitaman dan kebiruan
Kuku

Perhatikan kuku terhadap warna dasar, ketebalan dan bentuk


kuku, tekstur kuku dan kondisi jaringan sekitar kukuInspeksi
sudut antara kuku dan dasar kuku

Normal: Transparan, halus, dan cembung dengan kulit di


sekitarnya halus dan tanpa inflamasi, sudut kuku normal 1600

Penyimpangan:
 Warna biru menandakan sianosis
 Warna putih pucat pada dasar kuku akibat anaemia
 Perubahan bentuk atau lengkung badan kuku dapat
menandakan penyakit sistemik
Palpasi Kulit

• Menggunakan ujung jari, palapasi permukaan kulit untuk


merasakan kelembaban
• Palpasi suhu kulit dengan bagian dorsal atau punggung
tangan.
• Bandingkan bagian tubuh yang simetris, serta bagian tubuh
bagian atas dengan bagian bawah
• Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk menentukan
tekstur kulit.
• Palpasi ringan kulit untuk memeriksa kelembutan, ketegangan
dan kedalaman lesi.
• Kaji turgor dengan mencubit kulit pada punggung tangan atau
lengan bawah dan lepaskan
Palpasi untuk mengkaji edema piting, dengan tekan kuat area
edema selama 5 detik dan lepaskan, rekam kedalaman piting
dalam milimeter.
Palpasi Kuku

• Kaji keadekwatan sirkulasi dan pengisian kapiler dengan


palpasi. Lakukan dengan lembut, penekanan kuat pada
dasar kuku dengan ibu jari.
• Saat penekanan dilakukan kuku tampak putih, kemudian
lepaskan tekanan dengan cepat.
• Capilary refil time ( CRT)

Normal:
Warna putih pada kuku seharusnya kembali warna merah
muda dalam 2-3 detik, waktu yang digunakan untuk
pengisisan kapiler
Rentang Gerak Sendi

Uji kedua rentang gerak aktif dan pasif


untuk masing-masing kelompok sendi
otot mayor yang berhubungan
Gerakkan tulang
belakang
 Menekuk ke depan
pada pinggang
 Menekuk ke
belakang
 Menekuk ke tiap sisi
Gerakkan Bahu
 Abduksi lengan lurus ke
atas
 Adduksi lengan ke arah
garis tengah tubuh
 Abduksi lengan secara
horisontal lurus dengan
lantai; tarik lengan ke
belakang ke arah tulang
belakang dan ke depan
menyilang terhadap
dada
 Fleksi ke depan atau
elevasi dengan lengan
lurus
 Ekstensi ke belakang
dengan lengan lurus
Gerakkan Siku
 Ekstensi lengan
bawah ke batas
terjauh normal
 Fleksi lengan bawah
ke arah bisep
 Hiperekstensi lengan
di luar batas
normalnya
 Supinasi lengan
bawah
 Pronasi lengan
bawah
Gerakkan jari-jari
 Fleksikan jari-jari
membentuk sebuah
kepalan kemudian
ekstensikan sampai
datar
 Buka jari-jari hingga
terpisah
 Silangkan jari-jari
bersamaan
 Oposisi setiap jari
mampu menyentuh
ibu jari
Gerakkan panggul
 Naikkan tungkai dengan
lutut lurus
 Naikkan tungkai dengan
lutut berfleksiBerbaring
tengkurap, ekstensikan
tungkai lurus ke belakang
 Abduksi sebagian tungkai
yang fleksi ke arah luar
 Adduksi sebagian tungkai
yang fleksi ke arah
dalamFleksi lutut dan
ayun kaki menjauhi garis
tengah
 Fleksi lutut dan ayun kaki
ke arah tengah
Gerakkan lutut
 Fleksi lutut dengan
betis menyentuh
paha
 Ekstensikan lutut di
luar batas normal
ekstensinya
 Putar lutut dan
tungkai bawah ke
arah garis tengah
Gerakkan tumit
 Dorsifleksikan kaki dengan ibu jari mengarah ke kepala
 Plantar kaki fleksi dengan ibu jari mengarah ke bawah
 Putar balik kaki menjauh dari garis tengah
 Putar balik kaki mengarah ke garis tengah
Tonus Otot dan Kekuatan Otot

• Tonus terdeteksi sebagai tahanan otot saat ekstremitas


rileks secara pasif, degerakkan melalui rentang gerak
geraknya.
• Periksalah tiap kelompok otot dengan mengkaji
kekuatan otot dan membandingkannya pada kedua sisi
tubuh.
• Tonus dan kekuatan otot dapat diperiksa selama
pengukuran rentang gerak sendi.
Cara:
• Mintalah klien pd posisi yang stabil
• Minta klien fleksikan otot yang akan diperiksa, kemudian klien
menahan tenaga dorong yang perawat lakukan terhadap fleksinya
• Periksa kelompok otot mayor, kemudian bandingkan kekuatan
bilateral
• Pada saat melakukan penahanan:
• Minta klien untuk membentuk posisi kuatnya
• Beri peningkatan tenaga dorong secara bertahap terhadap
kelompok otot
• Mintalah klien menahan dorongan, Klien menjaga tahanan sampai
diminta untuk menghentikannya
• Sendi yang normal akan bergerak saat pemeriksa memberi variasi
kekuatan tenaga
Reflek

Reflek Biceps
Cara:
Bila posisi duduk, lengan bawah pronasi rileks di atas paha. Bila posisi
terlentang, lengan diteruh di atas bantal, lengan bawah dan tangan di atas
abdomen
Taruh ibu jari pemeriksa di atas tendon biceps
Ketukkan hammer di atas ibu jari
Reflek Triceps
Cara:
 Posisiklien hampir
sama dengan refleks
biceps
 Posisi pemeriksa
sebaiknya dari arah
samping belakang
klien untuk
mengamati kontraksi
 Ketukkan hammer
kira-kira 5 cm di atas
siku (olekranon)
Reflek Brakhioradialis
(Reflek Radius)
Cara:
 Posisi klien sama dengan
refleks biceps, hanya
lengan bawah harus
berada antara pronasi
dan supinasi
 Ketukkan hammer
dengan perlahan di
bagian radius, kira-kira 5
cm di atas pergelangan
tangan
Reflek Patella
Cara:
 Posisi klien duduk, kaki tergantung rileks di tepi tempat tidur, tangan
pemeriksa berada di atas lutut
 Bila posisi klien terlentang : tangan atau lengan bawah pemeriksa berada di
bawah lutut klien. \klien dalam keadaan fleksi sendi lutut kira-kira 20 derajat
dan tumit klien harus tetap berada di atas tempat tidur
 Ketukkan pada tendon muskulus kuadriceps femoris, di bawah patella
Reflek tendon achiles:
Cara:
 Bila posisi klien duduk, kaki dorsofleksi optimalBila posisi klien terlentang,
fleksi panggul dan lutut sambil sedikit rotasi paha keluar
 Pemeriksa memegang ujung kaki untuk memberikan sikap dorsifleksi ringan
pada kaki
 Ketukkan hammer di atas tendon achiles
Reflek Babinski
Cara:
 Posisi klien berbaring dan
rileksasi dengan tungkai
diluruskan
 Goresan harus dilakukan
perlahan, jangan sampai
menimbulkan rasa nyeri
 Pemeriksa memegang
pergelangan kaki supaya
kaki tetap pada tempatnya
 Telapak kaki digores
dengan benda berujung
agak tajam dari arah tumit
menyususr bagian lateral
menuju pangkal ibu jari
Sensorik
Rasa Raba:
Cara:
• Sebagai perangsang gunakan kertas, kapas yang
ujungnya diusahakan sekecil mungkin
• Goreskan secara halus pada seluruh tubuh secara acak,
mulai dari kepala sampai kakiInstruksikan klien untuk
menyebutkan ya bila ia merasakan rabaan pada kulit
• Bandingkan rasa raba pada bagian yang simetris
• Hindarkan adanya tekanan atau pembangkitan rasa
nyeri
Rasa Nyeri:
Cara:
• Gunakan jarum steril dan jarum pentu
• Mula-mula klien diberitahukan dan dicoba membedakan
dua tusukan yang bersifat tajam dan tumpul
• Pada saat pemeriksaan, instruksikan klien untuk
menyebutkan apa yang dirasakan ,tajam atau tumpul
• Tusukkan dengan cukup keras pada bagian tubuh mulai
dari kepal;a terus sampai ke bawah secara random
• Jika ditemukan kelainan rasa nyeri, pemeriksaan diulang
di area yang terganggu ke arah yang normal
Rasa Suhu:
Cara:
• Gunakan tabung reaksi atau tube yang berisi air
panas (430 C) dan air es (100 C)
• Instruksikan klien untuk menyebutkan dingin atau
panas saat tabung itu disentuhkan pada anggota
tubuhnya
• Hasil pemeriksaan dicatat pada peta sensibilitas
• Kelainan sensibilitas yang ditemukan ditandai pada
peta tersebut.
PUNGGUNG
Perhatikan bentuk
tulang belakang,
observasi klien dari
samping, pada posisi
berdiri dan kaji
lengkung spina,
servikal, thorakal dan
lumbal
DADA POSTERIOR:

1. Inspeksi dada untuk :


 Deformitas atau asimetri
 Retraksi inspiratori iga
 Pergerakan dada asimetris

2. Palpasi dada untuk


Area yang lembut (empuk)
Ekspansi thorax
 Tempatkan kedua
tangan pada lateral
thorax tepat dibawah
scapula dengan ibu jari
pada spinal dan jari
dimekarkan, klien
diminta untuk menarik
nafas yang dalam,
perhatikan dan
rasakan kesamaan
ekspansi thorax.
Taktil Fremitus
 Perkusi dada, pada setiap level di kedua sisi
 Auskultasi bunyi napas dengan mengikuti sistemtika
seperti diatas
1). Evaluasi bunyi pernapasan
2). Bunyi pernapasan tambahan
 Kaji Vokal fremitus apabila terdengan bunyi bronchial di
area lain
 Posisi duduk agak membungkuk, suruh pasien menyebut
“99” dan “ee”
PERKUSI GINJAL
Lakukan perkusi pada ginjal:
Cara:
 Klien dalam posisi telungkup atau duduk
 Perkusi dilakukan dari arah belakang, karena posisi ginjal berada di daerah
belakang
 Letakkan tangan kiri di atas CVA dan lakukan perkusi menggunakan kepalan
tangan untuk mengevaluasi nyeri tekan pada ginjal
???
Thanks…

Anda mungkin juga menyukai