Anda di halaman 1dari 37

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)

Siti Idayani Tarigan

PEMBIMBING :

dr. SALOMO M GULTOM


dr. RAHMI YARNIA
PENDAHULUAN

Diperkirakan 65 juta penduduk 3 juta orang 5% dari


dunia menderita PPOK sedang tahun seluruh
meninggal
sampai berat. 2005 penyebab
karena
kematian.

total
diperkirakan
Pada tahun PPOK merupakan peningkatan
menjadi ke-3
2002 penyebab kematian ke-5 kematian 30%
pada tahun
dalam 10
2030
tahun.

PPOK akan berdampak negatif dengan kualitas hidup penderita, termasuk


pasien yang berumur > 40 tahun akan menyebabkan disabilitas penderitanya.
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Penyakit paru obstuktif kronis (PPOK) adalah penyakit paru


kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran
napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel
parsial.
EPIDEMIOLOGI

tahun 2006 untuk Jumlah penderita


prevalensi 6,3%
wilayah Asia PPOK sekitar 56,6 juta

Di Cina mencapai terdapat dengan


di
angka 38,16 juta 4,8 juta prevalensi
Indonesia
kasus jiwa jiwa pasien 5,6%

Angka ini bisa meningkat seiring semakin banyaknya jumlah perokok,


karena 90% penderita PPOK adalah perokok atau mantan perokok.
Defisiensi Alfa-1
Merokok antitripsin (AAT)

Faktor Sindroma
Lingkungan Imunodefisiensi

Hiperesponsif Gangguan
jalan napas Jaringan Ikat
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
• susah bernafas, batuk kronis dan terbentuknya
Gejala dari sputum kronis, episode yang buruk atau
eksaserbasi sering muncul.
PPOK • gejala yang paling umum adalah sesak napas
(dyspnea)

• saat aktivitas yang lebih ringan, aktivitas


sehari-hari seperti pekerjaan rumah tangga.
dyspnea • Pada tahap lanjutan dyspnea dapat menjadi
begitu buruk yang terjadi selama istirahat dan
selalu muncul.

• Sianosis yang disebabkan oleh kekurangan


gagal oksigen dalam darah.
• Kelebihan karbon dioksida dalam darah dapat
pernafasan menyebabkan sakit kepala, mengantuk atau
kedutan (asterixis).
Gejala-gejala pada PPOK
diantaranya adalah:
a. Batuk
Anamnesis b. Produksi Sputum
c. Dispnea
d. Mengi dan Dada Sesak
e. Gambaran pada Penyakit Berat

Pemeriksaan a. Tanda Pernapasan


Diagnosis
Fisik b. Tanda Sistemik

a. Pemeriksaan darah rutin


b. Pemeriksaan faal paru dengan
spirometri
Pemeriksaan c. Pemeriksaan Radiologi
Penunjang d. Analisa Gas Darah Arteri (AGDA)
e. Evaluasi Sputum
f. Pemeriksaan Alfa-1 Antitripsin
Derajat PPOK
Berdasarkan kesepakatan para pakar (PDPI/ Perkumpulan Dokter Paru Indonesia) maka
PPOK dikelompokkan ke dalam :

Derajat Klinis Faal paru


Derajat I: PPOK Gejala dengan atau tanpa batuk. Dengan -VEP1/KVP < 70%
Ringan atau tanpa produksi sputum dan dengan -VEP1 ≥ 80% prediksi
sesak napas derajat nol sampai satu.
Derajat II: PPOK Gejala klinis dengan atau batuk. Dengan - VEP1 ≥ 70%
Sedang atau produksi sputum dan sesak napas - VEP1/KVP < 80% prediksi
dengan derajad dua.

Derajat III: PPOK Gejala klinis sesak napas derajad tiga atau - VEP1/KVP < 70 %
Berat empat dengan gagal napas kronik. - VEP1< 30 % prediksi atau
Eksaserbasi lebih sering terjadi disertai VEP1> 30 % dengan gagal
komplikasi kor pulmonum atau gagal napas kronik.
jantung kanan
Derajat PPOK Berdasarkan Kriteria GOLD
(Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease)

Derajat Karakteristik

I : PPOK Ringan FEV1/FVC < 0,70


FEV1 ≥ 80% prediksi
II: PPOK Sedang FEV1/FVC < 0,70
50% ≤ FEV1 ≤ 80% prediksi
III: PPOK Berat FEV1/FVC < 0,70
30% ≤ FEV1 ≤ 50% prediksi
IV: PPOK Sangat Berat FEV1/FVC < 0,70
FEV1< 30% prediksi atau
FEV1< 50% prediksi ditambah Gagal nafas
kronik
PENATALAKSANAAN
• Bronkodilator
• Kortikosteroid
Farmakologis • Antibiotik
• Antioksidan
• Mukolitik

• Terapi oksigen
non- • Ventilasi mekanik
• Nutrisi
farmakologis • Rehabilitasi
PENATALAKSANAAN PPOK
Eksaserbasi Akut
Gejala eksaserbasi utama berupa peningkatan sesak,
produksi sputum meningkat, dan adanya perubahan konsistensi
atau warna sputum.
Eksaserbasi akut dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :

• Tipe I (eksaserbasi berat) apabila memiliki 3 gejala utama

• Tipe II (eksaserbasi sedang) apabila hanya memiliki 2 gejala utama

• Tipe III (eksaserbasi ringan) apabila memiliki 1 gejala utama ditambah


adanya infeksi saluran napas atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab
lain, peningkatan batuk
Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi
• Penilaian awal ( derajat, kesadaran )
1.

• Pemberian Oksigen
2.

• Pemeriksaan penunjang
3. • DR, Roentgen, AGD
4. Bronkhodilator
• β2 agonis kerja cepat dengan/tanpa
antikolinergik kerja cepat
• Nebulizer :
– β2 agonis kerja cepat ( salbutamol ) +
antikolinergik { 2,5 + 0,5 mg }  lama kerja 4-8
jam
• Xantin IV ( bolus dan drip )
– aminofilin (sediaan oral 200mg, IV 240mg, lama
kerja 4-6 jam),
– teofilin (oral 100-400mg, lama kerja bervariasi
hingga 24 jam ).
5. Kortikosteroid sistemik
• mempercepat waktu pemulihan,
meningkatkan fungsi paru dan hipoksemia
arteri, menurunkan resiko relaps, kegagalan
terapi dan durasi rawat inap.
• prednison 30-40 mg selama 10-14 hari.
– per oral  eksaserbasi ringan sedang
– IV  eksaserbasi berat.
– sebaiknya < 2 minggu untuk mencegah efek
samping.
• Antibiotik
• Peningkatan jumlah sputum
• Sputum berubah menjadi purulen
• Peningkatan sesak

6.
• antibiotik di rumah sakit sebaiknya per drip atau intravena,
sedangkan untuk rawat jalan bila eksaserbasi sedang sebaiknya
kombinasi dengan makrolide, bila ringan dapat diberikan tunggal.

• Terapi suportif
• Ventilasi mekanik

7.
• Evaluasi ketat progesiviti penyakit
KOMPLIKASI
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. Y
• Jenis kelamin : Laki-Laki
• Umur : 70 tahun
• Alamat : Teras Terunjam
• Status : Menikah
• Pekerjaan : Karyawan Swasta
• Suku : Jawa
• Agama : Islam
• No. Rekam Medik : 16.54.55
• MRS : 02 April 2019
• Pemeriksaan : 02 April 2019
Anamnesis
Keluhan Utama Sesak nafas

Seorang pasien berusia 70 tahun datangke IGD RSUD


Mukomuko dengan keluhan sesak telah diderita sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas dirasa memberat
terutama setelah beraktivitas, akan sedikit berkurang bila
Riwayat Penyakit pasien beristirahat. dan pasien sering terbangun pada malam
Sekarang hari karena sesak. Pasien tidur lebih nyaman bantal yang tinggi.
Sesak nafas diikuti dengan keluhan batuk dengan dahak yang
sulit dikeluarkan, nyeri dada (+) saat batuk. Penurunan berat
badan (-), keringat malam (-). Riwayat merokok (+) sejak usia
muda, os menghabiskan rokok sebanyak 2 bungkus dalam
sehari. BAK dan BAB tidak ada kelainan.
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat maag : disangkal
Riwayatsakitjantung : disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat DM : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat sakit kuning : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal


Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
Riwayat Penyakit
Riwayat DM : disangkal
Keluarga
Riwayat asma : disangkal
Riwayat atopi : disangkal
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat merokok : (+) sejak usia
muda, 2 bungkus / hari
Riwayat Pribadi Konsumsi minum kopi : (+)
Konsumsia lkohol : disangkal
Konsumsi obat : disangkal
Konsumsi jamu : disangkal

Riwayat PenyakiRiwayat Pasien adalah kepala rumah tangga, bekerja


Sosial Ekonomi dan Gizi sebagai petani, pendapatannya cukup untuk
Keluarga makan dan keperluan sehari-hari keluarganya.
Pasien berobat dengan fasilitas BPJS.
VITAL SIGN
64 kali/menit
120/80 mmHg Ireguler
Kuat Angkat

34 kali/menit 37.0°C
Mata: Leher:
pupil bulat isokor 3mm/3mm, Pembesaran
reflek cahaya (+/+) Konjugtiva kelenjar tiroid (-/-)
anemis (-/-) Sklera ikterik(-/-)

Simetris, retraksi intercostal


(-), sf kanan = sf kiri, sonor,
Pulmo: Vesikuler (+/+), ronkhi
I: Simetris (-/-), wh (-/-),
P: Stem fremitus ka=ki
P: sonor BJ I > BJ II, bising (-)
A: vesikuler di kedua lapangan
paru, suara nafas tambahan:
Rhonki (+/+), wheezing (+/+) Abdomen:
I: Simetris
A: Bising usus (+)
P: Soepel, pembesaran
organ (-)
P: Tympani
Akral hangat, CRT <
2 detik, Oedem (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 15,2 14,0-18,0 g/dL


Hematokrit 44 42-52 %
Eritrosit 5,0 4,7-6,1 106/mm3
Leukosit 4.200 4,0-9,0 103/mm3
Trombosit 119.000 150-450 103/mm3
MCV 80 76-96 U
MCH 30 27-31 Pcg
GDS 97 <200 mg/dL

DIAGNOSIS PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)

DIAGNOSIS BANDING • Asma Bronkial


• Pneumonia
TATALAKSANA
Diet M2
O23-5 Liter
IVFD RL 20 gtt/I makro
Inj. Metilprednisolon 2x62,5
Cetirizin tab 1x1
Aminophilin 3x1
PCT 3x1
AmbroxolSyr 3xC1
NebulCombiven + Fulmicort /8 jam

PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ada bonam
Ad sanactionam : dubia ad bonam
Pembahasan
Kasus Teori

Dimana berdasarkan dengan


meningkatnya usia harapan
hidup rata-rata masyarakat dan
Pasien merupakan seorang semakin tingginya pajanan
pria, usia 70 tahun. terhadap faktor risiko merupakan
mengeluhkan sesak nafas penyebab utama dari PPOK.
dirasa memberat terutama Diagnosis klinis PPOK harus
setelah beraktivitas, akan dipertimbangkan pada pasien
sedikit berkurang bila pasien yang mengalami dispnea, batuk
beristirahat. dan pasien sering kronis atau produksi sputum
terbangun pada malam hari berlebihan, dan riwayat terpajan
faktor resiko penyakit. Dada
karena sesak.
sesak sering diikuti usaha dalam
bernapas, berasal dari kontraksi
isometrik otot-otot interkostal.
Pembahasan
Kasus Teori

Batuk bisa saja hanya sebentar


(pagi awal) awalnya, secara
Sesak nafas diikuti dengan progresif ada terus sepanjang
keluhan batuk dengan dahak hari, tetapi jarang nokturnal.
yang sulit dikeluarkan, nyeri Batuk kronis biasanya produktif
dada (+) saat batuk. dan sering diabaikan dengan
anggapan sebagai konsekuensi
dari merokok.
Pembahasan
Kasus Teori

Penelitian menyebutkan bahwa


kebiasaan merokok merupakan
penyebab terbanyak terjadinya
PPOK. Kejadian PPOK karena
merokok mencapai 90% kasus.
Riwayat merokok (+) sejak Merokok sigaret mempengaruhi
usia muda, os menghabiskan makrofag untuk melepaskan
rokok sebanyak 2 bungkus faktor kemotaktik dan elastase,
dalam sehari. yang akan menyebabkan
kerusakan jaringan. Usia
memulai merokok, jumlah
bungkus pertahun, dan status
merokok saat ini memprediksi
mortalitas.
Pembahasan
Kasus Teori

Pemeriksaan fisik pasien


PPOK yang masih dini
biasanya tidak menunjukkan
kelainan. Seiring dengan
Untuk pemeriksaan fisik pada
perjalanan penyakit,
pasien dijumpai suara
muncullah beberapa tanda
tambahan rhonki pada kedua
dan gejala yang makin lama
lapangan paru disertai dengan
akan makin khas menjadi
whezing.
gejala PPOK. PPOK
memberikan tanda berupa
gangguan baik pada sistem
pernapasan maupun sistemik.
Pembahasan
Kasus Teori

Untuk melihat nilai Hb, Ht,


leukosit, dll. Peningkatan sel
darah merah (eritrositosis),
terjadi ketika level oksigen di
Pasien ini dilakukan
darah rendah (hipoksemia)
pemeriksaan penunjang yang
dalam waktu yang lama. Sel
dilakukan yaitu pemeriksaan
darah merah membawa
laboratorium.
oksigen di darah. Karena
kerusakan paru, pasien PPOK
tidak dapat memperoleh
cukup udara.
Pembahasan
Kasus Teori

Terapi yang diberikan pada - Pemberian terapi oksigen


pasien ini yaitu : merupakan hal yang
- Diet M2 sangat penting untuk
- O23-5 Liter mempertahankan
- IVFD RL 20 gtt/I makro oksigenasi seluler dan
- Inj. Metilprednisolon mencegah kerusakan sel
2x62,5 baik di otot maupun
- Cetirizin tab 1x1 organ-organ lainnya.
- Aminophilin 3x1 - Kortikosteroid berfungsi
- PCT 3x1 menekan inflamasi yang
- AmbroxolSyr 3xC1 terjadi, dipilih golongan
- NebulCombiven + metilprednisolon atau
Fulmicort /8 jam prednison.
Pembahasan
Kasus Teori

Terapi yang diberikan pada


pasien ini yaitu : - Cetirizine adalah golongan
- Diet M2 obat antihistamin yang
- O23-5 Liter digunakan untuk rasa gatal
- IVFD RL 20 gtt/I makro tenggorokan saat batuk
- Inj. Metilprednisolon - Aminofilin adalah obat
2x62,5 golongan xantin
- Cetirizin tab 1x1 untuk mengobati dan
- Aminophilin 3x1 mencegah batuk dan
- PCT 3x1 kesulitan bernapas karena
- AmbroxolSyr 3xC1 penyakit paru-paru
- NebulCombiven + berkepanjangan
Fulmicort /8 jam
Pembahasan
Kasus Teori

Terapi yang diberikan pada


- Paracetamol adalah salah
pasien ini yaitu :
satu obat yang masuk ke
- Diet M2
dalam golongan analgesik
- O23-5 Liter
(pereda nyeri) dan
- IVFD RL 20 gtt/I makro
antipiretik (penurun
- Inj. Metilprednisolon
demam).
2x62,5
- Ambroxol golongan obat
- Cetirizin tab 1x1
mukolitik yang akan
- Aminophilin 3x1
mempercepat perbaikan
- PCT 3x1
eksaserbasi, terutama pada
- AmbroxolSyr 3xC1
bronkitis kronik dengan
- NebulCombiven +
sputum yang viscous.
Fulmicort /8 jam
Pembahasan
Kasus Teori

Terapi yang diberikan pada


pasien ini yaitu :
- Combivent diindikasikan
- Diet M2
untuk perawatan
- O23-5 Liter
penyumbatan hidung,
- IVFD RL 20 gtt/I makro
radang selaput lendir dan
- Inj. Metilprednisolon
bronkospasme.
2x62,5
- Pulmicort untuk membuat
- Cetirizin tab 1x1
napas lebih lega dan
- Aminophilin 3x1
mengurangi iritasi dan
- PCT 3x1
pembengkakan pada
- AmbroxolSyr 3xC1
saluran pernapasan.
- NebulCombiven +
pulmicort /8 jam
KESIMPULAN

Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang biasa dikenal


sebagai PPOK merupakan penyakit kronik yang
ditandai dengan keterbatasan aliran udara dalam
saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible dan
biasanya menimbulkan obstruksi. Penyebab dari
penyakit ini yaitu dari kebiasaan sehari-hari seperti
merokok, lingkungn yang tidak bersih, mempunyai
penyakit saluran pernfasan, dll.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai