Anda di halaman 1dari 28

LUKA BAKAR

KELOMPOK 2

Akhmad Nurdin
Amaruli
Anggita Puspita R.D
Ismawati
Marsina Bayuni
Muna Izzati
Nahdatun Nisa
Nurul Eka Wahyuni
Rahmawati Rosiana
Patofisiologi

Luka bakar mayor menyebabkan trauma parah. Kebutuhan


energi dapat meningkat sebanyak 100% di atas pengeluaran energi
istirahat (REE), tergantung pada tingkat dan kedalaman cedera
(Gambar 42-9). Protein juga hilang melalui eksudat luka bakar.
Pasien luka bakar sangat rentan terhadap infeksi, dan ini sangat
meningkatkan kebutuhan energi dan protein.
Manajemen Medis
Replesi Cairan Dan Elektrolit
24 sampai 48 jam pertama perawatan untuk pasien yang mengalami
cedera termal dikhususkan untuk penggantian cairan dan elektrolit. Berbagai
formula telah dikembangkan untuk menghitung volume cairan resusitasi yang
dibutuhkan. sebagian besar setuju bahwa setengah dari volume yang dihitung
untuk 24 jam pertama harus diberikan selama 8 jam pertama, karena ini
adalah periode kehilangan intravascular terbesar.
Volume cairan yang dibutuhkan didasarkan pada usia dan berat pasien
serta tingkat luka bakar. variasi standar yang dikenal sebagai bagan Lund dan
Browder (Herndon et al, 1985; Lund dan Browder, 1944) dapat digunakan
untuk menentukan persentase total luas permukaan tubuh (TBSA) yang
terbakar. Kehilangan air karena penguapan dapat diperkirakan 2,0 hingga 3,1
ml / kg berat badan per 24 jam per persen TBSA terbakar.
Manajemen Luka

Manajemen luka tergantung pada kedalaman dan luasnya luka


bakar. Manajemen bedah saat ini menyelenggarakan debridemen
awal, eksisi, dan okulasi. Pengeluaran energi dapat sedikit dikurangi
dengan praktik menutupi luka sedini mungkin untuk mengurangi
panas yang menguap dan kehilangan nitrogen, dan untuk mencegah
infeksi.
Langkah-langkah Tambahan
Terapi fisik membantu mencegah pengecilan otot dan atrofi.
Lingkungan yang hangat meminimalkan kehilangan panas dan
pengeluaran energi untuk menjaga suhu tubuh. Selimut termal, lampu
panas, dan pelindung panas individu sering digunakan untuk
mempertahankan suhu lingkungan di dekat 30˚C (86˚F). Akhirnya,
antasid diberikan kepada pasien dengan luka bakar mayor untuk
mencegah pembentukan tukak lambung terkait stres di mukosa
lambung atau duodenum.
Terapi Nutrisi Medis
Pemberian makan harus dimulai segera setelah resusitasi selesai.
Faktanya, pemberian makanan enteral yang sangat awal (dalam 4
sampai 12 jam rawat inap) telah terbukti berhasil dalam mengurangi
respons hiperkatabolik, sehingga mengurangi pelepasan katekolamin,
mengurangi glukagon, mengurangi penurunan berat badan, dan
memperpendek lama tinggal di rumah sakit ( Chiarelli et al, 1990;
McClave et al, 2002)
Kebutuhan Energi
Peningkatan kebutuhan energi pasien yang mengalami luka bakar bervariasi sesuai
dengan ukuran luka bakar. Berbagai Rumus telah dikembangkan untuk memperkirakan
kebutuhan energi.
Rumus/Perhitungan saat ini yaitu (Curreri, 1979)
Keb. Energi per hari = 24 kkal × BB aktual (kg) + 40 kkal + %Luka Bakar

Note :
Kalorimetri tidak langsung adalah metode dimana bahwa bila makanan dioksidasi dan
menghasilkan panas didalam tubuh, proporsi jumlah oksigen yang digunakan dan
Karbondioksida yang dihasilkan sebanding dengan jumlah panas yang dikeluarkan.
Luka bakar yang melebihi 50% hingga 60% TBSA (Total Body Surface Area), minimal
akan terjadi peningkatan pengeluaran energi (Waymack and Herndon, 1992). Beberapa
rumus/perhitungan tidak menetapkan batas atas jumlah kalori yang dibutuhkan. Ketika
perhitungan ini digunakan, yang harus menjadi catatan atau perhatian bahwa beban kalori
maksimum yang dapat ditangani tubuh adalah sekitar 100% diatas sisa pengeluaran
metabolism (2 × REE) (Cunningham et al, 1989).
Lanjutan….
Peningkatan pengeluaran energy sebesar 20% hingga 30% diperlukan untuk
memperhitungkan pengeluaran energy yang terkait dengan perawatan luka, terapi
fisik, dan lain-lain. Alternatif yang sama untuk menilai pengeluaran energi pada
pasien luka bakar telah dikembangkan untuk cedera luka bakar dan status ventilasi
pernapasan.
EEE = 1784 – 11 (A) + 5 (W) + 244 (G) + 239 (T) + 804 (B)
EEE = Estimated Energy expenditure (kcal/day)
A = Age
W = Weight (kg)
G = Gender (female = 0, male = 1)
T = Diagnosis of trauma (absent = 0, present = 1)
B = Diagnpsis of burn (absent = 0, present = 1)
Lanjutan….
Penambahan kalori mungkin diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan karena demam, sepsis, trauma ganda, atau stress
karena operasi. Pemeliharaan Berat badan harus menjadi
tujuan bagi pasien kelebihan berat badan sampai proses
penyembuhan selesai. Orang yang obesitas mungkin berisiko
lebih tinggi mengalami infeksi luka.
Lanjutan….
Rumus yang akurat untuk menghitung kebutuhan nutrisi pasien
luka bakar anak masih harus dikembangkan. Karena kebutuhan dasar
tergantung pada tahap pertumbuhan dan perkembangan. Pada
umumnya menggunakan Rumus Galveston yang memperkirakan
kebutuhan kalori yaitu 1800 kcal/m2 + 2200 kcal/m2 dari luka bakar
(Waymack and Herndon, 1992).
Mayes dan Coleagues memperkirakan kebutuhan kalori untuk anak
dibawah 3 tahun yaitu :
108 + (68 × kg weight) + 3.9 × % body surface area burn (Mayes, et
al).
Sumber Energi
Karbohidrat sangat baik untuk menghemat protein. Karbohidrat
direkomendasikan sebagai sumber energi utama pada pasien luka
bakar. Kelebihan karbohidrat dapat memperburuk hiperglikemia dan
menyebabkan diuresis osmotik, dehidrasi, dan kesulitan bernapas.
Meskipun lipid adalah sumber terkonsentrasi kalori, tingkat lipid
yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan yang parah, respons
imunologis dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi (Gottschlich
et al, 1990).
Baik enteral dan parenteral formula rendah lemak menghasilkan
lebih sedikit pneumonia, peningkatan fungsi pernapasan, pemulihan
lebih cepat, dan lama perawatan yang lebih pendek (Garrel et al, 1995).
Protein
Protein pasien luka bakar meningkat penyebab kehilangan melalui
urin dan luka, meningkat digunakan dalam glukoneogenesis, dan
penyembuhan luka. Penggunaan makanan tinggi protein, pemberian
20% hingga 25% dari total kalori sebagai protein nilai biologis tinggi
(Mayes dan Gottschlich, 2003). Kebutuhan protein dalam luka bakar
anak-anak umumnya lebih tinggi daripada kebutuhan diet yang
direkomendasikan. Pemberian protein 2,5 hingga 3,0 g/kg telah
disarankan (Cunningham et al, 990). Kemampuan pasien untuk
toleransi protein tergantung pada fungsi ginjal dan keseimbangan
cairan.
Lanjutan
BCAA tampaknya tidak memiliki efek yang menguntungkan untuk
pasien luka bakar (Alexander dan Gottschlich, 1990). Namun, keadaan
asam amino esensial arginin, dapat meningkatkan imunitas yang
dimediasi sel dan penyembuhan luka (Mayes dan Gottschlich, 2003;
Tred-get and Yu, 1992). Arginin juga dapat mempengaruhi produksi
hormone anabolik (Gottschlich et al, 1990). Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa glutamin meningkatkan kemampuan beberapa
neutrofil untuk membunuh bakteri tertentu (Ogle et al, 1994). Untuk
semua pasien yang menerima diet tinggi protein, nitrogen urea darah,
kreatinin serum, dan hidrasi harus diperatikan.
Penilaian Kecukupan Energi dan Protein
Keseimbangan nitrogen sering digunakan untuk mengevaluasi kemanjuran
rejimen gizi, tetapi tidak dapat dianggap akurat tanpa memperhitungkan kehilangan
luka. rumus berikut telah digunakan untuk memperkirakan kehilangan nitrogen luka
(Mayes dan Gottschlich, 2003):
<10% luka terbuka = ​0,02 g nitrogen / kg / hari
11% hingga 30% luka terbuka = ​0,05 g nitrogen / kg / hari
> 31% luka terbuka = ​0,12% g nitrogen / kg / hari
Selama 4 minggu pertama, keseimbangan nitrogen dapat menjadi ukuran paling
reflektif dalam pemantauan nutrisi (Carlson et al, 1991). Ekskresi nitrogen harus
mulai berkurang karena luka sembuh. Namun, kadar albumin serum biasanya tetap
berkurang sampai luka bakar sembuh.
Memaksimalkan Asupan Nutrisi Oral

Contoh Kasus
Wanita berusia 58 tahun menderita luka bakar derajat ketiga pada
ekstremitas bawahnya yang mengakibatkan total 15% luka bakar
permukaan tubuh. Karena ukuran luka bakar keseluruhannya yang
kecil, ahli gizi klinis merekomendasikan pemberian nutrisi optimal
melalui rute oral. Kebutuhan energi dan protein pasien ditentukan
sekitar 2100 kkal / hari (diukur melalui kalori tidak langsung) dan 155
g protein / hari. Diet tinggi kalori, tinggi protein diberikan melalui tiga
kali makan dan dua kali makanan ringan setiap hari. Contoh makanan
dan makanan ringan adalah sebagai berikut:
Sarapan pagi
 Jus jeruk dengan tambahan Polycose
 Sereal dengan susu murni yang diperkaya
 Orak-arik telur
 Roti panggang dengan margarin dan agar-agar

Makan Siang
 Sup krim kentang
 Sandwich daging ham dan keju serta mayones
 Salad puding buah
 Coklat puding dengan tambahan suplemen protein
Sore Snack
 Minuman instant susu kocok dengan bubuk suplemen protein

Makan Malam
 Taburan salad dengan keju parmesan dan saus italia
 Spageti dengan saus daging
 Kue keju
 Susu murni

Snack Malam
 Buah lumpur dengan suplemen protein
 Dari makanan-makanan tersebut diperoleh sekitar 2700 kkal dan 175 gram.
Metode Penunjang Nutrisi
Metode dukungan gizi perlu diterapkan secara individual. Kebanyakan pasien
dengan luka bakar kurang dari 20% TBSA (Total Body Surface Area) dapat
memenuhi kebutuhan mereka dengan diet teratur, tinggi kalori dan tinggi protein.
Pasien dengan luka bakar mayor (besar), pengeluaran energi yang luar biasa tinggi,
atau nafsu makan yang buruk biasanya membutuhkan makanan lewat tabung atau
TPN (Total Parenteral Nutrition).
Pemberian makanan enteral adalah metode dukungan nutrisi yang
dianjurkan/dipilih untuk pasien luka bakar, tetapi nutrisi parenteral mungkin
diperlukan dengan eksisi dan okulasi dini untuk menghindari gangguan yang sering
terjadi pada dukungan nutrisi enteral yang diperlukan untuk anestesi. Steroid anabolik
seperti oksandrolon, bila dikombinasikan dengan diet protein tinggi (2 g / kg / hari)
juga telah terbukti secara signifikan meningkatkan berat badan pasien yang hilang
setelah mengalami luka bakar (Demling and Desanti, 1997).
Terapi Nutrisi Untuk Luka Bakar

Diperkirakan bahwa sebanyak 20% protein tubuh dapat


hilang dalam dua minggu pertama luka bakar.
Ketidakseimbangan cairan, rasa sakit, dan imobilitas
menyulitkan pasien dengan luka bakar yang luas untuk
mempertahankan status gizi nya. Pasien juga membutuhkan
terapi nutrisi yang optimal untuk mendukung penyembuhan
luka selama proses perawatan dan penyembuhan.
Penilaian Gizi
Kebutuhan energi diukur dengan kalorimetri tidak langsung atau
diperkirakan menggunakan persamaan standar. Persamaan spesifik yang
menggabungkan dan menjelaskan sejauh mana luka bakar, disebut dengan
persamaan curreri, dikembangkan untuk digunakan pada pasien luka bakar.
Sementara tingkat hipermetabolisme dan katabolisme berhubungan dengan
tingkat cedera pasien, para peneliti sepakat bahwa tingkat hipermetabolisme
tidak meningkat melebihi yang mencapai 50%-60% total luas permukaan
tubuh yang terbakar. Faktor lain yang berkontribusi pada peningkatan
kebutuhan energi termasuk demam, infeksi, atau perkembangan sepsis.
Kebutuhan protein dapat didasarkan pada 1,5-2 g/kg. Keseimbangan
nitrogen negatif yang terjadi selama fase katabolik luka bakar tidak dapat
sepenuhnya dicegah, tetapi tujuannya harus meminimalkan kerugian dan
meningkatkan penyembuhan luka, memantau jumlah kalori harian, dan
penutupan luka.
Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi umum yang terjadi pada pasien luka bakar
meliputi:
1. Peningkatan pengeluaran energi
2. Peningkatan kebutuhan nutrisi
3. Gangguan pemanfaatan nutrisi
4. Fungsi GI yang diubah
5. Penurunan berat badan tidak disengaja
6. Perubahan nilai laboratorium terkait gizi
Intervensi Gizi
Pada pasien luka bakar, nutrisi enteral yang mulai diberikan dalam
24 jam setelah cedera telah dikaitkan dengan pencegahan infeksi
(khususnya translokasi bakteri), pencegahan tukak lambung, dan
pengurangan katabolisme protein. Ketika memilih formula, dokter
harus fokus pada mereka dengan protein yg lebih tinggi (20-25% kkal)
dan mempertimbangkan formula-formula tersebut dengan suplemen
glutamin dan asam lemak omega-3.
Ketika makanan enteral tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi.
Nutrisi parenteral harus dipersiapkan. Ini dapat digunakan dalam
kombinasi dengan pemberian enteral atau oral.
Suplemen Gizi Pada Pasien Luka Bakar Anak

Zat Gizi Mikro Suplemen Enteral Suplemen


Parenteral
Multivitamin 1 tablet/hari 1 botol dosis
dengan elemen tunggal/hari
nutrisi tertenty
Seng 25 mg/hari 50 µg/kg/hari
Tembaga 2.5 mg/hari 20 µg/kg/hari
Selenium 50-170 mg/hari 2 µg/kg/hari
Vitamin C 200 mg/hari 200 µg/kg/hari
Lanjutan….
• Anak >3 tahun
• Anak menerima formula dewasa atau formula khusus untuk luka
bakar mungkin tidak diperlukan untuk menambahkan suplemen nutrisi
perorangan.
• Vitamin A, vitamin E, zat besi, B kompleks disediakan hanya
menjadi bagian dari multivitamin/persiapan unsur jarang.
• Penambahan suplemen multivitamin dengan elemen nutrsi tertentu
mungkin cukup untuk memenuhi persyaratan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai