Anda di halaman 1dari 29

KELOMPOK 10

FONO ALEXSI E10017043


FITRI WAHYUNI E10017027
AGUSTI PRATAMA PUTRI E10017070
1. BULK DENSITY(KERAPATAN
JENIS)
 Kerapatan jenis (bulk density)suatu bahan
pakan menggambarkan berat bahan per unit
volume. kerapatan jenis di deskripsikan dengan
satuan berat(kg) per unit volume (meter
kubik/liter).
 Tabel 1 Kerapatan Jenis (Bulk Density) jagung
dan dedak dari beberapa poultry shop di Jambi
Kelompok Bahan pakan Bulk Keterangan
Density(gr/liter)
1 Jagung pipil 748
Tepung jagung 684 Selincah
Dedak 552
2 Jagung pipil 780
Tepung jagung 640
Dedak 472,4
3 Jagung pipil 788
Tepung jagung 744 Simpang kawat
Dedak 562
4 Jagung pipil 816
Tepung jagung 596 Mayang
Dedak 436
5 Jagung pipil 816
Tepung jagung 688 Sungai duren
Dedak 564
6 Jagung pipil 828
Tepung jagung 793,6 Simpang rimbo
Dedak 680
7 Jagung pipil 842
Tepung jagung 790 Aurduri
Dedak 470
8 Jagung pipil 788
Tepung jagung 584 Tugujuang
Dedak 680
9 Jagung pipil 772,4
Tepung jagung 855,6 Talang banjar
Dedak 646
10 Jagung pipil 788
Tepung jagung 834,8 Kasang
Dedak 628,8
Berdasarkan dari tabel diatas dapat kita ketahui
bahwa ada beberapa kelompok bahan pakan yang
memiliki kerapatan jenis yang melebih standar
yang sudah ada
2.KUALITAS BAHAN BAKU
Pada praktikum kualita bahan baku ini yang di
lihat adalah kualitas jagung pipil yang dibeli
dari berbagai poultry shop, kualitas bahan baku
dapat di lihat dengan cara yaitu:
1. Metode penyaringan dan,
2. Melihat kadar alfatoksin yang terkandung pada
jagung tersebut.
Tabel 2 Hasil Praktikum Metode Peyaringan

No Nama Pecah Mati Rusak Jamur Kotoran


Kelompok (%) (%) (%) (%) (%)
1 I - 1,156 - 7,57 0,192
2 II
3 III 3,74 - 2,79 7,88 -
4 IV 0,4 0,12 1,56 - 0,5
5 V 4,44 0,144 3,32 0,452
6 VI
7 VII 8,50 0,43 1,68 0,42 0,15
8 VIII 3,192 1,668 9,404 - 0.032
9 IX 2,596 - 0,784 2,31 0,088
10 X 1,9 2,28 1,68 0,92 2,14
 Pada metode penyaringan setelah dilakukan pengamatan
dengan memisahkan jagung pipil menurut komponennya
masing-masing.Pada kelompok 1,3, jagung yang berjamur
melebihi 5%, hal tersebut berarti kualitas jagung tidak bagus.
Hal ini di dukung dengan pendapat Menurut Fairfield (2005)
bahwa kerusakan dapat terjadi karena serangan jamur akibat
kadar air yang tinggi, ketengikan dan serangan serangga.
Pengawasan bahan baku harus dilakukan secara ketat saat
penerimaan dan penyimpanan. Pemilihan dan pemeliharaan
kualitas bahan baku menjadi tahap penting dalam menghasilkan
ransum yang berkualitas tinggi.
Tabel 3 Hasil Praktikum Kadar Aflatosin Bahan
Baku Jagung
Kelompok Kadar Alfatoksin (ppb) Keterangan
I 9 Ditoleransi
II 76 Ditoleransi
III 7 Ditoleransi
IV 5 Ditoleransi
V 6 Ditoleransi
VI 4 Ditoleransi
VII 6 Ditoleransi
VIII 15 Ditoleransi
IX 4 Ditoleransi
X 5
 Pada pengamatan kadar aflatoksin dapat diketahui bahwa
sampel yang digunakan yaitu jagung pipil, pada sampel dapat
disimpulkan bahwa sampel jagung pipil yang digunakan
memiliki kualitas yang baik. Hal ini dikarenakan Level
aflatoksin jagung yang masih dapat ditoleransi ,atau masih
dibawah batas maksimum kadar alfatoksin yaitu 150ppb.
Jagung yang memiliki kadar aflatoksin yang baik dapat
dikonsumsi oleh ternak tanpa adanya bahaya atau gangguan
yang akan merugikan ternak itu sendiri. Apabila kadar
aflatoksin tidak baik, hal ini dapat merugikan ternak yang
mengkonsumsi pakan tersebut sebab aflatoksin merupakan
racun yang dapat membahayakan dan dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi ternak tersebut
3. PENGUJIAN KUALITAS PELLET
 Kualitas pellet dapat diukur secara fisik dan
organoleptik. Pengukuran kualitas fisik
diantaranya yaitu dengan melihat hardness dan
durabilitas pellet, sedangkan kualitas
organoleptik dilihat berdasarkan warna, tekstur
serta aroma pellet. Kualitas pellet dipengaruhi
oleh jenis bahan pakan yang digunakan, ukuran
pencetak pellet, jumlah air yang digunakan,
tekanan dan penggunaan bahan binder untuk
dapat menghasilkan pellet yang kompak dan
kuat, sehingga pellet tidak mudah pecah.
 Tabel.4. Pengamatan Pada pellet
Kelompok Warna Bau Tekstur

1 Kuning Pellet Butiran keras

2 Kuning Pellet Keras

3 Coklat Amis Keras

4 Coklat Amis Keras

5 Coklat Amis Keras

6 Coklat tua Amis Keras

7 Kuning kecoklatan Pellet Keras

8 Kuning pucat Amis Keras

9 Kuning kunyit Bau pakan Kasar

10 Kuning kecoklatan Pellet Keras


 Dari hasil pengamatan Tabel diatas dapat diketahui
bahwa setiap pellet yang dibeli di berbagai poultry
shop itu memiliki warna yang berbeda-beda dan bau
yang berbeda. Bau amis yang ada pada bahan pakan
tersebut mungkin disebabkan oleh bahan baku yang
digunakan berbeda-beda. Menurut Widiastuti (2013)
yang mengatakan bahwa semakin banyak molases
yang terserap kedalam bahan berpengaruh terhadap
warna bahan menjadi lebih kehitaman. Perubahan
warna yang terjadi pada pellet tidak mempengaruhi
tingkat palatabilitas ternak.
%mesh

Kelomp 10 12 14 180 250 600

ok
1 91,15 2,22 2,31 0,52 1,42 3,66

2 93,25 1,325 1,74 0,11 1,37 2,165

3 99,45 0,3 0,275 0 0,135 0,252

4 99,225 0,04 0,03 0 0,0775 0,12

5 99,58 0,025 0,025 0 0,1425 0,05

6 99,28 0,01 0,16 0 0,12 0

7 99,7 0,103 0,078 0,11 0,12 0,02

8 99,45 0,0625 0,055 0,0125 0,2125 0,1775

9 89,025 2,69 2,79 0,5425 1,3575 3,5

10 99,8 0,097 0,09 0,127 0,272 0,485


 Dari table diatas dapat diketahui bahwa pellet
pada kelompok 3,4,5,6,7,8,10 itu memiliki pellet
yang mempunya ketahanan benturan yang baik.
Durabilitas atau uji ketahanan terhadap benturan
dilakukan untuk mengetahui apakah pellet yang
dibuat mampu bertahan terhadap benturan,
gesekan, terjatuh dan tertimpa pada saat proses
penyimpanan maupun distribusi (Krisnan dan
Ginting, 2009). Sholihah (2011) mengatakan bahwa
pellet yang baik adalah pellet yang kompak, kokoh
dan tidak mudah rapuh. Nilai durabilitas pada
semua perlakuan menunjukkan hasil yang baik
yaitu berkisar antara 97-98%.
4. TES SEKAM
 Tabel .6 Hasil pengamatan Test sekam
Kelompok Hasil Tes Sekam%

1. 15%(poultry selincah
2. >20%(tehok)
3. 20%
4. >20% mayang
5. 10%(poultry sungai duren )
6. >20% simpang rimbo
7. >20%(poultry pasar aurduri)
8. >20% tugujuang
9. 15%(poultry talang banjar)
10. >20%( poultry kasang pudak)
 Sekam merupakan waste product dari penggilingan padi
yang biasa digunakan sebagai palsuan pakan pada dedak
padi. Hal itu disebabkan karena ketersediaan dedak padi
pada musim kemarau sangat minim dimana sebahagian
petani menggunakan system pertanian tadah hujan
sehingga untuk memenuhi permintaan konsumen para
pedagang melakukan palsuan bahan pakan.

 Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa Rata-rata Kadar sekam
dalam dedak padi adalah >20 %. Berdasarkan hasil praktikum telah
dilaksanakan, maka diperoleh hasil yaitu pada bahandiatas>20%
yang berarti bahan pakan tersebut memiliki kualitas yang kurang baik
atau kualitasnya rendah, karena banyak mengandung sekam. Hal itu
sesuai dengan pendapat Anton (2000) menyatakan bahwa test sekam
dapat di lakukan di laboratorium menggunakan larutan
phloroglucinol 1%, sekam akan berwarna merah jika terendam
dengan larutan tersebut dan sebaran warna merah menandakan kadar
sekam. Menurut pendapat Buckle (2000), menyatakan bahwa jumlah
sekam dalam dedak sangat mempengaruhi kualitas dedak, dedak
padai dengan kandungan sekamnya yang tinggi mempunyai kualitas
nutrisi yang rendah.
5. TES TERHADAP BAHAN ANORGANIK
 Senyawa anorganik adalah senyawa yang bukan berasal
dari makhluk hidup. Test terhadap adanya bahan
anorganik di dalam bahan pakan atau bahan makanan
yang bersifat kualitatif sehingga tidak dapat ditentukan
jumlah bahan anorganik yang berada dalam bahan
sampel yang diperiksa.
A.Tes sulfat
Tabel 7. Pengamatan tes sulfat
Kelompok Bahan yang di uji Hasil Ketereangan

bahan tidak mengandung


1 Tepung tulang Tidak terdapat endapan
sulfat
bahan tidak mengandung
2 Tepung kerabang telur Tidak terdapat endapan
sulfat
bahan tidak mengandung
3 Tepung kulit udang Tidak terdapat endapan
sulfat
Bahan tidak mengandung
4 Tepung kerang Tidak ada endapan
sulfat
5 Tepung Ikan Terdapat endapan bahan mengandung sulfat

6 Tepung tulang Terdapat endapa bahan mengandung sulfat


bahan tidak mengandung
7 Tepung kerabang telur Tidak terdapat endapan
sulfat
Bahan tidak mengandung
8 Tepung kulit udang Tidak ada endapan
sulfat
bahan tidak mengandung
9 Tepung kerang Tidak terdapat endapan
sulfat
bahan tidak mengandung
10 Tepung Ikan Tidak terdapat endapan
sulfat
Dari table diatas dapat diketahui bahan kelompok
5 dan 6 terdapat endapan dan mengandung sulfat, Hal
ini sesuai dengan pendapat Rivai (2005) yang
menyatakan bahwa Barium klorida 5% dan asam
hidroklorida umumnya digunakan untuk menguji
adanya sulfur pada bahan baku pakan dan pakan jadi
hal ini menunjukkan adanya endapan berwarana
putih. Sedangkan bahan lainnya tidak terdapat
endapan hal ini disebabkan mungkin pada bahan
bahan terdapat palsuan.
B. Tes klorida
Tabel 8. Hasil tes Klorida

Kelompok Bahan yang di uji Hasil Ketereangan

1 Tepung tulang Endapan Hilang positif mengandung klorida

2 Tepung kerabang telur Endapan Hilang positif mengandung klorida

3 Tepung kulit udang Endapan Hilang positif mengandung klorida

4 Tepung kerang Endapan Hilang positif mengandung klorida

5 Tepung Ikan Endapan Hilang positif mengandung klorida

6 Tepung tulang Endapan Hilang positif mengandung klorida

7 Tepung kerabang telur Endapan Hilang positif mengandung klorida

8 Tepung kulit udang Endapan Hilang positif mengandung klorida

9 Tepung kerang Endapan Hilang positif mengandung klorida

10 Tepung Ikan Endapan Hilang positif mengandung klorida


Dari tabel dapat diketahui bahwa dari setiap sampel
yang diuji tidak ditemukan endapan putih yang
menandaan tidak adanya kandungan klorida dalam
bahan pakan tersebut hal ini sesuai dengan pendapat
Bambang (2006) yang menyatkan bahan yang
mengandung klorida akan tampak endapan yang larut
dan endapan putih akan hilang setelah diberi larutan
amonium hidroksida
C.Tes garam
Tabel 9. Hasil tes garam
Kelompok Bahan yang di uji Hasil Ketereangan
Positif mengandung garam
1 Tepung tulang warna putih keruh
0,1%
Positif mengandung garam
2 Tepung kerabang telur warna putih keruh
0,1%
Positif mengandung garam
3 Tepung kulit udang warna putih keruh
0,1%
Positif mengandung garam
4 Tepung kerang warna putih keruh
0,1%
Positif mengandung garam
5 Tepung Ikan warna putih keruh
0,1%
Positif mengandung garam
6 Tepung tulang warna putih keruh
0,1%
Positif mengandung garam
7 Tepung kerabang telur warna putih keruh
0,1%
Positif mengandung garam
8 Tepung kulit udang warna putih keruh
0,1%
Positif mengandung garam
9 Tepung kerang warna putih keruh
0,1%
Positif mengandung garam
10 Tepung Ikan warna putih keruh
0,1%
 Dari hasil praktikum yang dilakukan pada tabel
diatas dapat diketahui bahwa bahan pakan yang
mengandung garam akan memberikan warna putih
dengan kandungan garam yang sama. Menurut
pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa test terhadap
adanya garam dalam bahan makanan ini bersifat
kualitatif sehingga tidak dapat ditentukan jumlah
bahan anorganik yang terdapat dalam sampel yang
diperiksa
6. TES AKTIVITAS UREASE
 Test aktivitas urease dapat dilakukan dengan
menghitung secara kualitatif melalui konversi
urea menjadi gas ammonia yang terdapat pada
phenol red indicator. Urea mengandung protein
tinggi sehingga dapat dimasukkan kedalam
bahan makanan sebagai pengganti protein
kacang kedele oleh orang-orang pintar untuk
mengelabuhi para konsumen. Urease adalah
berupa enzim yang bekerja terhadap urea yang
menghasilkan karbondioksida dan ammonia.
Tabel 10. Hasil tes urease

no Bahan poultry shop Hasil Keterangan

1 B. kedelai Simpang rimbo Over cooked Tidak ada

perubahan

2 B. kedelai Tugu juang Slightly active Sedikit tersebar

partikel warna

merah lembayung

3 B. kedelai Tehok Moderate active Warna merah

lebanyung 25%

4 B. kedelai Kasang pudak Slightly active Sedikit tersebar

partikel warna

merah lembayung

5 B. kedelai Selincah Overcooked Tidak ada

perubahan
6 B. kedelai Talang banjar Overcooked Tidak ada

perubahan

7 B. kedelai Simpang Slihly active Sedikit tersebar

kawat partikel warna

merah

lembayung

8 B. kedelai Aurduri Active Berwarna

merah

lembayung

sebanyak 50%

9 B. kedelai Mayang Over cooked Tidak ada

perubahan

10 B. kedelai Sungai duren Over cooked Tidak ada


 Dari table tersebut dapat diketahui bahwa bungkil kedele
kelompok 1,5,6,9,5,10 itu tidak terjadi perubahan warna atau
Over cooked .Sedangkan pada kelompok 2,4,dan 7 terjadi sedikit
partikel warna merah lembayung atau Slighly active. Pada
kelompok 5 terdapat warna merah lembayung sebanyak 25%
atau moderate active. Sedangkan kelompok 8 terdapat warna
lembaying sebanyak 50% atau active.
 Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa bungkil kacang
kedele yang di gunakan sebagai sampel di oplos dengan urea.
Hal tersebut di tandai dengan perubahan warna yang terjadi
setelah dicampur dengan urea phenol red solution. Urease adalah
enzim yang dapat menghidrolisis urea pada bahan pakan. Pada
perlakuan kontrol dengan penambahan larutan phenol red
solutionpada suhu kamar rendah setelah 15 menit akan terdapat
endapan yang berwarna merah. Hal ini menunjukkan bahwa
enzim dapat menghidrolisis urea dengan endapan yang berwarna
merah tersebut ( Lud Mulyo,2009 ).
7.FRAKSINASI
 Bahan akan terdistribusi pada setiap saringan (sieve)
berdasarkan ukuran dan berat partikel, dimana
bahan yang mempunyai ukuran yang besar akan
tertahan pada saringan yang paling atas (kasar) dan
bahan yang mempunyai partikel yang sangat kecil
akan terdistribusi kebagian saringan selanjutnya.
Adanya bahan subalan akan mempengaruhi
persentase bahan pakan yang tersaring
pada saringan paling atas ( kasar ).
pada praktikum dapat dlihat bahwa bahan pakan
bungkil kedelai dan bungkil kelapa presentasi pada
saringan kasar nya tinggi yaitu 72,67% memiliki
tekstur yang kasar dan 80,33% pada bungkil kedelai
memiliki tekstur yang kasar.

Anda mungkin juga menyukai