Anda di halaman 1dari 17

BISNIS INTERNASIONAL

“Sengketa tembakau antara Indonesia dengan


Amerika Serikat “

Anne luvita permana (1402154297)


Frizka fadilla (1402154217)
Dhanil muhammad triadi (1402150057)
Tita pusphitalia (1402154281)
Ratri ayu amalia (1402150355)
Yogas muhamad fauza (1402150041)
Hakikat Bisnis Internasional
O Konsep Keunggulan Absolut
O Konsep Keunggulan Komparatif
O Potensi Pasar Internasional
Pengertian Bisnis
Internasional
Menurut Ball, McCullach, Frantz,
Geringer, dan Minor

“Bisnis Internasional merupakan suatu bisnis


yang kegiatannya melampui batas negara,
yang mencakup perdagangan internasional,
pariwisata, transportasi dan yang lainnya “.
Faktor terjadinya bisnis
internasional
O Tidak semua negara memiliki sumber daya
alam yang dibutuhkan dan diinginkan.
O Apabila suatu negara mengalami kondisi
dimana lebih murah membeli dibanding
memproduksi.
O Penjualan secara langsung dapat meningkatkan
kondisi keuangan suatu negara
O Suatu Negara ingin melakukan perdagangan
internasional karena ingin melaksanakan
transfer teknologi,
Tahap-tahap memasuki bisnis
inetrnasional
O Ekspor Insidentil
Dalam tahap awal ini pada umumnya terjadi pada saat
adanya kedatangan orang asing di negeri kita kemudian
ada yang membeli barang-barang kemudian kita harus
mengirimkannya ke negeri asing itu

O Ekspor Aktif
Dalam tahap aktif ini perusahaan negeri sendiri mulai
aktif untuk melaksanakan manajemen atas transaksi itu.
Tidak seperti tahap awal di mana pengusaha hanya
bertindak pasif. Oleh karena itu dalam tahap ini sering
pula disebut sebagai tahap “ekspor aktif”, sedangkan
tahap pertama tadi disebut tahap pembelian atau
“Purchasing”.
O Franchising
Tahap berikutnya merupakan tahap yang lebih aktif lagi yaitu
perusahaan di suatu negara menjual tidak hanya lisensi atau
merek dagangnya saja akan tetapi lengkap dengan segala
atributnya termasuk peralatan, proses produksi, resep-resep
campuran proses produksinya, pengendalian mutunya,
pengawasan mutu bahan baku maupun barang jadinya, serta
bentuk pelayanannya.

O Pemasaran di Luar Negeri


Tahap berikutnya adalah bentuk pemasaran di luar negeri.
Bentuk ini akan memerlukan intensitas manajemen serta
keterlibatan yang lebih tinggi karena perusahaan pendatang
(Host Country) harus aktif dan mandiri untuk melakukan
manajemen pemasaran bagi produknya itu di negeri asing
(Home Country).
O Produksi dan Pemasaran di Luar Negeri
Tahap yang terakhir adalah tahap yang paling intensif
dalam melibatkan diri pada bisnis internasional yaitu
tahap “Produksi dan Pemasaran di Luar Negeri”. Tahap ini
juga disebut sebagai “Total International Business”.
Bentuk inilah yang menimbulkan MNC (Multy National
Corporation) yaitu Perusahaan Multi Nasional. Dalam
tahap ini perusahaan asing datang dan mendirikan
perusahaan di negeri asing dengan segala modalnya,
kemudian memproduksi di negeri itu, lalu menjuaI hasil
produksinya itu di negeri itu juga.
RESTRIKSI PERDAGANGAN
1. Pertahanan nasional
2. Melindungi industri yang baru tumbuh
3. Melindungi tenaga kerja domestik dari
tenaga asing yang murah
4. Tarif ilmiah atau persaingan yang adil
5. Tindakan balasan
a) dumpling
b) Subsidi
DUMPLING
Dumping merupakan penjualan produk ke luar
negeri dengan harga kurang dari biaya produksi,
harga di pasar dalam negeri, atau harga untuk
negara ketiga.
Kegiatan dumping dapat digolongkan menjadi:
1) Dumping sosial.
2) Dumping lingkungan
3) Dumping jasa keuangan
4) Dumping budaya
SUBSIDI
Subsidi merupakan sumbangan keuangan
yang diberikan secara langsung atau tidak
langsung oleh pemerintah tanpa imbalan
keuntukngan. Subsidi pemerintah kepada
perusahaan domestik bertujuan untuk
mendorong ekspor maupun membantu
melindunginya dari impor.
Contoh dari subsidi adalah pembayaran
tunai, partisipasi pemerintah dalam kepemilikan,
pinjaman dengan bunga rendah untuk para
pembeli dan eksportir luar negeri, dan perlakuan
pajaak preferensial
Jenis-Jenis Restriksi
 Hambatan-hambatan Tarif
1) Tarif
2) Bea Ad Valorem, Spesifik, dan KOMBINASI
3) Harga resmi
4) Pajak Variabel
5) Bea yang lebih rendah untuk masukan lokal yang lebih banyak

 Hambatan non tarif


1) Kuantitatif kuota
2) Persetujuan tertib pemasaran

 Hambatan – hambatan nontarif nonkuatif


1) Partisipasi pemerintah langsung dalan perdagangan
2) Produsen kepabean dan administratif
3) Standar
Sengketa Tembakau antara Indonesia
dengan Amerika Serikat

Pada sekitar tahun 2009 lalu Indonesia


dengan AS tengah mengalami sengketa
perdagangan rokok kretek. Hal ini berawal
dari kekhawatiran AS terkait perdagangan
rokok kretek Indonesia di AS yang dinilai
membahayakan bagi sejumlah produsen
rokok putih di AS.
Mengapa AS begitu khawatir
akan rokok kretek indonesia ?
Karena ternyata nilai ekspor kretek Indonesia ke AS
terus mengalami peningkatan selama lima tahun sejak
sekitar tahun 2005 hingga 2010. hal ini berarti bahwa rokok
kretek Inonesia memiliki banyak peminat namun karena
keberadaannya yang dapat mengancam rokok putih di AS
maka mereka berupaya untuk mencegah arus ekspor rokok
kretek yang semakin meningkat setiap tahunnya. AS takut
apabila nanti Indonesia dapat menguasai pasar rokok
mereka.

AS menerapkan undang – undang yang melarang


produksi dan memperdagangkan rokok non mentol
(termasuk kretek) sejak Juni 2009. sejak penerapan undang
– undang tersebut indonesia keberatan karena hal tersebut
mendiskriminasi rokok kretek indonesia. Pada April 2010
lalu, Indonesia mengadukan kebijakan AS tersebut ke
Disputte Settlement Body di WTO .
Upaya penyelesaian sengketa dagang rokok
kretek Indonesia-AS
• Pada tanggal 7 Maret 2010 Indonesia sudah menempuh jalur konsultasi
dalam upaya untuk mencari solusi bersama atas undang – undang yang
dikeluarkan pemerintah AS.

• Pada tanggal 13 Mei 2010, Indonesia dan AS telah melakukan konsultasi


formal dalam kerangka DSB WTO. Namun proses konsultasi tersebut
berlangsung sangat panjang tanpa diakhiri kata kesepakatan dan tidak
ada itikad baik dari pihak AS

• Pada akhirnya tanggal 22 Juni 2010 Pemerintah Indonesia mengajukan


suatu pembentukan Panel ke Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute
Settlement Body) WTO.

• Pada tanggal 24 Juli 2010 secara resmi WTO menyetujui pembentukan


panel yang diajukan Indonesia dimana ditetapkan tiga orang yang akan
menduduki anggota panel, yaitu Ronal Soborio dari Costa Rica sebagai
ketua, Mr. Ichiro Araki dari Jepang dan Mr. Hugo Cayrius dari Uruguay
sebagai anggota.
Dibentuknya panel tersebut agar kasus sengketa dapat
terselesaikan dengan objektif sesuai aturan yang berlaku dan
menegakkan keadilan diantara negara anggota WTO khusunya
dalam hal ini Indonesia sebagai pihak yang dirugikan.

WTO menilai Amerika Serikat telah melakukan


diskriminasi terhadap produk rokok kretek Indonesia yang
merupakan produk impor dan melanggar ketentuan WTO,
sehingga WTO pun menenangkan rokok kretek Indonesia dalam
perselisihan sengketa perdagangan di Appellate Body (AB). Pada
tanggal 2 September 2011 WTO telah memperkuat keputusan
Panel, hingga pada 5 Januari 2012 Amerika Serikat mengajukan
banding ke Appellate Body WTO.

Akibatnya Indonesia juga menanggung sebuah kerugian


yang diperkirakan lebih dari $160 juta US Dollar dalam kurun
waktu tiga tahun, sejak AS memberlakukan undang-undang anti
tembakau tersebut. Maka dari itu Indonesia berhak
mendapatkan sebuah kompensasi tersebut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai