Anda di halaman 1dari 16

Program Malnutrisi

Kelompok :
1. Fajar Rizky Ananda
2. Nur Kuriah
3. Ranika Esa Febrianti
4. Siska Putri Anggraeni
5. Soka Delap Sukma
6. Susi Yanti
7. Wike Pristyyani
DEFINISI
Malnutrisi adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keadaan kurang nutrisi,
terutama energi dan protein. Malnutrisi energi
protein (MEP) merupakan keadaan tidak
cukupnya masukan protein dan kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan
nama marasmus dan kwashiorkor
ETIOLOGI
Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah
dengan makanan tidak cukup, informasi teknik
pemberian makan yang tidak cukup atau hiegene
jelek. Gambaran klinik marasmus berasal dari
masukan kalori yang tidak cukup karena diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat
seperti mereka yang hubungan orang tua-anak
terganggu dan anak dari keluarga sosial ekonomi
rendah, atau karena kelainan metabolik atau
malformasi congenital. Gangguan berat pada
sistem tubuh dapat mengakibatkan malnutrisi.
Manifestasi klinis
Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:
• Kelelahan dan kekurangan energi
• Pusing
• Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan
tubuh kesulitan untuk melawan infeksi)
• Kulit yang kering dan bersisik
• Gusi bengkak dan berdarah
• Gigi yang membusuk
• Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang
lambat
• Berat badan kurang
• Pertumbuhan yang lambat
• Kelemahan pada otot
• Perut kembung
• Tulang yang mudah patah
• Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
Patofisiologi
Terjadinya kwashiorkor dapat diawali oleh faktor makanan
yang kadar proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan
kekurangan asam amino esensial dalam serum yang diperlukan
dalam pertumbuhan dan perbaikan sel. Kemudian produksi albumin
dalam hati pun berkurang, sehingga berbagai kemungkinan terjadi
hipoproteinemia yang dapat menyebabkan edema dan akhirnya
menyebabkan asites, gangguan mata, kulit, dan lain-lain.
Pada kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolik dan
perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati.
Kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan
berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis.
Karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi
insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum
yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot.
Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab
kurangnya pembentukan albumin oleh hepar sehingga kemudian
timbul edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan lipoprotein beta hingga transport lemak dari hati ke
depot lemak juga terganggu dan terjadi akumulasi lemak dalam
hepar.
Klasifikasi
a. Marasmus
adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih
kekurangan kalori daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai
berikut :
1. Intake kalori yang sedikit.
2. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.
3. Kelainan struktur bawaan.
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates
5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
6. Gangguan metabolism.
7. Tumor hipotalamus.
8. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan
yang kurang.
9. Urbanisasi.
b. Kwashiorkor
adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah
besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori.
Penyebabnya adalah :
1. Intake protein yang buruk.
2. Infeksi suatu penyakit.
3. Masalah penyapihan.
Tanda dan Gejala
• Gejala yang timbul bergantung pada jenis nutrient yang kurang
di dalam dietnya, seperti:
• Kekurangan vitamin A,
• Defisiensi vitamin B1 (tiamin) disebut atiaminosis.
• Defisiensi vitamin B2 atau ariboflavinosis
• Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.
• Defisiensi vitamin B12 dapat terjadi anemia pernisiosa.
• Defisiensi asam folat akan menyebabkan timbulnya anemia
makrositik megaloblastik, granulositopenia, dan
trombositopenia.
• Defisiensi vitamin C menyebabkan skorbut
• Defisiensi mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, zat besi,
dengan segala akibatnya missal osteoporosis tulang dan anemia,
yang paling serius adalah kekurangan yodium
Gambaran Klinis
Gambaran klinis anak penderita malnutrisi adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan terganggu, berat dan tinggi badan kurang dibandingkan
dengan anak normal.
2. Perubahan mental (cengeng dan apatis).
3. Edema ringan maupun berat.
4. Gejala gastrointestinal, seperti anoreksia kadang hebat sehingga
berbagai makanan ditolak.
5. Perubahan rambut, sering dijumpai baik bentuk bangun maupun warna
6. Kulit pasien biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang
lebih dalam dan lebar.
7. Pembesaran hati , kadang-kadang batas hati setinggi pusat.
8. Anemia; bila pasien menderita cacingan, anemia lebih menjadi berat.
9. Kelainan kimia darah; kadar albumin serum rendah, kadar globulin
normal atau sedikit meninggi
10. Pada biopsy hati ditemukan perlemakan yang kadang-kadang demikian
hebat, hampir semua sel hati mengandung vakuol lemak besar
11. Hasil autopsy pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan hampir
semua organ mengalami perubahan seperti degenerasi otot jantung,
osteoporosis tulang, dan sebagainya.
Pemeriksaan Diagnostik
Pada data laboratorium penurunan albumin serum merupakan
perubahan yang paling khas. Ketonuria sering ada pada stadium
awal kekurangan makan tetapi seringkali menghilang pada
stadium akhir. Harga glukosa darah rendah, tetapi kurva toleransi
glukosa dapat bertipe diabetic. Ekskresi hidroksiprolin urin yang
berhubungan dengan kreatinin dapat turun. Angka asam amino
esensial plasma dapat turun relatif terhadap angka asam amino
non-esensial, dan dapat menambah aminoasiduria. Defisiensi
kalium dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum
rendah, tetapi kadar ini kembali ke normal sesudah beberapa hari
pengobatan. Angka amilase, esterase, kolinesterase,
transaminase, lipase dan alkalin fosfatase serum turun. Ada
penurunan aktivitas enzim pancreas dan santhin oksidase, tetapi
angka ini kembali normal segera sesudah mulai pengobatan.
Anemia dapat normositil, mikrositik, atau makrositik. Tanda-tanda
defisiensi vitamin dan mineral biasanya jelas. Pertumbuhan
tulang biasanya terlambat. Sekresi hormon pertumbuhan
mungkin bertambah.
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan Medis
Prinsip pengobatan adalah makanan yang mengandung banyak
protein bernilai tinggi, banyak cairan, cukup vitamin dan mineral,
masing-masing dalam bentuk yang sudah dicerna dan diserap.
Karena toleransi makanan masih rendah pada permulaan, maka
makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi dinaikkan
bertahap setiap hari. Diperlukan makanan yang mengandung
protein 3-4 gram/ kg BB/ hari 150-175 kalori. Antibiotik diberikan
jika terdapat infeksi penyakit penyerta marasmus. Antibiotik efektif
harus diberikan parenteral selama 5-10 hari.
• Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien yang menderita defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah
sakit kecuali yang menderita malnutrisi berat, kwashiorkor/
marasmik kwashiorkor atau melnutrisi dengan komplikasi penyakit
lainnya. Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah memenuhi
kebutuhan gizi, bahaya terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan
nyaman/ psikososial, dan kurangnya pengetahuan orang tua pasien
mengenai makanan anak.
Diagnosis/Masalah Keperawatan

Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi


pada bayi dengan malnutrisi energi protein
(kwashiorkor dan marasmus) antara lain :
1. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan).
2. Kurang volume cairan.
3. Gangguan integritas kulit.
4. Risiko infeksi.
5. Kurang pengetahuan.
Diagnosis/Masalah Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang
terjadi pada bayi dengan malnutrisi energi
protein (kwashiorkor dan marasmus) antara
lain :
1. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan).
2. Kurang volume cairan.
3. Gangguan integritas kulit.
4. Risiko infeksi.
5. Kurang pengetahuan.
Intervensi/Rencana Tindakan
Keperawatan
1. Kurang Nutrisi (Kurang Dari Kebutuhan)
2. Kurang Volume Cairan
3. Gangguan Integritas Kulit
4. Risiko Infeksi
5. Kurang Pengetahuan
Implementasi/Tindakan Keperawatan
• lakukan pengaturan makanan dengan berbagai tahap,
salah satunya adalah tahap penyesuaian yang dimulai
dari pemberian kalori sebanyak 50 kal/ kg bb/ hari
dalam cairan 200 ml/ kg bb/ hari pada kwashiorkor dan
250 ml/ kg bb/ hari pada marasmus.
• Berikan cairan tubuh yang cukup melalui rehidrasi jika
terjadi dehidrasi.
• Berikan imunisasi pada anak yang belum diimunisasi
sesuai dengan jadwal imunisasi
• Anjurkan untuk aktif dalam kegiatan posyandu agar
pemantauan status gizi dan pemberian makanan
tambahan dapat diatasi
Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai
tujuan intervensi dari setiap diagnosa keperawatan, yaitu
sebagai berikut.
1. Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) teratasi
ditandai dengan proses metabolisme dalam tubuh kembali
normal.
2. Peningkatan hidrasi ditunjukkan dengan tidak cekungnya
daerah ubun-ubun, turgor kulit normal, membrane mukosa
lembap, dan jumlah serta berat jenis urin kembali normal.
3. Integritas kulit meningkat ditunjukkan oleh kulit yang tidak
bersisik, tidak kering, dan elastisitasnya normal.
4. Risiko infeksi berkurang atau tidak ada sama sekali ditandai
dengan peningkatan daya tahan tubuh.
5. Meningkatnya pengetahuan keluarga tentang malnutrisi,
cara pencegahan, dan cara mengatasinya.

Anda mungkin juga menyukai