Anda di halaman 1dari 20

*

Disusun Oleh :
Kelompok 9 Kelas 2A
Bolan Kunthi Wijaya (2720162820)
Etik Fitarani (2720162830)
Maulida Rahmawati (2720162840)
Winda Junita Dewi (2720162870)
Yunas Fattika Imaniar R. (2720162871)
Rizta Okstya Pradani (2620152706)
*
Prevalensi menurut (WHO) memperkirakan bahwa prevalensi gagal
ginjal akut lebih dari 356 orang yang mengalami GGA. Di Indonesia kebayakan
pasien yang melewati episode GGA dapat sembuh dengan fungsi ginjal semula
dan dapat melanjutkan hidup seperti biasanya.

Berbeda dengan gagal ginjal kronis, berdasarkan hasil penelitian Global


Burden of Disease tahun 2010, Penyakit Ginjal Kronis merupakan penyebab
kematian peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan
ke-18 pada tahun 2010. Di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 499.800
penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal dan sebanyak 1.499.400
penduduk menderita Batu Ginjal (Rikesda, 2013).
*
A. Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut merupakan gangguan fungsi ginjal
yang terjdi secara mendadak dengan tanda gejala khas
berupa oliguria/anuria dengan peningkatan BUN (Blood
Ureum Nitrogen) atau keratin serum (Graber, 2006;
Wilcox, 2009).

B. Gagal Ginjal Kronis


Merupakan kondisi penyakit gagal ginjal persisten
(keberlangsungan ≥3 bulan dengan kerusakan ginjal dan
kerusakan Glomerular Filtration Rae (GFR) dengan
angkan GFR ≤60 ml/menit/1,73 m2.
*
A. Gagal Ginjal Akut
1. Pre Renal
2. Renal, dan
3. Post Renal.
B. Gagal Ginjal Kronis
Ada beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal
kronis, yaitu (Robinson, 2013):
1. Penyakit glomerular kronis (glomerulonefritis);
2. Infeksi kronis (tuberkulosis)
3. Kelainan kongenital (polikistik ginjal)
*
A. Gagal Ginjal Akut
Beberapa tanda dan gejala yang
ditunjukkan oleh klien gagal ginjal akut
(Anymous, 2008; Judith, 2002) :
1.Oliguria/anuria
2. Azotemia
3. Ketidakseimbangan Elektrolit
4. Manifestasi klinis pada
integument
5. Manifestasi klinis pada
kardiovaskuler
*
B. Gagal Ginjal Kronis
Tanda dan gejala yang
ditunjukkan oleh gagal ginjal
kronis (Pobress, 2013; Judith,
2006) :
1. Ginjal dan Gastrointestinal
2. Integument
3. Endokrin
4. Hematopoitiec
*
A. Gagal Ginjal Akut
*
B. Gagal Ginjal Kronis
*
A. Gagal Ginjal Akut

Pemeriksaan klinis yang dibutuhkan untuk menengakkan diagnosa gagal


ginjal akut adalah (Anymous, 2008, Judith, 2002) :

1. Kadar kimia darah

Meliputi natrium, kalium, ureum, kreatinin dan bikarbonat.

2. Uninasilis

3. Ultrasonografi (USG)

4. Darah Lengkap

5. ECG (electrocardiography)
*
B. Gagal Ginjal Kronis

1. ECG (electrocardiography)

Biokimiawi
Urinalisis
Ultrasonografi Ginjal
*
A. GAGAL GINJAL AKUT
Berikut ini adalah beberapa potensial komplikasi
yang bisa terjadi pada pasien gagal ginjal akut (Leppert,
2004):
1. Keseimbangan elektrolit tubuh
2. Fungsi jantung dan paru
3. Gastrointestinal
4. Hematologi
*
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal
ginjal kronis adalah (Baughman, 2000) :
1. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium
2. Penyakit kardiovaskuler
hipertensi, kelainan lipid, dan intoleransi glukosa
3. Anemia
4. Disfungsi seksual
*
A. Gagal Ginjal Akut
1. Secara Umum
2. Terapi Edukatif
3. Secara Medis
* Furosemid
Pemberian 20 sampai 1000 mg per IV setiap 6 (enam) jam
* Kalsium glukonat
Pemberian 10 ml/ 10% dalam cairan solute infuse (IV)
* Natrium polystyrene
15 gr dalam dosis 4kali sehari dicampur dalam 100ml dari 20%
sorbitol.
*
B. Gagal Ginjal Kronis

1. Perawatan kulit yang baik

2. Jaga kebersihan oral

3. Beri dukungan nutrisi

4. Pantau adanya hiperkalemia

5. Kaji status hidrasi dengan hati-hati

6. Control tekanan darah


*
A. Pengkajian Gagal Ginjal Akut
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Analisa dan hitung haluaran urine secara akurat
3. Kaji masukan cairan (makanan, minuman, terapi cairan
via parenteral dan sumber iput lainnya)
4. Kaji riwayat gangguan dalam eliminasi urine
5. Kaji riwayat penyakit lainnya yang mempengaruhi
fungsi ginjal
6. Kaji riwayat penggunaan obat-obatan
1. Biodata
2. Riwayat penyakit dahulu
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Sistem endokrin

*
*
* Dx.1 : Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh (00002) yang
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan

* NIC : Manajemen Nutrisi

* Intervensi :

1. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan.

2. Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di kursi, jika memungkinkan.

3. Monitor kencenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan.

4. Beri obat-obatan sebelum makan (misalnya penghilang rasa sakit, antiemetik), jika diperlukan.

5. Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan yang paling cocok dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi dan preferensi (misalnya piramida makanan vegetarian, piramida panduan
makanan, dan piramida makanan untuk lanjut usia lebih dari 70 tahun).
* Dx.2 : Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan
tubuh (00002) yang berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrient.
* NIC : Manajemen Nutrisi.
* Intervensi :
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk
memenuhi kebutuhan gizi
2. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien.
3. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi.
4. Monitor kalori dan asupan makanan.
5. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu
berdasarkan perkembangan atau usia (misalnya, peningkata
kalsium, protein, cairan, dan kalori untuk wanita menyusui;
peningkatan asupan serat untuk mencegah konstipasi pada orang
dewasa yang lebih tua.
* Dx.3
:Intoleransi
Aktivitas berhubungan Dx.4 :Keamanan/perlindungan
dengan imobilitas fisik.
(00046) kerusakan integritas kulit
* NIC : berhubungan dengan nutrisi tidak
Management Energi adekuat.
* Intervensi : NIC : Terapi Nutrisi
1. Kaji tingkat Intervensi :
kemampuan pasten 1. Monitor intake makanan/cairan
untuk berpindah dari 2. Tentukan jumlah kalori dan tipe n
tempat tidur, berdiri, utrisi yang diperlukan
ambulan, dan 3. Dorong pasien untuk memilih mak
melakuaan ADL. anan setengah lunak
2. Pantau respon 4. Kolaborasi dengan tim medis pem
oksigen pasien berian sumplemen nutrisi sesuai
terhadap aktivitas. kebutuhan
3. Evaluasi motivasi dan
keinginan pasien
untuk meningkatkan
aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai