Anda di halaman 1dari 79

Tata Laksana

Pasien Cedera
Kepala di UGD
dr. M. Yunus, Sp.BS.

Bedah Saraf FK Malahayati


Cedera primer
jika segera
dikenali masih
punya
kesempatan
untuk ditangani.
Time is
brain Cedera sekunder
memperberat
kondisi pasien

Peran dokter di
UGD sangat
menentukan
prognosis
Kinerja
otak
tergantu
ng
suplai
dari
tubuh

Cedera di tubuh
menyebabkan suplai
berkurang.

Cedera kepala
sekunder sering
diakibatkan oleh
cedera pada bagian
tubuh lain
Doktrin Monro Kellie
 Vk = V darah + V likwor + V parenkim

Untuk menjaga TIK normal dengan perfusi cukup


Volume Kranium harus sama dengan Volume Isi
Parenkim otak : ± 70%, relatif tetap
Darah serebral : ± 15-20%, fluktuasi
Likwor serebrospinal : ± 15-20%, fluktuasi
 Prinsip utama penanganan pasien
cedera kepala di UGD adalah
pencegahan cedera kepala sekunder
Target penangangan pasien
cedera kepala di UGD
Faktor yang
meningkatkan resiko
pada penderita Cedera
Kepala :
Protokol penanganan
MASALAH YANG MENGANCAM
NYAWA
1. Gangguan jalan nafas
2. Ketidak mampuan bernafas
3. Kehilangan darah
4. Trauma kepala
Penanggualangan  CEPAT &
TEPAT
1. Kesiapsiagaan
2. Triase
3. Survey primer
4. Resusitasi
5. Evaluasi
6. Survey sekunder
7. Pemantauan berkelanjutan
8. Terapi definitif
Pemeriksaan awal
 Riwayat singkat  Pasien dengan
 Penilaian cepat ancaman nyawa
Berdasar akibat kelainan
mengenai : triase ekstrakranial
 penilaian
kondisi awal
 Berat ringan
yang cedera kepala
mengancam berdasar GCS
 Status  Pasien dengan
neurologis penurunan fungsi
neurologi cepat
Sekali lagi tentang ABC
SURVEY PRIMER
A : Jalan nafas harus baik
k/p
intubasi/krikotiroidotomi
B : Pernafasan dg ventilasi dan O2
cukup
C : Hindari / atasi keadaan Shock
Cairan cukup
Rawat perdarahan
Selesaikan PRIMARY SURVEY ,
secondary survey jangan dimulai

Jejas di kepala sekaligus dg


evaluasi neurologis
Tanda-tanda TIK
Tanda Lateralisasi
Kejang
Disorientasi
Airway
 Sumbatanjalan nafas
 Pembunuh tercepat

 Sebab :
 Benda asing
 Trauma wajah & leher
 Fraktur laring & trakea
 Aspirasi muntah
Airway Control
 Membebaskan jalan nafas 
Obstruksi airway
 Pasien tidak sadar  pangkal lidah
jatuh ke arah posterior  obstruksi
airway
 Sekret, darah, muntahan di suction
Airway Control
1. Oropharyngeal airway
2. Nasopharingeal airway
3. Endotracheal intubation
4. Crycothyrotomy
5. Tracheostomy
BREATHING & VENTILASI
 Syarat: - Dinding dada
- Paru berfungsi baik
- Diafragma
 Masalah:
 Fraktur iga, flail chest
 Kontusio paru

 Pneumothorax

 hematothorax
Indikasi intubasi
 Gagal napas :
 Apne, usaha napas yang tidak
mencukupi (cedera otak berat,
cedera medula spinalis)
Intubasi
CIRCULATION
 Perdarahan  pembunuh Utama !!
 Perdarahan eksterna
 Perdarahan interna
Kemungkinan Cedera
Penyerta
Pasien dengan kecurigaan Trauma
Cervikal
Algoritma Cedera Kepala & Trauma
Abdomen
KEPUTUSAN
Pemeriksaan fisik neurologis tidak tergantikan oleh CT Scan
Keputusan penting selama
pemeriksaan neurologis

Dibutuhkan tidaknya intubasi / ventilasi


Pemeriksaan Neurologis
Pemantauan kondisi neurologis
Mencerminkan kondisi dinamis akibat progresifitas cedera kepala

pasien
Glasgow Coma scale
Nilai Eye Motorik Verbal
Melakukan
6
perintah
Kesadaran penuh
5 Melokalisir nyeri
(komunikasi baik)

Dapat menyusun
4 Buka mata spontan Menghindari nyeri kalimat tetapi
tidak bermakna.
buka mata dengan Dekortikasi (Fleksi
3 perintah (pasien abnormal Keluar kata.
terlihat mengatuk) ekstremitas)
Deserebrasi
Buka mata dengan (Ekstensi
2 Dapat bersuara
rangsang sakit abnormal
ekstremitas)
1 Tidak buka mata Tidak ada gerakan Tidak ada suara.
EE
TINGKAT KESADARAN
Glasgow Coma Scale

(GCS)
M
M

V
V
Pemeriksaan mini neurologis :
lateralisasi
Pemeriksaan neurologis
dapat untuk
memprediksi
Dimanakah
lokasi lesi

Mari kita pikir


PEMERIKSAAN
RADIOLOGIS
Tujuan pemeriksaan
radiologis
Untuk mendeteksi kelainan intrakranial yang membutuhkan penangan
Indiksasi rontgen pada pasien dengan
GCS 15
Mekanisme trauma yang berpotensi cedera otak
Indikasi CT Scan
Sutura
 Apakah
kelainan
Vasa Darah
yang
ditemukan?? fraktur

?
Perbedaan fraktur dan
sutura Fracture Vasa darah Sutura

tidak sesuai lokasi sesuai lokasi


Align/Anatomy sesuai lokasi anatomis
anatomis anatomis

biasanya bergabung dengan sutura


Branch biasanya tidak ada
bercabang lain

berkelok sesuai lokasi


Course lurus berkelok
antomisnya

Density radioluscen (hitam) abu-abu abu-abu

lebih tebal dari


Width sangat tipis bergerigi, lebar.
fraktur
Pemeriksaan Radiologis
Fraktur linear
Fraktur depressed
CT Scan Kepala
 Kriteria :
 Cedera kepala sedang dan berat.
 Penurunan tingkat kesadaran atau
peningkatan defisit neurologis local (seperti
pupil anisokor atau hemiparesis.
 Dibagi atas :
 Kelainan ekstrakranial
 Kelainan intrakranial
Kelainan Ekstrakranial
 Hematoma scalp
Seringkali disebut juga sebagai pembengkakan jaringan
lunak. Pada ST scan terlihat sebagai bayangan hiperdens
berbentuk bulan sabit dengan luas yang tidak terbatas
(dapat melewati garis sutura)
 Skull fracture
 Fracture linear
Pada CT scan fraktur terlihat sebagai garis hipodense
(translusen) pada tulang. Biasanya terdapat dibawah
hematom scalp.
Fraktur linear
 Fraktur diastase
Garis fraktur pada sutura
Fraktur depressed Fraktur
basal
Kelainan Intrakranial

Perhatikan
jejas dan
lokasi EDH

Mari diskusi,
bedakan dengan
SDH, ICH
Lokasi perdarahan intracranial :
 Dibawah hematoma scalp atau scalp
dengan jejas lokal.
 Dibawah garis fraktur (jika foto polos
kepala sudah dibuat).
 >70% EDH berlokasi di daerah
temporal atau daerah temporoparietal
dan 10% berlokasi di daerah frontal
atau sub frontal.
 SDH
Gambaran bulan sabit mengikuti permukaan korteks.
Dapat melewati garis sutura, tidak melewati falx atau
tentorium
gambarannya sesuai waktu terjadinya :
 Hiperdense : terjadi pada SDH akut (<48 jam)
 Isodense : terjadi pada SDH sub akut (2 hari-2minggu).
 Hipodense : terjadi pada SDH kronis (setelah 2 minggu)
 ICH
Memberikan gambaran hiperdens yang seragam
dengan lokasi didalam parenkim otak dengan batas tegas
berbentuk bulat atau irregular. Cincin atau gambaran
hipodensitas berkembang pada tahap selanjutnya
 Contusio cerebri
Lesi dengan densitas heterogen (salt and pepper
appearance). Biasanya berbentuk irregular dengan batas
tidak tegas. Dapat terjadi multiple pada jaringan otak
 Lesi iskemik fokal
ditandai dengan area hipodense, dapat terjadi pada
tahap lanjut cedera kepala pada kondisi berikut :
 Area iskemik disekitar contusion cerebri atau ICH.

 Area iskemik dibawah lesi SDH.

 Area territorial tertentu sesuai dengan vaskularisasinya


 Efek masa
 Pergeseran garis
tengah
 Ukuran masa

 Lokasi hematom
 Ukuran sisterna
perimesensefalic
 Perdarahan sub
arakhnoid
 Adanya udara
Efek masa menunjukkan
intrakranial
adanya ancaman
 Pembengkakan
jaringan otak difus
Pembedahan Pada Pasien Cedera Kepala
Dengan Perdarahan Intrakranial
 EDH
Indikasi operasi pasien dengan EDH adalah :
 Perdarahan dengan volume > 30 ml.

 Ketebalan EDH mencapai 1,5 cm.


 Midline shift > 5mm.

 Sub dural hematoma


Indikasi operasi pada subdural hematoma adalah :
 SDH dengan ketebalan 1 mm atau dengan midline shift > 5
mm tanpa melihat GCS pasien.
 Ketebalan SDH < 1mm dan midline shift < 5mm pada pasien
dengan GCS 9 jika :
 Terdapat penurunan GCS 2 poin atau lebih selama masa
observasi.
 Terdapat lateralisasi.
 Tekanan intrakranial mencapai 20 mmHg atau lebih, diketahui
pada pasien yang telah dipasang ICP monitor.
Indikasi operasi ICH
 Defisit neurologis yang progresif sesuai
dengan lokasi lesi.
 Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak
bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan.
 GCS 6-8 dengan perdarahan di frontal atau
temporal >20 ml dengan midline shift 5 mm
atau lebih, dengan atau terdapat penekanan
sisterna pada CT scan.
 Setiap ICH dengan volume ≥ 50 ml.
Indikai operasi
perdarahan fossa
 Efek
posterior
massa yang terlihat pada CT Scan
(didefinisikan sebagai hilang atau bergesernya
lokasi ventrikel IV, kompresi atau obliterasi
sisterna basalis, atau munculnya tanda-tanda
hidrosefalus obstruktif.)
 Defisit neurologis sesuai dengan lesi.
 EDH fosa posterior dengan volume >10 m,
dengan ketebalan >15 mm yang menyebabkan
penekanan ventrikel IV.
PENATALAKSANAAN CEDERA
KEPALA RINGAN
 Anamnesis
 Pemeriksaan umum
 Pemeriksaan mini neurologik : GCS,
Pupil, Reaksi cahaya, Motorik.
 Foto polos kepala : Jejas kepala
 CT-Scan kepala : Atas indikasi

Neurosurgery
PENATALAKSANAAN CEDERA
KEPALA RINGAN
 Indikasi Rawat :
- Pingsan > 15menit
- Post Traumatic Amnesia > 1Jam
- Pada observasi penurunan kesadaran
- Sakit Kepala >>
- Fraktur
- Otorhoe / Rinorhoe
- Cedera penyerta,
- CT-Scan Abnormal
- Tidak ada keluarga
- Intoksikasi alkohol / Obat-obatan.
 Indikasi Pulang : Tidak memenuhi kriteria
rawat, Kontrol setelah satu minggu.

Neurosurgery
Cedera Kepala Ringan
(GCS 14-15)

Schedel
AP/later
al

CT Scan
Kepala atas
PENATALAKSANAAN CEDERA
KEPALA RINGAN
 Pesan untuk penderita / keluarga, Segera
kembali ke Rumah Sakit bila dijumpai hal-hal sbb
:
-Tidur / sulit dibangunkan tiap 2 jam
- Mual dan muntah >>
- Sakit Kepala >>
- Kejang
- Kelemahan tungkai & lengan(hemiparese)
- Bingung / Perubahan tingkah laku /gaduh
gelisah
- Pupil anisokor
- Nadi naik / turun(bradikardi)
Neurosurgery
PENATALAKSANAAN
CEDERA KEPALA SEDANG
(CKS)
Definisi : penderita somnolen
tetapi masih dapat mengikuti
perintah sederhana
(GCS 9-13)
Pemeriksaan = CKR
Periksa lab
CT Scan
Rawat
Tanda Tekanan Intrakranial
Meninggi
Sakit kepala hebat
Muntah tanpa mual
Gelisah
Kesadaran menurun
Papil edema

Tanda Lateralisasi
Pupil anisokor
Kelumpuhan
Penurunan kesadaran
Gejala Neurologis positif

Penurunan GCS > 1 poin


Lateralisasi positif
Tanda-tanda TIK meninggi
positif
Kejang-kejang pasca trauma
Cedera Kepala Sedang
(GCS 9-13)
Schedel
AP/later
al

CT Scan
Kepala
PENATALAKSANAAN
CEDERA KEPALA BERAT
(CKB)
Definisi : penderita tidak dapat
mengikuti perintah (GCS 3-8)
Pengelolaan :
Stabilisasi ABC
Pemeriksaan neurologis : GCS,
reflek cahaya
Medikamentosa : manitol,
hiperventilasi, antikonvulsan
CT Scan
Cedera Kepala Berat
(GCS 3-8)

Schedel CT Scan
AP/later Kepala
PENGELOLAAN
MEDIKAMENTOSA
1. Cairan intravena : euvolemia &
isotonik
2. Hyperventilasi (PaCO2 = 25-35
mmHg)
3. Diuretika :
Manitol 20% 0,5-1 g/Kg IV
Bolus bila ada tanda heniasi
transtentorial
Furosemide 0,3-0,5 mg/Kg
4. Antikonvulsan
Tips Perawatan
1. Tilting bed
2. Kepala lebih tinggi dr jantung
leher ekstensi
3. Oksigenisasi k/p intubasi

trakeostomi / crico
masker O2
4. Tak sadar  Mayo/ oroph
tube/Guedel
5. Tanda shock  cepat atasi
6. Kadang perlu induce koma / penenang
7. Gaduh gelisah  ikat
8. Amati pupil  bila anisokor
lapor segera
9. Bila otoragi/rhinoragi  jangan disumbat
Faktor Penunjang
Keberhasilan
Berkaitan dengan Waktu
Pertolongan Pertama (Golden
Period)
Sistem Rujukan
Tenaga Trampil
Transportasi penderita dg
cara benar & cepat

Berkaitan dengan Sarana


Kerjasama antar disiplin
Ketepatan diagnostik
Ketika Harus Merujuk
 Umur dan  Gunakan ambulans
riwayat penyakit  Dampingi dengan
 Tanda vital tim medis
 GCS dan pupil  Siapkan alat dan
 Riwayat alkohol obat resusitasi
atau obat
 Cedera penyerta  Hubungi tempat
lain rujukan terlebih
 CT Scan dahulu
Rujuk Kemana???
Bedah Saraf
KESIMPULAN
 Pengelolaan pasien dgn cedera kepala secara
tepat, cepat dan sistematis akan membawa hasil
akhir yang baik.
 Koma, intubasi endotrakheal
 Hiperventilasi ringan, PCO2 25-35mmHg
 Cairan isotonis euvolemia
 Hindari obat paralisis
 Pem.minineurologis
 Singkirkan cedera cervical
 Konsul ahli bedah saraf
 Pem & evaluasi st.neurologis periodik

Neurosurgery
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai