Anda di halaman 1dari 101

(7) PERLINDUNGAN KONSUMEN

Pasal 1 angka 2 UU no 8 Th 1999


Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan /
atau jasa yg tersedia dlm masyarakat, baik
bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang
lain maupun mahluk hidup lain dan tdk utk
diperdagangkan.

Di dlm perpustakaan ekonomi dikenal istilah konsumen


akhir dan konsumen antara

Konsumen akhir: adalah penggunaan atau pemanfaatan


akhir dari suatu produk

Konsumen Antara: adalah konsumen yg menggunakan


suatu produk sbg bagian dr proses
produksi suatu produk lain.

Pengertian dlm UU no 5 Th 1999 adalah konsumen akhir


1
1. ASAS MANFAAT, perlindungan hrs memberikan man-
ASAS & TUJUAN faat bagi konsumen dan pelaku usaha.

2. ASAS KEADILAN, memberikan kesempatan kpd kon-


sumen dan pelaku usaha utk memperoleh
haknya dan melaksanakan kewajibannya
scr adil.

3. ASAS KESEIMBANGAN, keseimbangan antara kepen-


tingan konsumen, pelaku usaha dan
pemerintah.
ASAS-ASAS
PERLINDUNGAN 4. ASAS KEAMANAN DAN KESELAMATAN
KONSUMEN KONSUMEN, memberikan jaminan atas keamanan
dan keselamatan kpd konsumen dlm
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan
barang dan/atau jasa.

5. ASAS KEPASTIAN HUKUM, baik pelaku usaha maupun


konsumen mentaati hukum dan mem-
peroleh keadilan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen serta negara
menjamin kapastian hukum.
2
TUJUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian


konsumen utk melindungi diri.

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dgn cara


menghindarkan dr akses negatif pemakaian barang
dan/atau jasa.

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dlm memilih


menentukan, dan menuntut hak-haknya sbg konsumen.

4. Menetapkan sistem perlindungan konsumen yg me-


ngandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan
informasi serta akses utk mendptkan informasi.

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai


pentingnya perlindungan konsumen shg tumbuh sikap
yg jujur dan bertanggung jawab dlm berusaha.
3
a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamat
dlm mengkonsumsi barang dan/atau jasa,

b. Hak utk memilih dan mendptkan barang dan/atau


jasa sesuai dgn nilai tukar,

c. Hak atas informasi yg benar dan jujur,

d. Hak utk didengar pendapat dan keluhannya,

e. Hak mendptka advokasi, perlindungan konsumen


HAK-HAK dan upaya penyelesaian sengketa secara patut,
KONSUMEN
f. Hak utk mendptkan pembinaan dan pendidikan
konsumen,

g. Hak utk diperlakukan atau dilayani secara benar


dan jujur serta tdk diskriminatif.

h. Hak utk mendptkan kompensasi dan ganti rugi,

i. Hak-hak yg diatur dlm ketentuan peraturan


per-UUan lainnya.
4
a. Membaca dan mengikuti petunjuk informasi
dan prosedur pemakian dan pemanfaatan
barang dan/atau jasa, demi keamanan dan
keselamatan,

b. Beritikad baik dlm melakukan transaksi


KEWAJIBAN pembelian barang dan/atau jasa,
KONSUMEN
c. Membayar sesuai dgn nilai tukar yang di-
sepakati,

d. Mengikuti upaya penyelesaian hk sengketa


perlindungan konsumen secara patut.

5
a. Hak menerima pembayaran sesuai dgn
kesepakatan,

b. Hak mendpt perlindungan hukum dari


HAK-HAK tindakan konsumen yg beritikad tdk baik,
PELAKU USAHA
c. Hak pembelaan diri sepatutnya dalam
penyelesaian sengketa,

d. Hak utk rehabilitasi nama baik,

e. Hak-hak yg diatur dlm ketentuan per-UU


lainnya.

6
a. Beritikad baik dlm melakukan kegiatan usaha,

b. Memberikan informasi yg benar, jelas dan jujur,

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara


benar dan jujur serta tdk diskriminatif,

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yg di-


KEWAJIBAN produksi atau diperdagangkan,
PELAKU USAHA
e. Memberi kesempatan kpd konsumen utk
menguji dan/atau mencoba barang dan/atau
jasa tertentu,

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau


penggantian akibat penggunaan, pemanfaatan
atas barang dan/atau jasa yg diperdagangkan,

g. sda jika tdk sesuai dgn yg diperjanjikan.

7
PERBUATAN YG DILARANG
BAGI PELAKU USAHA

Dilarang memproduksi Dilarang menawarkan Dilarang menjual scr lelang


dan/atau memperdagang- mempromosikan brg/jasa /obral yg mengelabui/me-
kan barang dan/atau jasa scr tdk benar se-olah2x nyesatkan konsumen dgn
yang

-. tdk memenuhi atau tdk


sesuai dgn standar berat - barang dan/atau jasa tsb - menyatakan barang dan/
/isi netto dan jumlah atau memenuhi atau memiliki atau jasa tsb memenuhi
ukuran label dsbnya. potongan harga,standar standar mutu tertentu
mutu tertentu dsbnya
- tdk mencantumkan label -tdk berniat utk menjual
halal, tgl kadaluarsa, infor- -barang dan/atau jasa tsb barang yg ditawarkan mela-
masi dan/atau petunjuk tersedia, tdk mengandung inkan dgn maksud menjual
Penggunaan barang dsbnya. cacat, aman dsbnys, barang lain,

-rusak, cacat tercemar dsb - aman, tdk berbahaya, tdk - menaikkan harga atau ta-
Tanpa informasi yg lengkap. mengandung risiko dll tanpa rif sebelum melakukan ob-
keterangan lengkap, dsbnya ral, dll sbgnya

8
Klausula baku

1. Pengalihan tanggung jawab pelaku usaha,

2. bahwa pelaku usaha berhak menolak pe-


nyerahan kembali barang yg dibeli kon-
sumen,

3. bahwa pelaku usaha berhak menolak


Ps 18 UU no 8 th 1999 pengembalian uang yg dibayarkan atas
melarang pelaku usaha barang dan/atau jasa yg dibeli konsumen,
mencantumkan klausula
baku yg menyatakan 4. pemberian kuasa dr konsumen kpd pelaku
usaha,

5. mengatur Prihal pembuktian atas hilang-


nya kegunaan barang atau pemanfaatan
jasa yg bibeli konsumen,

6. dst…….s/d 8

9
- Setiap pelaku usaha harus ber-
tanggung jawab atas produk yg
dihasilkan atau diperdagangkan.

- Tanggung gugat produk timbul di-


karenakan kerugian yg dialami
konsumen sbg akibat :
TANGGUNG JAWAB
PELAKU USAHA *produk yg cacat

*tdk sesuai dgn yg diper-


janjikan/jaminan atau dgn
kata lain, karena

*ingkar janji atau perbuatan


melawan hukum.

10
HAL-HAL YG MEMBEBASKAN PELAKU USAHA
DARI TANGGUNG JAWAB ATAS KERUGIAN
YG DIDERITA KONSUMEN
APABILA

1. Barang tsb terbukti seharusnya tdk diedarkan


atau tdk dimaksudkan utk diedarkan,

2. Cacat barang timbul pada kemudian hari,

3. Cacat timbul akibat tdk ditaatinya ketentuan


mengenai kualifikasi barang,

4. Kelalaian yg diakibatkan oleh konsumen,

5 Lewatnya jangka waktu penuntutan 4 (empat)


tahun sejak barang dibeli atau lewat waktu yg
diperjanjikan.

11
- Sanksi administratif dan sanksi pidana
pokok dan tambahan berupa :

*perampasan barang tertentu

*pengumuman keputusan hakim


SANKSI BERDASARKAN
UU NO 8 TH 1999 *pembayaran ganti rugi
PS 60 S/D PS 63
DPT BERUPA SANKSI *perintah penghentian kegiatan
tertentu yg menyebabkan
timbulnya kerugian konsumen

*kewajiban penarikan barang dr


peredaran, atau pencabutan
izin usaha.

12
13
PENDAHULUAN

Tanpa memandang latar belakang tradisi


Politik maupun budaya, setiap negara sbg
unit ekonomi berkepentingan utk menen-
tukan perencanaan dan kebijakan meng-
enai bgmn sumber daya yg terbatas hrs
dialokasikan serta bgmn hasil akhir dari
suatu proses produksi serta pendapatan
hrs didistribusikan diantara anggota-
anggota masyarakat

14
Menurut Scherer, pada prinsipnya ada tiga alternatif yg bisa
diambil oleh negara utk menentukan alokasi sumber daya dan
distribusi hasil produksi termasuk distribusi pendapatan sbb :
1. Penentuan alokasi sumber daya dan distribusi hasil
produksi dilakukan scr tradisional (traditional approach)
pendekatan ini mengacu pd sistem alokasi dan distribusi
yg telah dilembagakan oleh tradisi seperti organisasi
ekonomi para tuan tanah di Eropa dan sistem kasta di
India.

2. Penentuan alokasi sumber daya dan distribusi produk


dilakukan dgn perencanaan terpusat (central-planning
approach) . Utk pendekatan ini, maka di dlmnya terdpt
kekuasaan tunggal (umumnya pemerintah) yg mengatur
input dan output suatu ekonomi. Pendekatan ini
umumnya dianut oleh negara-negara yg berpaham
komunis 15
lanjutan

3. Penentuan alokasi sumber daya dan distribusi produk


didasarkan pada sistem ekonomi pasar (market
approach). Berdasarkan pendekatan ini alokasi sumber
daya dan distribusi hasil produksi ditentukan oleh
permintaan dan penawaran. Dalam hal ini segala
satuan usaha yg ada diberi kebebasan utk melakukan
aktivitas ekonomi dengan meminimalkan campur
tangan pihak mana pun (pemerintah) terhadap
mekanisme permintaan dan penawaran.

16
Charles e. Mueller mengemukakan tiga pendekatan yg bisa
diambil oleh negara-negara dlm menangani bidang
industrinya antara lain :
 Pendekatan “laissez-faire” (secara harfiah berarti
“biarkan sendiri) yg sama sekali mengharamkan
campur tangan pemerintah dlm industri

 Pendekatan “public supervision” yg ditandai oleh


penguasaan negara atas industri-industri penting

 Pendekatan “antitrust” , yakni kebijakan yg


mensyaratkan pemerintah bertanggung jawab atas
terjadinya persaingan di antara pelaku usaha, namun
sama sekali dilarang campur tangan dlm keputusan-
keputusan ttg harga maupun output produk

17
Relevansi hukum persaingan usaha

1. Hukum Antimonopoli atau UU Antimonopoli


(Antimonopoly Law)
istilah yg cukup luas digunakan oleh negara-
negara yg telah memiliki ketentuan yg meng-
atur persaingan dan menentang atau meni-
adakan monopoli.

2. Hukum Antitrust atau UU Antitrust


(Antitrust Law)
terminologi yg pertama kali diperkenalkan di
Amerika Serikat. Istilah “Trust” dalam
konteks ini digunakan utk menunjukkan pe-
rusahaan besar yg terbentuk dan mempunyai
kekuatan monopoli.
18
lanjutan

3. Hukum Persaingan (Competition Law)


Meskipun istilah ini lebih menekankan pd aspek
persaingan, tetapi juga berkaitan erat dengan
pemberantasan monopoli.

4. Hukum Persaingan Sehat (Fair Competition Law)


istilah ini memiliki pengertian yg sama persis
dgn Competition Law bedanya secara sekilas
istilah ini menegaskan bahwa yg ingin dijamin
adalah terciptanya persaingan yg sehat.

19
Dari bbrp istilah tsb dpt
disimpulkan bahwa persaingan
usaha berkaitan dgn tiga hal utama
sbb :

a) Pencegahan atau peniadaan monopoli.

b) Menjamin terjadinya persaingan yang sehat

c) Melarang persaingan yang tidak jujur.

20
Pengertian
Persaingan

Persaingan (Competition) oleh Webster didefi-


nisikan sebagai “…….. A struggle or Contest
between two or more persons for the same
objects”.

Terdapat 2 unsur sbb :


a) Ada dua pihak atau lebih yg terlibat dlm
upaya saling mengungguli.
b) Ada kehendak di antara mereka utk mencapai
tujuan yang sama.

21
Khemani dlm Objectives of Competition Policy,
menyatakan persaingan ekonomi adalah :

“….a situation where firm or sellers independently


strive for buyer’s patronage in order to achieve
a particular business objective, for example,
profits ,sales or market share ….Competitive
rivalry may take place in term of price, quantity,
service, or combination of these and other
factors that customers may value.”

Sama spt yg dikemukakan sbg definisi umum, dari


pengertian ini juga tersirat adanya dua pihak (firms
or sellers) yg bertujuan mencapai tujuan usaha ter-
tentu spt keuntungan, penjualan, atau pangsa pasar.

22
Monopoli

Umumnya, monopoli merupakan istilah yg diper-


tentangkan dgn persaingan.

Secara etimologi, kata monopoli berasal dari


kata Yunani ‘monos’ yg berarti sendiri dan
‘polein’ yg berarti penjual.

Secara sederhana orang lantas memberi peng-


ertian monopoli sbg suatu kondisi di mana hanya
ada satu penjual yg menawarkan (supplly) suatu
barang atau jasa tertentu

23
lanjutan

Apabila monopoli tdk terjadi pada


Penawaran (supply), ttp pd permintaan
(demand), orang biasa menggunakan
istilah ‘monopoly of demand’
atau yg lebih populer monopsoni

24
TUJUAN HUKUM PERSAINGAN USAHA

1) Memelihara kondisi kompetisi yg bebas


(maintenance of free competition)

Hukum persaingan usaha ditujukan utk melindungi


Persaingan, bukannya utk melindungi pesaing. Tujuan
Ini dilandasi baik oleh alasan ekonomi (efisiensi dlm
Persaingan) maupun ideologi (kebebasan yg sama utk
Berusaha dan bersaing)

25
lanjutan

2) Mencegah penyalahgunaan kekuatan ekonomi


(prevention of abuse of economic power)
Tujuan yg pertama lebih memberi tekanan pd perlindungan
Kondisi tertt dan menjamin terjadinya persaingan,
sementara tujuan yg kedua lebih mementingkan pelarangan
tindakan tertt (penyalahgunaan kekuatan ekonomi) dan
menjamin supaya persaingan terjadi scr prporsional.

3) Melindungi konsumen (protection of consumers)


Sehubungan dgn maksimalisasi kesejahteraan konsumen,
tentu tdk boleh pula mengabaikan perhatian terhdp kepen-
tingan produsen.
Beberapa negara berkembang menganggap bahwa tekanan
persaingan global menuntut supaya mereka melindungi pro-
dusen dlm industri tertt setidaknya dlm jangka pendek
26
HUKUM PERSAINGAN USAHA
DI INDONESIA

Ketentuan-ketentuan persaingan usaha sebelum


UU no 5 Tahun 1999

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)


pasal 382 bis KUHP ttg persaingan curang

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


(Burgerlijk Wetboek), pasal 1365 ttg per-
buatan melawan hukum

27
3. Undang-Undang Pokok Agraria
(UU no 5 th 1960), pasal 13 ayat (2) dan (3)

4. Undang-Undang tentang Perindustrian


(UU no 5 Th 1984), pasal 7 ayat (2)

5. Undang-Undang No 40 Th 2007 ttg PT


larangan penggabungan usaha (merger dan
konsolidasi) yg bersifat monopolistik

6. Undang-Undang ttg Usaha Kecil No 9 Th 1995

7. Undang-Undang ttg Merek No . 20 Tahun 2016

28
LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN
PERSAINGAN TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG no 5 Th 1999 menyebutkan


Monopoli adalah suatu bentuk penguasaan
atas produksi dan atau pemasaran barang
dan atau penggunaan jasa tertentu oleh satu
pelaku atau satu kelompok pelaku usaha.

Catatan: sebelum dikeluarkan UU no 5 th 1999, peng-


aturan mengenai persaingan usaha tdk sehat
didasarkan pd pasal 1365 KUH PERd ttg
perbuatan melawan hukum dan pasal 382 bis
KUH PIDANA

Penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran


barang jelas berasosiasi pd produsen dlm hal
ini terdpt kontradiksi krn kata penggunaan
jasa mengacu pd pengertian konsumen. 29
Dalam melakukan kegiatan usaha di
ASAS & TUJUAN Indonesia, pelaku usaha hrs berasaskan
Demokrasi Ekonomi dgn memperhatikan
ASAS keseimbangan antara kepentingan pelaku
usaha dan kepentingan umum
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan
efisiensi ekonomi sbg salah satu upaya utk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2. Mewujudkan iklim usaha yg kondusif, shg men-


jamin adanya kepastian kesempatan berusaha yg
sama bagi pelaku usaha besar, menengah dan kecil.
TUJUAN
UU NO 5 TH 1999
3. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tdk sehat yg ditimbulkan oleh pelaku usaha.

4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dlm kegiatan


usaha
30
1. oligopoli
a. PERJANJIAN 2. penetapan harga
YG DILARANG 3. pembagian wilayah
BAB III 4. pemboikaotan
5. s/d 10

1. monopoli
TINDAKAN-TINDAKAN
b. KEGIATAN 2. monopsoni
YANG DILARANG
BERDASARKAN YG DILARANG
UU NO 5 TH 1999 BAB IV 3. penguasaan pasar

4. persekongkolan
1. penyalahgunaan
Posisi dominan
c. POSISI DOMINAN 2. jabatan rangkap
BAB V 3. pemilikan saham
4. penggabungan,
peleburan dan
Pengambilalihan31
1. OLIGOPOLI (penguasaan produksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasa, dgn kata
lain produsen hanya berjumlah sedikit).
2. PENETAPAN HARGA
3. PEMBAGIAN WILAYAH
4. PEMBOIKOTAN
5. KARTEL (membuat perjanjian dgn pelaku
usaha pesaingnya yg bermaksud utk mem-
pengaruhi harga dgn mengatur produksi
PERJANJIAN- dan/atau pemasaran)
PERJANJIAN YG 6. TRUST (membuat perjanjian dgn pelaku
DILARANG usaha lain utk melakukan kerja sama dgn
membentuk gabungan perusahaan atau
perseroan yg lebih besar)
7. OLIGOPSONI (membuat perjanjian dgn
pelaku usaha lain yg bertujuan utk secara
bersama-sama menguasai pembelian atau
penerimaan pasokan)
8. INTEGRASI VERTIKAL
9. PERJANJIAN TERTUTUP
10. PERJANJIAN DGN PIHAK LUAR
NEGERI 32
b.KEGIATAN-KEGIATAN YG DILARANG
(BERDASARKAN UU NO 5 TH 1999)

(1) MONOPOLI

Adalah situasi pengadaan barang dagangan tertt (di pasar lokal/


nasional) sekurang-kurangnya sepertiga dikuasai oleh satu orang
atau satu kelompok, shg harganya dpt dikendalikan

a. dilarang penguasaan atas produksi dan/atau Pemasaran


barang dan/atau jasa yg dpt mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan/atau Persaingan tdk sehat
Monopoli
berdasarkan b. pelaku usaha patut diduga melakukan pengusaan
UU no 5 th 1999
Jika: - barang dan/atau jasa tsb tdk ada substitusinya
- pelaku usaha lain tdk dpt masuk dlm persaingan
utk barang dan/atau jasa yg sama
- satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha menguasai lebih dari 50% pasang pasar
utk jenis barang dan/atau jasa tertentu. 33
lanjutan
(2) MONOPSONI
Adalah keadaan pasar yg tdk seimbang, yg
dikuasai oleh seorang pembeli.

a. Pelaku Usaha dilarang melakukan penguasaan


penerimaan pasokan atau menjadi pembeli
tunggal atas barang dan/atau jasa dlm pasar ybs.
MONOPSONI
Menurut Ps18 b. Pelaku Usaha patut diduga atau dianggap meng-
UU no 5 th 1999 uasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli
tunggal, apabila mereka menguasai lebih dr 50%
pangsa pasar satu jenis barang dan/atau jasa
tertentu.

34
lanjutan
(3) PENGUASAAN PASAR
Penguasaan pasar adalah proses, cara, atau
perbuatan menguasai pasar.

Dengan demikian, pelaku usaha dilarang melakukan


penguasaan pasar baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama pelaku usaha lainnya yg mengakibat-
kan praktik monopoli atau persaingan usaha tdk
sehat, antara lain berupa :

PENGUASAAN PASAR

a. menolak dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu


utk melakukan kegiatan usaha yg sama pd pasar ybs.

B. menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha


pesaingnya utk tdk melakukan hubungan dgn pelaku usaha
pesaingnya itu

C. melakukan praktek diskriminasi terhdp pelaku usaha


tertentu. 35
lanjutan
(4) PERSEKONGKOLAN
Adalah berkomplot atau bersepakat melakukan
kejahatan (kecurangan)

A. Dilarang melakukan persekongkolan dgn pihak lain


utk mengatur dan/atau menentukan pemenang
tender, shg timbul persaingan tdk sehat.

Beberapa bentuk B. Dilarang bersekongkol dgn pihak lain utk mendptkan


Persekongkolan informasi kegiatan usaha pesaingnya yg diklasifikasi-
yg dilarang kan rahasia perusahaan.
(ps 22s/d24
UU no5 th 1999) C. Dilarang bersekongkol dgn pihak lain utk menghambat
produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa
dgn pelaku usaha pesaingnya dgn maksud agar barang
dan/atau jasa yg ditawarkan atau dipasok bersang-
kutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas,
maupun kecepatan waktu yg dipersyratkan.

36
lanjutan
c. POSISI DOMINAN

C. POSISI DOMINAN
Posisi dominan artinya pengaruh yg sangat kuat

Pasal 1 angka 4 UU no 5 th 1999


Posisi Dominan dalah suatu keadaan di mana pelaku
usaha tdk mempunyai pesaing yg berarti di pasar
bersangkutan dlm kaitannya dgn pangsa yg dikuasai

Atau
Pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara
pesaingnya di pasar bersangkutan dlm kaitannya dgn
kemampuan keuangan, kemampuan akses pd pasokan,
Penjualan, serta kemampuan utk menyesuaikan pasokan
dan permintaan barang dan/atau jasa tertentu.

37
lanjutan
1. PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN

a. menetapkan syarat-syarat
perdagangan baik dari segi
harga maupun kualitas
Dikatagorikan menggunakan
Posisi DominaN
(ps 25 UU no5 th 1999) b. membatasi pasar dan peng-
embangan teknologi

a) satu pelaku usaha atau satu kelompok


pelaku usaha menguasai 50% atau lebih
pangsa pasar satu jenis barang atau
jasa tertentu
POSISI DOMINAN
Secara kuantitatif b) dua atau tiga pelaku usaha atau kelom-
pok pelaku usaha menguasai 75% atau
lebih pangsa pasar satu jenis barang /
jasa
c) menghambat pelaku usaha lain yg berpo-
tensi menjadi pesaing utk memasuki pasar ybs. 38
(2) JABATAN RANGKAP

Pasal 26 UU no 5 Th 1999, dikatakan bahwa seseorang yg


menduduki jabatan sbg direksi atau komisaris dr suatu perusahaan
pd waktu yg bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau
komisaris pd perusahaan lain, apabila perusahaan-perusahaan
tersebut :

a. berada dalam pasar bersangkutan yg sama;

b. memiliki keterkaitan yg erat dlm bidang dan/atau


jenis usaha;

c. secara bersama dpt menguasai pangsa pasar barang


dan/atau jasa tertentu yg dpt mengakibatkan ter-
jadinya praktek monopoli dan atau persaingan tdk
sehat.

39
(3) PEMILIKAN SAHAM
Pasal 27 UU no 5 Th 1999, dikatakan bahwa pelaku usaha
Dilarang : - memiliki saham mayoritas pd bbrp perusahaan
sejenis,
- melakukan kegiatan usaha dlm bidang sama
pd pasar bersangkutan yg sama, atau
- mendirikan bbrp perusahaan yg sama apabila
kepemilikan tsb mengakibatkan
antara lain :

a. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha


menguasai lebih dr 50% pangsa pasarsatu jenis
barang dan /atau jasa tertentu;

b. dua atau tiga pelaku usaha, kelompok pelaku usaha


menguasai lebih dr 75% pangsa pasar satu jenis
barang atau jasa tertentu.
40
(4) PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN
PENGAMBILALIHAN

Pasal 28 UU no 5 Th 1999,dinyatakan dalam


Menjalankan perusahaan (perusahaan yg berbadan
hukum /yg tdk berbadan hukum) tindakan penggabungan,
peleburan, dan pengambilalihan yg akan mengakibatkan
praktik monopoli dan persaingan tdk sehat secara tegas
dilarang.

41
1. Perjanjian HaKI

2. Perj Waralaba

1. PERJANJIAN 3. Perj Standar


Teknis Produksi
4. Perj Keagenan
5. Perj Internasional
yg diratifikasi
HAL-HAL YG
DIKECUALIKAN a.Perbuatan yg ter-
DALAM golong kegiatan pers
UU ANTI MONOPOLI 2. PERBUATAN
b. kegiatan usaha
koperasi

a. bertujuan melak-
PERBUATAN sanakan pert-UUan
Dan/atau
PERJANJIAN
b.perb dan/atau perj
yg bertujuan eksport
42
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
(KPPU)

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA


(KPPU) adalah sebuah lembaga yg berfungsi
utk mengawasi pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan usahanya me-
lakukan praktik monopoli dan/atau
persaingan usaha yg tdk sehat.

KPPU dibentuk berdasarkan UU no 5 th 1999


mengemban tugas utk mengawasi pelaku
usaha dalam menjalankan kegiatan
usahanya agar tdk melakukan praktik
monopoli dan/atau persaingan usaha yg
tidak sehat.

Sanksi : Bagi pelaku usaha yg melanggar undang-


undang ini dpt dikelompokkan dlm dua
kategori antara lain sanksi administrasi
dan sanksi pidana pokok dan tambahan. 43
TUGAS KPPU

a. Melakukan penilaian terhdp perjanjian/ kegia-


tan usaha atau tindakan pelaku usaha / pe-
nyalahgunaan posisi dominan yg dpt mengaki-
batkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tdk sehat;
b. Mengambil tindakan sesuai dgn wewenang
komisi;
c. Memberikan saran dan pertimbangan terhdp
kebijakan pemerintah;
d. Menysun pedoman dan atau publikasi yg ber-
kaitan dgn UU ini;
e. Memberi laporan scr berkala atas hasil kerja
komisi kpd Presiden dan DPR.

44
WEWENANG KPPU

Wewenang komisi tercantum dlm pasal 36

* Mulai dari menerima laporan dari masyarakat dan


atau dari pelaku usaha ttg dugaan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tdk
sehat, kemudian dilanjutkan

* Melakukan penelitian, penyelidikan, memanggil


dan menghadirkan saksi dstnya, sampai

* Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif


kpd pelaku usaha yg melanggar ketentuan UU ini.

45
TATA CARA PENANGANAN PERKARA
KPPU
Pemberitahuan
Melakukan pemeriksaan
putusan komisi
-Pendahuluan
-Lanjutan
-Memutus terjadi atau tdk
terjadi pelanggaran
Tdk ada Putusan
Pelaku usaha keberatan diterima

Komisi Pengawas keberatan


Keputusan
Persaingan Usaha Penetapan Mempunyai
Melapor scr tertulis Pengadilan Negeri eksekusi Kekuatan hk
terjadinya pelanggaran tetap
Tdk
SETIAP ORANG/PIHAK dilaksanakan
YG DIRUGIKAN Komisi menyerahkan
Putusan PN Putusan ke
penyidik

keberatan Mahkama
Pelaku usaha Agung 46
TERIMA KASIH..
ATAS PERHATIAN ANDA

SAMPAI BERTEMU

47
HUKUM KONTRAK
DEFINISI
Hk. Kontrak adl keseluruhan kaidah2 hk. yg mengatur
hubungan hukum antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat
hukum.
Terjemahan dr bhs Inggris “contract of law”
Dan bhs Belanda “overeenscomstrecht”
UNSUR2 HUKUM KONTRAK
1. Adanya kaidah hukum (tertulis maupun tidak
tertulis)
2. Subyek hukum/rechtpersoon (pendukung hak dan
kewajiban)
3. Adanya prestasi
4. Kata sepakat
5. Akibat hukum (timbulnya hak dan kewajiban)
TEMPAT PENGATURAN
 BUKU III KUHPer (mulai pasal 1233 s/d 1864)
Meliputi :
1. Perikatan pada umumnya
2. Perikatan yg dilahirkan dari perjanjian
3. Hapusnya perikatan
4. Jual beli, tukar-menukar, sewa-menyewa
5. dll
ASAS-ASAS HUKUM KONTRAK
1. Asas kebebasan berkontrak (Ps 1338 (1) KUHPer), yi
kebebasan yg diberikan kpd pr pihak utk: (tiak boleh
memaksakan orang lain jika tidak meinginkannya)
a. Membuat/tdk membuat perjanjian
b. Mengadakan perjanjian dg siapapun
c. Menentukan isi perjanjian
d. Menentukan btk perjanjian
e. Menentukan hukum yg berlaku
2. Asas konsensualisme (Ps 1320 (1) KUHPer)
3. Asas Pacta Sunt Servanda (Ps 1338 (1) KUHPer) :
setiap perjanjian yang dibuat menjadi undang –
undang karena berdasarkan itikad baik .
4. Asas iktikad baik/ goede trouw (Ps 1338 (3) KUHPer)
5. Asas Personalitas/ Kepribadian (Ps 1315 dan 1340
KUHPer)
SYARAT SAHNYA KONTRAK
 Agar suatu kontrak sah mnt hk, mk hrs mmnuhi
persyaratan yuridis sbb:
1. Syarat sah objektif (Ps 1320 KUHPer), meliputi:
perihal ttt dan kausa yg halal (sesuai dengan hokum
seperti narkotika) jika dilakukan maka ditolak demi
hukum.
2. Syarat sah subjektif (Ps 1320 KUHPer), meliputi:
kesepakatan (sebuah perjanjian dimuai dengan
perjanjian sebuah phak dan jika ingin dilanjutkan)
dan kecakapan ( berkaitan karena umur sudah
memenuhi secara jiwa sehat)
3. Syarat sah yg umum di luar Ps 1320 KUHPer, yi:
iktikad baik, tdk btentangan dg kebiasaan yg
berlaku, tdk mlanggar kptgn umum, bdsk asas
kepatutan
4. Syarat sah yg khusus, yi utk kontrak2 khusus,
antara lain:
a. Syarat tertulis
b. Syarat akta notaris
c. Syarat akta pejabat ttt
d. Syarat izin dr pejabat yg berwenang
JENIS-JENIS KONTRAK
KONTRAK TIMBAL BALIK
HAK & KEWAJIBAN
PARA PIHAK
KONTRAK SEPIHAK

KONTRAK LISAN
JENIS
BENTUK
KONTRAK
KONTRAK TERTULIS

KONTRAK BERNAMA
NAMA

KONTRAK TDK BERNAMA


CARA BERAKHIRNYA KONTRAK
 Ps 1381 KUHPer menyebutkan ada 10 cara
berakhirnya kontrak.
 Dlm prakteknya dpt djabarkan mjd 12 cara, yaitu:
1. Pembayaran
2. Novasi (pembaharuran utang)
3. Kompensasi
4. Konfusio (percampuran utang)
5. Pembebasan utang
6. Kebatalan/pembatalan
7. Berlaku syarat batal
8. Jnk wkt kontrak tlh berakhir
9. Dilaksanakannya objek perjanjian
10. Kesepakatan para pihak
11. Pemutusan kontrak secara sepihak (oleh salah
satu pihak)
12. Ada putusan pengadilan
HUKUM
HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL
MATERI KULIAH
Definisi HKI Hak Cipta
Cakupan Perlindungan HKI Paten
Justifikasi Perlindungan HKI Merek
Pengaturan Int. HKI Desain Industri
Legislasi & Konvensi Int. Desain Tata Letak
Sejarah Perkembangan Sirkuit Terpadu
Sistem Perlindungan HKI
Indonesia Rahasia Dagang
Manfaat HKI bg Perlindungan Varietas
Pembangunan di Indonesia Tanaman
Pasca Pejanjian Trip’s
DEFINISI HKI
Hak Kekayaan Intelektual di singkat “HKI” atau
akronim “HaKI” adl Padanan kata yg biasa
digunakan utk Intellectual Property Rights
(IPR), yakni :
“ Hak yg timbul dari hasil olah pikir otak yg
menghasilkan suatu produk atau proses yg
berguna utk manusia yg memberikan kpd
penemu/penciptanya hak utk menikmati scr
ekonomis hasil dr suatu kreativitas intelektual
tsb”
Definisi Intellectual Property/ HaKI Lainnya….
David L Bainbridge
Is the collective name given to legal rights which protect
the product of the human intellect. The term intellectual
property seem to be the best available to cover that body
of legal rights which arise from mind & artistic endeavor.
M Djumhana
Mrpkn hak yg berasal dr hasil kegiatan kreatif
suatu kemampuan daya pikir manusia yg
diekspresikan kpd khalayak umum dlm
berbagai bentuknya, yg memiliki manfaat
serta berguna menunjang kehidupan
manusia, juga mempunyai nilai ekonomi.
CAKUPAN

PERLINDUNGAN

HKI
WHAT DOES INTELLECTUAL
PROPERTY LAW PROTECT?

1. Copyright & related rights 5. Patents


that is rights of performers, 6. Layout designs of
producers of sound integrated circuits
recording & broadcasting 7. Undisclosed
organizations. information
2. Trademarks (Merek) including trade
3. Geographical Indications secrets
4. Industrial Designs 8. New plant varieties.
Why protect
Intellectual Property Rights?

1. Natural Rights
2. Protection of
Reputation
3. Encourage &
Reward
Innovation &
Creation.
Perlunya perlindungan
HKI
Riset &
pengembangan

Pendapatan Siklus karya


intelektual Karya
ekonomi
intelektual

komersialisasi
Tidak ada perlindungan
HKI
Dana R&D
berkurang

Pendapatan Siklus karya


Ekonomi intelektual Tidak ada
berkurang Karya baru

Kompetisi peniruan
Tidak sehat
KONVENSI-KONVENSI
INTERNASIONAL HKI
Tahun 1883 konvensi di Paris utk perlindungan
Internasional di bid. milik perindustrian

Tahun 1886 konvensi di Bern utk perlindungan di


bid. Hak Cipta.
Kedua Konvensi tsb masing2 membtk suatu
union berbeda, yaitu:
1. Konvensi Paris – “The International Union for The
Protection of Industrial Property”
2. Konvensi Bern – “The International Union for The
Protection of Literary & Artistic Works”

Kedua union tsb pelaksanaan pengurus adm &


manajemennya diatur dlm suatu badan yaitu “The United
Nations International Bureau For The Protection of
Intellectual Property”
(dlm bahasa Perancis : “Bivieaux International Reunis Pour La Protection Dela
Propriete Intectuella” / BIRPI)
Tahun 1967 Konferensi Stockholm telah
menerima suatu konvensi khusus pembentukan
organisasi dunia utk hak milik intelektual, yaitu
“Convention The World Intellectual Property
Organization” atau disingkat WIPO.
Belum mengadaptasi perubahan struktur perdagan
Internasional serta tingkat kemajuan teknologi dan
inovasi

Kelemahan Tidak dapat memberlakukan ketentuan-ketentuan


WIPO
Internasional terhadap bukan anggota

Tidak punya mekanisme yg dapat mengendalikan


Dan menghukum pelanggaran HKI
Dikaitkan langsung perlindungan HKI
dengan perdagangan internasional

GATT/WTO

Mempunyai lembaga penyelesaian


sengketa antar negara yaitu badan
penyelesaian sengketa
(dispute settlement body)
Dua Konvensi HKI dlm kaitannya
dgn WIPO
Konvensi The International
Hak Milik Union For The Protection
Perindustrian Of Industrial Property
1883 (Paris) -Konvensi Paris
B T
W G
I W R
I A
R T I
P P T
The International O P
Konvensi I O T
Union for The Protection S
Hak Cipta
1886 (Bern) Of Literary & Artistic Works
- Konvensi Bern
LEGISLASI

RATIFIKASI

KONVENSI INTERNASIONAL
LEGISLASI KONVENSI
INTERNASIONAL
Sejak tahun 1997, Pemerintah Indonesia
menetapkan 3
UU di bid HKI, yaitu :
 UU No 12 Th 1997 tentang Perubahan UU No.6 Th
1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah
dengan UU No.7 Th 1987 (Hak Cipta)
 UU No.13 Th 1997 tentang Perubahan UU No.6 Th
1989 tentang Paten (UU Paten)
 UU No.14 Th 1997 tentang Perubahan UU No.19 Th
1992 tentang Merek (UU Merek)
Con’t
Disamping itu, 20 Desember 2000 pemerintah telah
mengesahkan 4 UU di bid HKI, yaitu :
 UU No.29 Th 2000, tentang Perlindungan Varietas
 UU No.30 Th 2000, tentang Rahasia Dagang
 UU No.31 Th 2000, tentang Desain Industri
 UU No.32 Th 2000, tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu.
Con’t
Selain itu, pengendalian impor atau ekspor barang
hasil pelanggaran HKI ada ketentuan dlm UU No.10
Th 1995 tentang kepabeanan khususnya bab X
tentang larangan Pembatasan Impor dan Ekspor
serta pengendalian Impor atau ekspor barang hasil
pelanggaran HKI Dirubah dgn UU no 17 th 2006 ttg
kepabeanan
Tahun 2000
Dilakukan revisi atas 3 UU HKI, yakni:
•UU No.13 Th 2016 ttg Paten
•UU No.20 Th 2016 ttg Merek & Indikasi Geografis
•UU No.28 Th 2014 ttg Hak Cipta
RATIFIKASI KONVENSI
INTERNASIONAL
Sejalan dgn perubahan berbagai UU tsb diatas, Indonesia juga
telah meratifikasi 5 konvensi Internasional dibid. HKI, sbb:
 Paris Convention for The Protection of Industrial Property
(Keppres No.15 Th 1997)
 Patent Cooperation Treaty (PCT) and Regulations Under
The PCT (Keppres No.16 Th 1997)
 Trademark Law Treaty (Keppres No.17 Th 1997)
 Berne Convention For The Protection of Literary and
Artistic Works (Keppres No.18 Th 1997)
 WIPO Copyright Treaty (Keppres No.19 Th 1997)
SISTEM PERLINDUNGAN HKI
INDONESIA
Tahun dikeluarkannya Peraturan Perundangan Perlindungan HKI
Peraturan Perundang-
undangan HKI
Zaman Pemerintah UU Merek (1885)
Belanda UU Paten (1910)
UU Hak Cipta (1912)

Setelah UU Merek & UU Hak Cipta


Kemerdekaan peninggalan Belanda – masih berlaku
UU Paten – dinyatakan tdk berlaku
(1945)

Tahun 1953 Pengumuman Menteri Kehakiman


No.J.S.5/41/4 yg mengatur ttg pengajuan
sementara paten dlm negeri
Pengumuman Menteri Kehakiman
No.J.G.1/2/17 yg mengatur ttg pengajuan
sementara permintaan paten luar negeri
Tahun 1961 Dikeluarkannya UU No.21 Th 1961 ttg
Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan

Tahun 1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris


(Paris Convention for The Protection of
Industrial Property)
Tahun 1982 Dikeluarkan UU No.6 Th 1982 tentang Hak
Cipta
Tahun 1987 Pemerintah Indonesia mengesahkan UU
No.7 Th 1987 sbg penambahan atas UU
No.6 Th 1982 tentang Hak Cipta

Tahun 1989 Lahirnya UU No.6 Th 1989 tentang Paten

Tahun 1992 Dikeluarkannya UU No.19 Th 1992 tentang


Merek menggantikan UU Merek 1961
Tahun 1997 Dilakukan Revisi atas 3 tentang HKI, yaitu:
UU No.12 Th 1997 tentang Hak Cipta
UU No.13 Th 1997 tentang Merek

UU No.14 Th 1997 tentang Paten

Tahun 2000 Disahkan 4 UU baru di bid. HKI, yaitu


UU No.29 Th 2000 ttg Perlindungan
Varietas Tanaman
UU No.30 Th 2000 tentang Rahasia Dagang
UU No.31 Th 2000 tentang Desain Industri
UU No.32 Th 2000 tentang Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu.
Tahun 2001 Upaya menyelaraskan semua
peraturan perundang-undangan di
bid. HKI dengan persetujuan TRIPS
dengan mengesahkan beberapa UU
yaitu:
UU No.14 Th 2001 tentang Paten
UU No.15 Th 2001 tentang Merek
UU tsb menggantikan UU yang lama
di bidang terkait.
Tahun 2002 Disahkan UU No. 19 Th 2002
tentang Hak Cipta
M A N F A A T

H K I
Sistem HKI & perekonomian
 Perekonomian dunia telah lama dikuasai oleh
ekonomi berbasis pengetahuan kekayaan intelektual

 Penerapan sistem HKI & penegakannya harus dapat


mendorong tumbuhnya ekonomi berbasis
pengetahuan di Indonesia
Manfaat sistem HKI
 Bagi penghasil karya intelektual, HKI
melindungi investasi

 Bagi pelaku usaha, HKI membangun daya


kompetisi

 Bagi masyarakat luas, HKI menyebab


ketersediaan produk-produk baru

 Bagi negara, HKI mendorong inovasi, alih


pengetahuan, terjadinya pertumbuhan
industri dan perekonomian nasional
Manfaat HKI
bagi Pembangunan Indonesia
1. HKI meningkatkan 4. HKI dapat membantu
posisi perdagangan dan komersialisasi inventoran
investasi dan inovasi secara efektif

2. HKI mengembangkan 5. HKI dapat


teknologi mengembangkan sosial
budaya
3. HKI mendorong
perusahaan utk dpt 6. HKI dapat juga menjaga
bersaing secara reputasi Internasional
Internasional untuk kepentingan ekspor
ATAS PERHATIAN ANDA
10. PENYELESAIAN
SENGKETA PENGADILAN
NEGARI

LITIGASI/
PENGADILAN
PENGADILAN NIAGA
Secara
Formal ARBITRASE
ARBITRASE NASIONAL
PROSES
PENYELESAIAN ARBITRASE
SENGKETA INTERNA-
EKONOMI SIONAL
NEGOSIASI
Secara
Informal

MEDIASI

KONSILIASI
1. NEGOSIASI
pengertian Merupakan sarana bagi pihak-pihak yg bersengketa
utk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa melibatkan
pihak ketiga sbg penengah baik yg tdk berwenang
mengambil keputusan maupun yg berwenang
mengambil keputusan.

Atau, Suatu cara penyelesaian sengketa secara


damai melalui perundingan antara pihak yg
berperkara, tanpa melibatkan pihak ketiga

2. MEDIASI
Adalah proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam
Penyelesaian suatu perselisihan sebagai penasihat.

Atau, merupakan salah satu bentuk negosiasi antara


para pihak yg bersengketa dan melibatkan
pihak ketiga dgn tujuan membantu demi
tercapainya penyelesaian yg bersifat
kompromistis
91
1. merupakan suatu proses penyelesaian sengketa
berdasarkan perundingan;

2. mediator terlibat dan diterima oleh para pihak


MEDIASI yg bersengketa di dalam perundingan;
MENGANDUNG
UNSUR-UNSUR 3. mediator bertugas membantu para pihak yg ber-
sengketa utk mencari penyelesaian;

4. tujuan mediasi utk mencapai atau menghasilkan


kesepakatan yg dpt diterima pihak-pihak yg ber-
sengketa guna mengakhiri sengketa.

3. KONSILIASI
Adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yg
berselisih utk mencapai persetujuan dan penyele-
saian

Atau, merupakan proses penyelesaian sengketa


alternatif dan melibatkan pihak ketiga yg
diikutsertakan utk menyelesaikan sengketa.
92
1. merupakan proses penyelesaian sengketa alter-
natif melalui perundingan;

2. konsiliator memiliki hak dan kewenangan utk


menyampaikan pendapat secara terbuka dan
tdk memihak kpd yg bersengketa;
Unsur-unsur
KONSILIASI
3. konsiliator tdk berhak utk membuat putusan
dlm sengketa utk dan atas nama para pihak;

4. keputusan akhir merpkan proses konsiliasi yg


diambil sepenuhnya oleh para pihak dlm seng-
keta yg dituangkan dlm bentuk kesepakatan
di antara mereka.

93
1. SUBEKTI
Arbitrase merupakan suatu penyelesaian atau
pemutusan sengketa oleh seorang wasit
yg berdasarkan persetujuan bahwa mereka
(para pihak) akan tunduk atau mentaati
keputusan yg akan diberikan wasit atau para
DEFINISI wasit yg mereka pilih atau yg ditunjuk.

2. UU NO 30 TH 1999
Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu seng-
keta perdata di luar pengadilan umum yang
didasarkan perjanjian arbitrase yg dibuat
scr tertulis oleh para pihak yg bersengketa

94
1. Dengan mencantumkan klausul dalam
perjanjian pokok, yg berisi pernyataan
bahwa penyelesaian sengketa yg mungkin
timbul akan diselesaikan dgn peradilan
wasit.
Cara ini disebut dgn “Pactum de
Dua cara utk Compromittendo”.
dpt menyelesaikan
sengketa melalui 2. Dengan suatu perjanjian tersendiri, di
arbitrase luar perjanjian pokok. Perjanjian ini
dibuat secara khusus bila telah timbul
sengketa dlm melaksanakan perjanjian
pokok.
Surat perjanjian semacam ini disebut
“Akta Kompromis”

95
1. SIFAT KERAHASIAANNYA

2. PROSEDUR SEDERHANA
BBRP ALASAN
PELAKU EKONOMI 3. PUTUSAN ARBITER MENGIKAT
MEMILIH PARA PIHAK
ARBITRASE
4. PUTUSAN YG DIBERIKAN
BERSIFAT FINAL

96
1. Arbitrase ad hoc/ 2. Arbitrase institu-
Arbitrase Volunter sional

Arbitrase yg dibentuk Merupakan suatu lem-


secara khusus utk me- baga atau badan arbit-
nyelesaikan atau me- rase yg bersifat
mutuskan perselisihan
DUA JENIS “permanen”
tertentu.
ARBITRASE sehingga arbitrase
Arbitrase ad hoc ber- Institusional tetap
sifat “insidentil”, arti- berdiri utk selamanya
nya jika perkara sudah dan tdk bubar, meski-
selesai maka kebera- pun perselisihan yg di-
daan Arbitrase juga tangani telah selesai
berakhir. diputus.

97
BADAN ARBITRASE
NASIONAL INDONESIA
(BANI)
DUA LEMBAGA
ARBITRASE
DI INDONESIA
BADAN ARBITRASE
MUAMALAT INDONESIA
(BAMUI)

* Pelaksanaan putusan arbitrase nasional dilakukan


dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak
tanggal putusan ditetapkan

* Utk dpt dilaksanakan, maka lembar asli atau


salinan otentik putusan arbitrase diserahkan
dan didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya kpd
panitera pengadilan negeri dan oleh panitera
diberikan catatan yg merupakan akta pendaftaran.

98
SYARAT-SYARAT YG HRS DIPERIKSA
OLEH KETUA PN DLM MEMBERIKAN
PERINTAH PELAKSANAAN PUTUSAN
ARBITRASE

1. Para pihak telah menyetujui bahwa sengketa di


antara mereka akan diselesaikan melalui arbitrase;

2. Persetujuan tsb dimuat dlm suatu dokumen yang


ditanda tangani oleh para pihak;

3. Sengketa di bidang perdagangan dan mengenai


hak yg menurut hk dan peraturan per-UUan.;

4. Sengketa tsb tdk bertentangan dgn kesusilaan dan


ketertiban umum.

99
PERSYARATAN BAGI SUATU PUTUSAN ARBITRASE
INTERNASIONAL DIAKUI SERTA DPT DILAKSANAKAN
DI WILAYAH HUKUM REPUBLIK INDONESIA

1. Putusan arbitrase internasional dijatuhkan oleh arbiter


atau mejelis arbitrase di suatu negara yg dgn negara
Indonesia terikat pd perjanjian, baik secara bilateral
maupun multilateral mengenai pengakuan dan pelksanaan
putusan arbitrase internasional;

2. Putusan tsb menurut ketentuan hk Indonesia termasuk


dlm ruang lingkup hukum perdagangan;

3. Putusan hanya dpt dilaksanakan di Indonesia dan kepu-


tusannya tdk bertentangan dgn ketertiban umum;

4. Putusan arbitrase internasional dpt dilaksanakan di


Indonesia setelah memperoleh ekskutor dari Ketua
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

100
PARA PIHAK DPT MENGAJUKAN PERMOHONAN
PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE APABILA
PUTUSAN TSB DIDUGA MENGANDUNG
UNSUR-UNSUR SBB :

a. Surat atau dokumen yg diajukan dlm pemeriksaan setelah


putusan dijatuhkan diketahui palsu atau dinyatakan palsu;

b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yg bersifat


menentukan dan yg disembunyikan oleh pihak lawan;

c. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yg dilakukan oleh


salah satu pihak dlm pemeriksaan sengketa.

101

Anda mungkin juga menyukai