Voni Ayunita
21 april 2011
STASE BEDAH RSUD CIANJUR
Pembimbing : dr.H.Asep Tajul, Sp.B
IDENTITAS PASIEN
Keadaan
Tampak sakit sedang
Umum
Kesadaran Composmentis
BB : TB :
Status Gizi IMT (Kurang)
Status Generalis
dalam batas normal
Status Generalis
Kepala Normochepal
Mata
Diameter Pupil : 3 mm/3 mm
Refleks pupil : +/+, isokor
Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterus -/-, edema palpebra -/-
Hidung
Deviasi septum (-), sekret (+/+), darah (-/-)
Telinga : Normotia, sekret (+/+)
Mulut : Faring tidak hiperemis, T1T1
Leher
Inspeksi : Pembesaran Kelenjar Tiroid (-)
Palpasi : Pembesaran KGB (-)
• Thorak
Inspeksi : normochest, pergerakan dada simetris kanan kiri
Palpasi : vocal fremitus sama kiri dan kanan, nyeri tekan -/-
Perkusi paru : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi
Paru : vesikuler, wheezing (-) ronki (-)
Jantung : BJ I & II murni regular, murmur (-) , gallop (-)
• Abdomen
Inspeksi : Distensi abdomen (-), asites (-)
Auskultasi : Bising usus (+) menurun
Palpasi : Nyeri perut (+) di kuadran kanan bawah abdomen
Perkusi : Timpani
• Ekstremitas
akral dingin, edema -/-, RCT < 2 detik, sianosis -/-
Status Lokalis
a/r abdomen
inspeksi : abdomen datar, tidak
cembung, asites (-), luka bekas
jahitan (-)
auskultasi : bising usus (+) menurun
palpasi : supel, nyeri tekan right
lower quadran (+), massa (-), rovsing
sign (+), psoas sign (+), obturator sign
(+), dunphy sign (+)
Perkusi : timpani seluruh kuadran
abdomen
RESUME
An. Y 14 tahun MRS dengan keluhan nyeri perut kanan bawah
sejak 1 minggu SMRS. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, terus
menerus dan dirasakan meningkat ketika pasien batuk. Nyeri
juga dirasakan di ulu hati, pasien demam (+), pusing (+),
batuk (+), sesak napas (+), mual muntah (+). Pasien tidak
nafsu makan, lemes, dan malaise. Pasien tidak BAB sejak 5 hari
yang lalu. BAK normal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD
110/70 mmHg, HR 88x/menit, RR 28x/menit, suhu 38.3o C.
Status generalis dalam batas normal. Status lokalis a/r
abdomen auskultasi bising usus (+) menurun. Palpasi
abdomen supel, nyeri tekan right lower quadran abdomen (+),
massa (-), rovsing sign (+), psoas sign (+), obturator sign (+),
dunphy sign (+).
DIAGNOSIS DIFFERENTIAL
Appendisitis akut
Gastroenteritis
Typhoid fever
Infeksi Traktus Urinarius
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
• Complete blood cell count
• Urinalysis
• USG abdomen
Maka dari analisa kasus diatas ditegakkan diagnosis
WD : Appendisitis akut
Penatalaksanaan
• Infus NaCl 0,9% 20 tpm
• Cefotaxime 2 x 1 gr
• Metronidazole 3 x 500 mg
• Terapi bedah : Appendektomy
Historical Background
• Operasi appendisitis pertama dilakukan oleh
Claudius Amyand, seorang ahli bedah di St
George's Hospital di London
• Kontributor terbesar untuk kemajuan dalam
pengobatan appendisitis adalah Charles
McBurney. Pada tahun 1889, ia menerbitkan
landmark paper di New York State Medical
Journal menggambarkan indikasi untuk
laparotomi awal untuk pengobatan appendisitis
Anatomi Appendix
Embriologi appendiks berasal dari mid
gut. appendiks pertama muncul pada
minggu ke-8 kehamilan sebagai
outpouching dari sekum dan secara
bertahap berputar ke lokasi yang lebih
medial sebagai berputaran usus dan
sekum, kemudian appendiks menjadi tetap
di kuadran kanan bawah
Appendiks berbentuk seperti tabung, panjang 3
– 15 cm, diameter 0,5-1 cm dan berpangkal di
sekum, pangkal lumen sempit, distal lebar.
Struktur histologi apendiks mirip dengan usus
mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa,
muskularis eksterna/propria (otot longitudinal
dan sirkuler) dan serosa. Lapisan submukosa
terdiri dari jaringan ikat kendor dan jaringan
elastic membentuk jaringan saraf, pembuluh
darah dan lymphe, antara mukosa dan
submukosa terdapat lymphonodes
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti
a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan
simpatis berasal dari n.torakalis X
Pendarahan apendiks berasal dari a. apendikularis
Fisiology Appendix
Foreign object
Fecalith Neoplasma
Hiperplasia Obstruksi
Lymphoid Parasit
Lumen
Patogenesis
Appendiks obstruksi
Obstruksi appendiks merupakan kejadian awal yang paling sering
pada appendisitis. Hiperplasia dari folikel limfoid submukosa sekitar
60% penyebab obstruksi (paling sering pada remaja). Pada orang
dewasa yang lebih tua dan anak-anak, fecalith adalah penyebab
paling sering (35%).
Tekanan Intraluminal
Meningkatnya tekanan intraluminal akibat obstruksi lumen
appendiks menyebabkan sekresi mukosa meningkat, pertumbuhan
bakteri yang berlebihan, dinding appendiks menipis karna terjadi
distensi dan terjadi obstruksi limfatik dan vena.
Nekrosis dan Perforasi
Nekrosis dan perforasi terjadi ketika aliran arteri terganggu.
Patogenesis Obstruksi tekanan intra
luminer tinggi
Appendisitis
edema +
ulserasi mukus >>>
mukosa
gangguan
drainase
limfe
APENDISITIS AKUT
Symptoms :
- Nyeri visera di epigastrium, sekitar umbilicus
- Mungkin Kolik
Patogenesis Tekanan
Intralumen obstruksi
Appendisitis Tinggi
vena
invasi
kuman Trombosis
Iskemia
edema
semakin
APENDISITIS AKUT SUPURATIF / PURULENTA
berat
Symptoms
- Nyeri sentral berpindah ke perut kanan bawah
- Nyeri somatik ( peritonitis lokal)
- Mual dan muntah
Tekanan Gangguan
Intralumen Arteri Nekrosis
Semakin Tinggi
APENDISITIS
GANGRENOSA
Patogenesis
Appendisitis PERFORASI
PERITONITIS GENERALISATA
Patogenesis Appendisitis
Obstruksi
Distensi appendix
Edema
Manifestations Value
Symptoms Migration of pain 1
Anorexia 1
Nausea and/or vomiting 1
Signs Right lower quadrant 2
Tenderness
Rebound 1
Elevated temperature 1
Laboratory values Leukocytosis 2
Left shift in leukocyte 1
count
Total points 10
• Skor >8 : Berkemungkinan besar menderita apendisitis.
Pasien ini dapat langsung diambil tindakan pembedahan
tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Kemudian perlu dilakukan
konfirmasi dengan pemeriksaan patologi anatomi.
Laboratorium
• Complete Blood Count (CBC)
• Leukocytosis (10.000-18.000/mm3) dengan
polymorphonuclear (PMN) predominan
• Jika white blood count (WBC) > 18.000/mm3
pikirkan adanya perforasi dengan atau
tanpa abses
Urinalysis
• WBCs atau RBCs mungkin ditemukan jika
adanya iritasi VU atau ureter karena
inflamasi appendiks
• Bakteriuria
Imaging
• Abdominal X Ray (AXR) terlihat Appendicolith/fecalith
• CT scan abdominal
• (+) Bila ditemukan dilatasi appendix > 6 mm, penebalan
appendix
• (+) palsu jika terlihat inflamasi periappendix, dilatasi tuba
fallopi, insipissated stool, overlying fat
• (-) palsu jika inflamasi terbatas diatas appendix,
retrocecal ceacum, appendix besar, perforasi (appendix
compressible)
Differential Diagnosis
Appendisitis akut
Gastroenteritis
Typhoid fever
Infeksi Traktus Urinarius
Terapi Appendisitis
• Preoperative – Resusitasi cairan
• Antibiotik
• Appendectomy
– Laparoskopi
– Operasi Cyto : untuk appendisitis akut, abses dan perforasi
– Operasi Elektif : untuk appendisitis kronik
• Konservatif
– Bedrest total
– Diet cair, lunak, rendah serat
– Observasi
Komplikasi
Perforasi
Resiko infeksi luka post operasi
Abses intraabdominal
Abses panggul
Fistula Enterocutaneous
REFERENSI