Anda di halaman 1dari 22

FARMASI MASYARAKAT

KELOMPOK 3

teacher :Yulia Pratiwi, M.Far.,Apt

1. Dewi Elfiyanti (201605007)


2. Edo Yoga P (201605010)
3. Hidayah Nurun Nida (201605016)
4. Lifa Sri Endah R (201605019)
5. Siti Rosyidah (201605031)
6. Dwi Indah Lestari (201605043)
7. Tya Safitri (201605063)
8. Noni Tiara (201605060)
9. Anisa Rofiul (201605072)
10. Irma Mawarni (201605083)
11. Nadia Putri Amalia (201605092)
12. Qomara Mega (201605096)
Permasalahan Resistensi Antibiotik
Dan Implementasi Kebijakan Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba
(PPRA)
ANTIBIOTIK

RESISTENSI ANTIBIOTIK

STRATEGI PENANGANAN

CONTENTS
ANTIBIOTIK
ANTIBIOTIK

Obat yang digunakan untuk


membasmi mikroba, penyebab infeksi
pada manusia, harus mempunyai sifat
toksisitas selektif mungkin. Artinya,
obat tersebut haruslah bersifat sangat
toksik untuk mikroba, tetapi relatif
tidak toksik untuk inangnya
(Setiabudy et al., 2009).
Untuk menentukan penggunaan antibiotika dalam menangani
penyakit infeksi, secara garis besar dapat digunakan prinsip-
prinsip umum dibawah ini :
RESINTENSI ANTIBIOTIK
Resistensi didefinisikan sebagai tidak terhambatnya
pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik
secara sistemik dengan dosis normal yang seharusnya
atau kadar hambat minimalnya. (Tripathi,2003).

Ada beberapa faktor pendukung penyebab terjadinya resistensi :


Faktor pendukung penyebab terjadinya resistensi

Title Goes Title Goes Title Goes Title Goes


Here Here Here Here
Prinsip Dasar Penggunaan
Antibiotik Terapi
Permasalahan Kerasionalitas Penggunaan Antibiotik di Masyarakat dapat dirangkum
sebagai berikut:
Sumber : “Jurnal Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien ISPA Pada Salah Satu Puskesmas di Kota Pekanbaru”
Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia 3(!), Sepetember 2014

 Ketidaktepatan penggunaan obat pada tingkat puskesmas dapat berakibat merugikan bagi kalangan masyarakat luas.
Hal tersebut dikarenakan banyak masyarakat yang memilih pelayanan kesehatan di puskesmas, terutama dari kalangan
menengah ke bawah yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia.

 Terapi tanpa indikasi, yaitu pasien diberikan antibiotik padahal tidak ada indikasi yang jelas, menurut Anonim (2005)
pemberian antibiotik untuk gejala klinis penyakit-penyakit ini seharusnya diberikan atas indikasi yang jelas, secara ideal
pemberiannya antibiotik harus didasarkan pada hasil pemeriksaan mikrobiologis.

 Pemberian antibiotik pada pasien ISPA di salah satu puskesmas Kota Pekanbaru didasarkan pada educated guess
dengan terapi empiris yaitu berdasarkan pengalaman penanganan penyakit dengan melihat kondisi klinis pasien untuk
mencegah penyebaran infeksi pada penyakit sehingga langsung diberikan antibiotik yang berspektrum luas.

 Pasien yang menerima obat dalam jumlah lebih kecil dibandingkan dosis terapinya, frekuensi penggunaan tidak sesuai,
dan lama pemberian antibiotik kurang dari standarnya, dapat menjadi masalah yang besar karena menyebabkan tidak
efektifnya terapi sehingga pasien tidak sembuh, atau bahkan dapat memperburuk kondisi kesehatannya.

 KESIMPULAN: Dari hasil penelitian kajian rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien ISPA di Salah satu puskesmas
Kota PekanbaruBulan Maret – Juni 2014 dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik yang rasional sebesar 66,3%
dan penggunaan antibiotik yang tidak rasional sebesar 33,7%.
STRATEGI PENANGANAN
Kebijakan dan Komitmen PPRA di RS Ada beberapa kebijakan terkait
PPRA di RS sebagai landasan hukum pelaksanaan di Indonesia, yaitu
PPRA

Tim PPRA bertanggung


jawab langsung kepada
Direktur
Salah satu program untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik
di rumah sakit adalah Antimicrobial Stewardship Programe (ASP).
Program ini dirancang lebih sistematis dan komprehensif
bertujuan mengoptimalkan hasil klinis (outcome), meminimalkan
efek yang tidak diinginkan akibat penggunaan antibiotik seperti
toksisitas, seleksi organisme patogen, dan resistensi serta
mengurangi biaya perawatan tanpa memberikan pengaruh negatif
terhadap kualitas layanan dengan mengurangi penggunaan
antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan, serta mendorong
peralihan terapi intravena ke terapi oral.
Thank you for listening
Any Question??

Anda mungkin juga menyukai