Anda di halaman 1dari 39

ASKEP SISTEM

INTEGUMEN

INDRI WIYANTI
VARICELLA
 Varicella (cacar air) : peny akibat virus
yg mudah ditularkan melalui udara.
Selain itu juga bisa melalui kontak
langsung dengan lepuh, air liur atau
lendir dari orang yang terinfeksi.
 Keparahan penyakit, komplikasi serius
& kematian dapat terjadi terutama
pada BBL, remaja, dewasa, ibu hamil,
dan individu yang imunosupresif dari
segala usia.
PHN
VZV memulai infeksi primer dengan menginokulasi mukosa
sal pernafasan

Menetap seumur hidup di neuron ganglionik


Aktif kembali di kemudian hari menyebabkan herpes zoster (shingles),
yang dapat mempengaruhi tengkorak, toraks dan dermatom
lumbosakral.

Kerusakan Neurologis akut/kronis, termasuk palsi saraf


kranial, zoster paresis, vasculopathy, meningoencephalitis,
dan gangguan okular multipel akibat reaktivasi VZV
Sign & simptom
• Diawali masa prodromal
singkat yg td demam ringan,
sakit kepala, gejala saluran
nafas atas, kelelahan, dan
kelemahan.
• 24-36 jam pertama muncul
ruam sangat gatal.
• Eksantem ini berkembang
pesat, seringkali dimulai di
dada, batang tubuh/kulit
kepala & kemudian menyebar
ke lengan dan kaki
(sentrifugal).
LESI

• Varicella bisa muncul pd mukosa : konjungtiva, mulut, rektum & vagina.


• Ruam awalnya bintik merah datar (makula) --> menjadi bintik menonjol
(papula) --> membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel) yang gatal -->
mengering.
• Proses tsb sktr 6-8 jam -> selanjutnya terbentuk bintik & lepuhan baru.
• H-5 biasanya tdk terbentuk lepuhan baru, seluruh lepuhan mengering pd
h-6 --> menghilang dlm 20 hari.
• Selanjutnya, lesi mulai berkerak. Scabbing terjadi dalam 10 hingga 14
hari.
• Tanda pasti cacar air adl adanya papula, vesikel & lesi pengerasan kulit
dlm jarak dekat.
Pencegahan

• Vaksinasi 2 kali ; Pada anak > 1 thn


dgn dosis booster, selanjutnya
diberikan 4 tahun kemudian.
• Vaksin Zostavax diberikan kpd ps
≥60 tahun u/ mencegah/ mengurangi
inf herpes zoster. Vaksin ini
digunakan u/ meningkatkan
kekebalan, shg mengurangi nyeri
PHN.
• Varicela zooster Imunoglobulin untuk
penderita tertentu.
KOMPLIKASI VARICELLA

• (Pada umumnya) Infeksi streptokokus & • Dx VZV dlm sistem saraf pusat
staphylococcal invasif. didasarkan pada isolasi virus dlm cairan
tlng belakang otak oleh polymerase
• Pneumoni (Fx risiko : riw kontak dgn
chain reaction (PCR).
pasien cacar air, riw perokok/aktif, peny
paru kronis, imunocompromise, ruam • Diagnosis dini penting u/ meminimalkan
morbiditas & mortalitas.
kulit parah & trimester 3 kehamilan).
• Reaktivasi virus b.d. neuralgia pasca-
• Kompl serius : virus menyerang sumsum
herpetik (PHN).
tlng blkng --> m'sbb' myelitis, bila
• PHN --> rasa sakit & penderitaan selama
mempengaruhi arteri serebral ->
bertahun-tahun.
vasculopathy.
Perawatan

• Istirahat secukupnya • Makanan lunak &


• Mandi air hangat/dingin u/ minuman dingin jika
mengurangi rasa gatal terdapat ruam di dlm
• Calamine lotion u/rasa mukosa mulut.
gatal • Hindari mak & minuman
• Bagi anak kecil potong yg terlalu asam
kuku sependek mungkin u/ • Kulit dicuci sebersih
mencegah menggaruk mungkin dengan sabun
• Baju harus kering & bersih
PENGOBATAN

• Gold Standar obat oral: asiklovir & obat


• Food Drug Administration tdk
valasiklovir.
merekomendasikan TCA ( Antidepresan
• Obat topikal : Gabapentinoids &
analgesik topikal dapat digunakan sbg trisiklik:amitriptyline, nortriptyline &

kombinasi karena kecenderungan desipramine)--> efek kerja kurang baik u


interaksi obatnya rendah. PHN, namun efek samping signifikan,

• U/ vaskulopati fokal adlh asiklovir iv slm termasuk kemungkinan kardiotoksisitas.


14 hari (Psn imunokompromais hrs • Opioid (ex: oxycodone, morfin, metadon &
dirawat u/ waktu yg lebih lama). tramadol) --> U/ manajemen nyeri-->
• Terapi steroid slm 5 hari u/ pasien dg
penyalahgunaan.
VZV vaskulopaty.
ASKEP URTIKARIA
• Karakteristik: munculnya • Bila terjadi scr intermiten
ruam,angioedema atau slm > 6 mg --> episodik.
keduanya.
• Klasifikasi : Akut & Kronik
urtikaria
• Akut : < 6 minggu
• Kronis (CU) > 6 minggu
dgn aktivitas peny
berkelanjutan.
URTIKARIA

• Tjd proses inflamasi yaitu • Penyakit ini sering b.d.


mediator inflamasi (sel ↑IgE dlm serum & riw
mast, basofil, sel Th2, atopik pd penderita
eosinofil) dilepaskan di sendiri/ klg ex : rhinitis
kulit. alergi, asma bronkial &
konjungtivitis alergi.
Presentasi Urtikaria

• Pembeda urtikaria dg lesi • ruam pd urtikaria lebih


inflamasi lainya : kejadian pucat dr kulit sekitarnya yg
ulang dari ruam yg merah muda.
berumur pendek disertai • Kelainan kulit :
kemerahan & gatal. gatal,eritema,edema,
• Diameter ruam beberapa • vesikel & luka pd stadium
mm s.d. cm. Meskipun akut, tetapi pd stadium
kadang mereka bersatu kronik ditandai
mjadi plak yg besar. likenifikasi/penebalan kulit.
Fx Pencetus

• Genetik • Stress emosional, Gatal


• Imunologik, ↑ antibodi IgE sering timbul saat
spesifik di dlm serum tdp pikiran sedang kemelut.
antigen dr makanan/ inhalasi. • Perubahan suhu atau
• Suhu lingk dgn kelembapan kelembapan udara.
rendah menyebabkan • Sensitisasi ↑ IgE
overheating, kulit kering & spesifik & respon IgE
gatal. total menyebabkan
• Fx imunologik ,psikologi peningkatan aktifitas
lingkungan & gaya hidup. sel-sel inflamasi
Diagnosis

• Pruritus dg sensasi seperti • Lesi urtikaria bisa berakhir


tusukan/terbakar dan < 1 jam, puncaknya 3-6
memburuk pd malam hari. jam dan akan menghilang
• Riw gatal, riw peny terkait, stlh 24 jam.
riw angioedema di klg,
diet, pengg obat, ISPA,
latihan fisik, stres
psikologi, alcoholisme,
dingin /paparan matahari.
Tahapan urtikaria

• Dimulai dari kemerahan • Kulit mjd kering, sangat


kulit yg bisa dipicu bahan gatal, ada respon
iritan/alergen. menggaruk, sehingga
• Terjadi proses inflamasi terasa perih, terkadang
yaitu mediator inflamasi melepuh lalu pecah.
(sel mast, basofil, sel Th2,
eosinofil) dilepaskan di
kulit .
Obat=obatan yg mnjd pemicu

Meningkatkan resiko • The ACE-inhibitor and


eksaserbasi : angiotensin II receptor
• opiate, curare, radiologic inhibitor are drugs that
contrast, usually cause
• bbrp antibiotics spt penicillin angioedema.
• COX-2 inhibitor, aspirin,
NSAID, salicylate,
benzoate/tartazine dlm mak.
Pengobatan

• Kortikosteroid topikal: u/ mengatasi inflamasi/ peradangan.


Steroid bekerja dg mencegah pelepasan fosfolipid dr
membran sel kemudian mencegah perubahannya menjadi
prostaglandin & mediator inflamasi lainnya
• Antibiotik, Jika terbukti tdp bakteri Staphylococcus
• Anti Pruritus/Sedatif, Kecemasan atau stress emosional
ikut berperan pada dermatitis atopik, obat anti
pruritus/sedatif untuk mengurangi rasa gatal
Perawatan

• Penatalaksanaan ditujukan u/ mengurangi rasa gatal,


memperbaiki keadaan kulit, infeksi & inflamasi serta
menghindari pencetus.
• Pelembab sblm memakai kortikosteroid topikal
--> kulit ps mengalami ↑ transepidermal water loss
shg barrier kulit mjd rusak -> kulit kering.
Pelembab pd penderita dpt memperbaiki fs barrier
stratum korneum & mengurangi kebutuhan
pemaiakan steroid topikal.
• Lesi akut yg basah, sblm dioles obat topikal-->kompres.
Tujuan kompres sblm perawatan : u/ membersihkan kulit,
menghilangkan krusta, skuama, sisa obat lama & mampu
meningkatkan penetrasi transepidermal kortikosteroid
topikal.
• Mandi teratur / mandi rendam, Mandi secara teratur dapat
melembabkan kulit dan melepaskan krusta.
Fx yg memp penyembuhan luka urtikaria

• Gizi buruk: memperlambat • Obat-obatan, Obat anti


penyembuhan luka. pruritus/sedatif dapat
• Imunosupressan meminimalkan rasa gatal
• Penggunaan obat sehingga mencegah
kemoterapi memperlambat terjadi garukan yang
penyembuhan luka. nantinya memperparah
gambaran dan derajat
inflamasi
• Diabetes
• Radiasi: Radiasi • Merokok, Nikotin -->
menghambat vasokontriksi--> oksigen
pembentukan kolagen u/ ke daerah luka juga
penyembuhan luka. berkurang.
• Penyakit: Kemampuan • Stres, Energi tubuh
tubuh untuk memperbaiki digunakan untuk
sel-sel yang rusak menjadi mengatasi keadaan stres
terganggu. Penyembuhan
berjalan lebih lambat.
Ukuran penyembuhan & Derajat luka

1. Luas luka
2. Tanda-tanda inflamasi: eritema, indurasi, ekskoriasi,
papul & likenifikasi.
• Eritema : kemerahan k/ pelebaran p.d.;
• Indurasi: pengerasan.
• Ekskoriasi:kerusakan kulit yg lbh dalam.
• Paul adalah tonjolan kulit yang kecil, berbatas jelas dan padat.
• Likenifikasi: perub erupsi kulit ex: eksema, shg berwujud seperti liken (peny yg d.d.
bintil-bintil kecil padat, teratur scr berkelompok)--> kulit mjd > tebal & garis kulit mjd lebih
jelas

3. Keluhan gatal dan gangguan tidur


ASKEP GONORHOE
• Penyebab : kuman Neisseria gonorrhoea.
• Kuman gram negatif, terlihat di luar/ di dalam sel
polimorfonuklear (leukosit), tidak tahan lama di udara bebas,
cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39° C
dan tidak tahan terhadap zat desinfektan.
• Infeksi terjadi pd aktivitas seksual scr genito-genital, namun
dapat juga kontak seksual secara oro-genital danano-genital.
• Bisa juga by mother to child transmition.
• Pada laki-laki umumnya menyebabkan uretritis akut, sementara
pada perempuan menyebabkan servisitis yang mungkin saja
asimtomatik
Pathofisiologi

1. Gonokokus penetrasi permukaan mukosa &


berkembang biak di dlm jar sub epitelial.
2. Gonokokus akan menghasilkan bbg produk ekstraseluler
yg dapat mengakibatkan kerusakan sel, termasuk enzim
seperti fosfolipase, peptidase & lainnya. Kerusakan sel
dipengaruhi 2 komponen permukaan sel :
a. LOS ( Lipo Oligosaccharide) : menginvasi sel epitel
dgn cara menginduksi prod endotoksin yg
menyebabkan kematian sel mukosa
b. Peptidoglikan (mengandung beberapa asam amino
dan “penicilin binding component”): sbg sasaran
antibiotika penisilin dlm proses kematian kuman).
3. Mobilisasi leukosit PMN menyebabkan terbentuk
mikroabses sub epitelial yang pada akhirnya akan pecah
dan melepaskan PMN dan gonokokus
SIGN & SIMPTOM

a. Gejala klinis yang asimptomatik (terjadi infeksi pada


uretra, endoserviks, rektum dan faring tanpa memberi
gejala klinis);
b. Gejala yang simtomatik tanpa komplikasi;
c. Gejala yang simtomatik dengan komplikasi
d. Disseminated Gonococcal Infection (DGI).
Gejala klinis simptomatik tanpa komplikasi
• Uretritis akut anterior terutama tjd pada laki-laki dgn gejala :
a. keluarnya duh uretra yg mukoid/mukopurulen --> diikuti disuria
b. frekuensi miksi yg meningkat
c. keluarnya tetes darah diakhir miksi.
d. Meatus uretra eksterna sering mengalami edema &
eritematus. Sedangkan pada wanita sering kali gejala tidak
tampak (karena pendeknya uretra wanita)
e. Pada wanita, gonokokus > menyerang servik dgn keluhan yg
paling sering adlh adanya duh servik yg mukopurulen, disuria,
intermenstrual uterine bleeding & menoragi.
f. biasanya muncul setelah 2-8 hari setelah paparan.
Komplikasi

• Terjadi bila pengobatan tdk segera dilakukan/tdak


adekuat.
• Infeksi dpt menjalar ke uretra bagian belakang scr
ascendent.
• Pada pria dapat memberi gambaran klinis a.l : tisonitis,
parauretritis, litritis, cowperitis, prostatitis, vesikulitis,
funikulitis dan epididimitis, sistitis.
• Sedangkan pada wanita, komplikasi yg dapat terjadi
antara lain: salpingitis, penyakit radang panggul (PRP),
parauretritis & bartolinitis
Komplikasi lain
• DGI (Disseminated Gonococal Infection) : jarang
terjadi.
• Gejala klinisnya merupakan sindroma artritis-dermatitis
akut yg t.d. artritis akut, tenosinovitis, dermatitis/
kombinasi dari gejala-gejala tersebut, demam.
• 1–3% dari penderita dengan DGI dapat mengalami
endokarditis & meningitis gonokokal.
• Komplikasi lain : Infeksi non genital dapat berupa
konjungtivitis, orofaringitis dan proktitis.
Diagnosis GO

• Anamnesis : riwayat keluarnya duh tubuh uretra atau


vagina, nyeri waktu bak, hubungan seksual risti
• Px klinis pada laki-laki: muara sal kencing bengkak,
merah & keluarnya nanah kuning kehijauan.
• Px klinis wanita : karena tidak khas maka biasanya gejala
klinis berupa vaginal discharge/vaginal bleeding, dan
pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang
Pemeriksaan penunjang
• Px : hapusan sekret uretra/ serviks & biakan kuman dg
nucleic acid amplification tests (NAATs) or culture.
• Media tsb dicat dg gram --> tampak kuman diplokokus
gram negatif, btk seperti ginjal pd intra/ekstraselular.
• Sedangkan biakan kuman dg mengg media Thayer-
Martin memiliki sensitivitas & spesifisitas yg tinggi.
• Microscopy (1000) using Gram or methylene blue
staining for identification of diplococci within
polymorphonuclear leukocytes offers good sensitivity
Medikasi
• Gonokokus saat ini telah resisten thd penisilin, tetrasiklin &
anti mikroba terdahulu lainnya--> tdk digunakan
• Di Indonesia, kanamisin dan tiamfenikol menunjukkan
keampuhannya kembali setelah lama ditinggalkan.
• Obat anti klamidiosis, oleh karena infeksi campuran antara
klamidiosis dan gonore sering dijumpai.
• Pilihan obat oral untuk infeksi tanpa komplikasi: tiamfenikol
3,5 gram dosis tunggal/ofloksasin 400 mg dosis
tunggal/siprofloksasin 500 mg dosis tunggal/sefiksim 400 mg
dosis tunggal.
• Pilihan Obat perinjeksi U/ GO tanpa komplikasi :
kanamisin 2 g im dosis tunggal/ spektinomisin 2 g im
dosis tunggal/seftriakson 250 mg im dosis tunggal.
• GO dgn komplikasi: obat oral selama 5 hari tiamfenikol
3,5 gram sekali sehari, atau ofloksasin 400 mg sekali
sehari, atau siprofloksasin 500 mg sekali sehari, atau
sefiksim 400 mg peroral sekali sehari. Sedangkan obat
injeksi diberikan selama 3 hari : kanamisin 2 g im 1x/hari,
atau spektinomisin 2 g im 1x/hari, atau seftriakson 1 gr im
1x/hari
Managemen Terapi
KIE dg teknik Kniting/ jahit :
1. Ps dimotivasi u/ abstain dr sexual contact selama 7 hari.
Stlh mereka menyelesaikan pengobatanya, dan jalanya
teratasi, baru boleh melakukan seksual kontak.
2. Patients (and their sex partners) should be given
information about their infection, including details about
transmission, prevention and complications.
3. It is recommended that both verbal and written
information be provided ;
FOLLOW UP PENGOBATAN
• Assessment after treatment is recommended to confirm
compliance with therapy, resolution of symptoms and
signs, exclude re-infection and ensure partner notification
• A test of cure is recommended in all cases to identify
persisting infection and emerging resistance.Test of cure
is particularly important to perform to ensure effective
eradication of pharyngeal infection, which is substantially
harder to treat than genital and anorectal infections.
• When symptoms persist after treatment, culture is
recommended to identify persisting infection and for
antimicrobial sensitivity testing and may be performed 3–7
days after completion of therapy, possibly supplemented a
week later with a NAAT for increased sensitivity if culture
is negative.
• Tests of cure in asymptomatic patients can be performed
with a NAAT two weeks after completion of treatment and
ideally, all positives should be cultured and antibiotic
susceptibility testing performed before further treatment is
given.
“Keep your hopes up high
and your head down low”
Thank you

Anda mungkin juga menyukai