Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 3

1. Carmelia Petrocia
2. Defa Erlangga
3. Devi Melisa
4. Rehvi Riyadi
5. Rivo Denra
6. Rizka Meutia
Perkembangan Bumi Menurut
Laurasia dan Gondwana
Eduard Zuess dalam bukunya The Face of the Earth (1884) dan
Frank B. Taylor (1910) mengemukakan teorinya bahwa pada
mulanya terdapat dua benua di kedua kutub bumi. Benua-benua
tersebut diberi nama Laurentia (Laurasia) dan Gondwana. Kedua
benua itu kemudian bergerak secara perlahan ke arah ekuator
sehingga terpecah-pecah membentuk benua-benua seperti
sekarang.

Amerika Selatan, Afrika, dan Australia dahulu menyatu dalam


Gondwanaland, sedangkan benua- benua lainnya menyatu dalam
Laurasia. Teori Laurasia-Gondwana diyakini oleh banyak ahli
karena bentuk pecahan-pecahan benua tersebut apabila
digabungkan dapat tersambung dengan tepat. Namun, penyebab
pecahnya benua-benua tersebut belum dapat ditemukan.
Teori Perkembangan Bumi
Konveksi
Teori konveksi mengemukakan bahwa terjadi aliran konveksi ke
arah vertikal di dalam lapisan astenosfer yang agak kental. Aliran
tersebut berpengaruh sampai ke kerak bumi yang ada di atasnya.
Aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi
menyebabkan batuan kerak bumi menjadi lunak. Gerak aliran
dari dalam mengakibatkan permukaan bumi menjadi tidak rata.

Salah seorang pengikut teori konveksi adalah Harry H. Hess dari


Princenton University. Pada tahun 1962 dalam bukunya History of
the Ocean Basin, Hess mengemukakan pendapatnya tentang
aliran konveksi yang sampai ke permukaan bumi di mid oceanic
ridge (punggung tengah laut). Di puncak mid oceanic ridge
tersebut lava mengalir terus dari dalam kemudian tersebar ke
kedua sisinya dan membeku membentuk kerak bumi baru.
Gambar Konveksi

Anda mungkin juga menyukai