Anda di halaman 1dari 11

EJAAN DI INDONESIA

KELOMPOK 1 :
• SUCI DWI LESTARI (09011181722021)
• BIMA PRATAMA ANOM
(09011181722009)
• FAHRUL RAVI (09011281722053)
SISTEM KOMPUTER A 2017
Pengertian
Ejaan Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran –an.
Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.
Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu:
• aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan
abjad
• aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis
• aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
Manfaat
• Sebagai landasan pembakuan tata bahasa.
• Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan.
• Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas, ejaan sebenarnya juga
mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu
pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara
tertulis.
Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun
1901 sampai 1947. Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901).
Ciri khusus ejaan Van Ophuysen adalah ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang
dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara
lain:
• Huruf (u) ditulis (oe). Contoh: goeroe.
• Koma hamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata. Misalnya bapa’, ta’
• Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
• Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
• Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
• Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
o Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
o Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
o Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
• Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu
suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Ejaan Soeandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A, tanggal 19 maret
1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
• Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menjadi (u).
• Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
• Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k), misalnya kata’ menjadi katak.
• Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.
• Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara
Contohnya :
a. Berlari-larian
b. Berlari2-an
• Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara
Contohnya :
a. Tata laksana
b. Tata-laksana
c. Tatalaksana
• Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e)
lemah, misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
Perbandingan ejaan Van Ophuysen
dengan ejaan Soewandi
Ejaan Van Ophuysen Ejaan Soewandi
Huruf (u) ditulis (oe) Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menjadi (u)
Koma hamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis
dengan (k)
Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan
akhiran (i), maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
Ejaan yang Ideal
1. Ejaan yang disempurnakan
Ejaan yang Disempurnakan (disingkat EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku dari
tahun 1972 hingga 2015. Ejaan ini menggantikan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan ini
digantikan oleh Ejaan Bahasa Indonesia sejak tahun 2015. Perbedaan dengan ejaan sebelumnya
Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967), antara lain:
"tj" menjadi "c" : tjutji → cuci
"dj" menjadi "j": djarak → jarak
"j" menjadi "y" : sajang → sayang
"nj" menjadi "ny" : njamuk → nyamuk
"sj" menjadi "sy" : sjarat → syarat
"ch" menjadi "kh": achir → akhir
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:
• Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.
• Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya pada kata
furqan, dan xenon.
• Awalan "di-" dan kata depan "udi" dibedakan penulisannya. Kata depan "di" pada contoh di rumah, di sawah,
penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara "di-" pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya.
• Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai penanda
perulangan
• Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:
• Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
• Penulisan kata.
• Penulisan tanda baca.
• Penulisan singkatan dan akronim.
• Penulisan angka dan lambang bilangan.
• Penulisan unsur serapan.
• Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik. Jadi sebelum EYD,
"oe" sudah tidak digunakan.
2. Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini menggantikan Ejaan yang Disempurnakan.
Perbedaan dengan EYD
Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan adalah:
• Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au,
oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata
geiser dan survei).
• Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan
judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema
atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.

Anda mungkin juga menyukai