Anda di halaman 1dari 34

VIKRI KRISTYAN ARISAPUTRA

PERANCANGAN PERMUKIMAN 17550009


ARSITEKTUR SEMESTER V SORE
TRADISIONAL MATA KULIAH :
KAMPUNG NAGA PERMUKIMAN TRADISIONAL
DOSEN PEMBIMBING :
NOVA ANGGRAENI ST. MT.
PENGERTIAN SIFAT
PERMUKIMAN PERMUKIMAN
Pengertian dasar 1.Pemukiman/perkampungan tradisional
permukiman dalam UU 2.Perkampungan darurat
No.1 tahun 2011 adalah 3.Perkampungan kumuh ( slum area )
bagian dari lingkungan 4.Pemukiman transmigrasi
5.Perkampungan untuk kelompok-kelompok khusus
hunian yang terdiri atas
6.Pemukiman baru
lebih dari satu satuan
perumahan yang
mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain
dikawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan.
JENIS JENIS PERMUKIMAN
a. Pemukiman Perkampungan Tradisional b. Perkampungan Darurat
Perkampungan seperti ini biasa nya penduduk Jenis perkampungan ini biasanya bersifat
atau masyarakatnya masih memegang teguh sementara (darurat) dan timbulnya
tradisi lama. Kepercayaan, kabudayaan dan perkampungan ini karena adanya bencana
kebiasaan nenek moyangnya secara turun temurun alam. Untuk menyelamatkan penduduk dari
dianutnya secara kuat. Tidak mau menerima bahaya banjir maka dibuatkan perkampungan
perubahan perubahan dari luar walaupun dalam darurat pada daerahh/lokasi yang bebas dari
keadaan zaman telah berkembang dengan pesat. banjir. Mereka yang rumahnya terkena banjir
Kebiasaan-kebiasaan hidup secara tradisional untuk sementara ditampatkan dipernkampungan
yang sulit untuk diubah inilah yang akan ini untuk mendapatkan pertolongan baantuan
membawa dampak terhadap kesehatn seperti dan makanan pakaian dan obat obatan. Begitu
kebiasaan minum air tanpa dimasak terlebih pula ada bencana lainnya seperti adanya
dahulu, buang sampah dan air limbah di gunung berapiyang meletus dan lain lain.
sembarang tempat sehingga terdapat genangan Daerah pemukiman ini bersifat darurat tidak
kotor yang mengakibatkan mudah berjangkitnya terencana dan biasanya kurang fasilitas sanitasi
penyakit menular. lingkungan sehingga kemungkina penjalaran
penyakit akan mudah terjadi.
c. Perkampungan Kumuh (Slum Area) d. Pemukiman Transmigrasi
Jenis pemukiman ini biasanya timbul akibat adanya Jenis pemukiman semacam ini di rencanakan oleh
urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari kampung pemerintah yaitu suatu daerah pemukiman yang
(pedesaan) ke kota. Umumnya ingin mencari kehidupan digunakan untuk tempat penampungan penduduk yang
yang lebih baik, mereka bekerja di toko-toko, di dipindahkan (ditransmigrasikan) dari suatu daerah yang
restoran-restoran, sebagai pelayan dan lain lain. padat penduduknya ke daerah yang jarang/kurang
sulitnya mencari kerja di kota akibat sangat banyak penduduknya tapi luas daerahnya (untuk tanah garapan
pencari kerja, sedang tempat bekerja terbatas, maka bertani bercocok tanam dan lain lain) disamping itu
banyak diantara mereke manjadi orang gelandangan, jenis pemukiman merupakan tempat pemukiman bagi
Di kota umumnya sulit mendapatkan tempat tinggal orang-orang (penduduk) yang transmigrasi akibat di
yang layak hal ini karena tidak terjangkau oleh tempat aslinya seiring dilanda banjir atau sering
penghasilan (upah kerja) yang mereka dapatkan setiap mendapat gangguan dari kegiatan gunung berapi.
hari, akhirnya meraka membuat gubuk-gubuk Ditempat ini mereka telah disediakan rumah, dan tanah
sementara (gubuk liar) garapan untuk bertani (bercocok tanam) oleh
pemerintah dan diharapkan mereka nasibnya atau
penghidupannya akan lebih baik jika dibandingkan
dengan kehidupan di daerah aslinya
e. Perkampungan Untuk Kelompok-Kelompok Khusus Selain itu ditempat ini biasanya dilengakapi
Perkampungan seperti ini dibasanya dibangun oleh pemerintah dengan gedung-gedung sekolah (SD, SMP, dll)
dan diperuntukkan bagi orang-orang atau kelompok-kelompok yang dibangun dekat dengan tempat tempat
orang yang sedang menjalankan tugas tertentu yang telah pelayanan masyarakat seperti
dirancanakan. Penghuninya atau orang orang yang poskesdes/puskesmas, pos keamanan kantor pos,
menempatinya biasanya bertempat tinggal untuk sementara, pasar dan lain lain.
selama yang bersangkutan masih bisa menjalankan tugas. setelah Jenis pemukiman seperti ini biasanya dibangun dan
cukup selesai maka mereka akan kembali ke tempat/daerah diperuntukkan bagi penduduk masyarakat yang
asal masing masing. contohnya adalah perkampungan atlit berpenghasilan menengah ke atas. Rumah-rumah
(peserta olah raga pekan olah raga nasional ) Perkampungan tersebut dapat dibeli dengan cara di cicil bulanan
orang -orang yang naik haji, perkampungan pekerja (pekerja atau bahkan ada pula yang dibangun khusus untuk
proyek besar, proyek pembangunan bendungan, perkampungan disewakan. contoh pemukiman spirit ini adalah
perkemahan pramuka dan lain lain perumahan IKPR-BTN yang pada saat sekarang
sudah banyak dibangun sampai ke daerah-
f. Perkampungan Baru (real estate) daerah.
Pemukiman semacam ini direncanakan pemerintah dan bekerja Untuk di daerah–daerah (kota) yang sulit untuk
sama dengan pihak swasta. Pembangunan tempat pemukiman ini mendapatkan tanah yang luas untuk perumahan,
biasanya di lokasi yang sesuai untuk suatu pemukiman (kawasan tetapi kebutuhan akan perumahan cukup banyak,
pemukiman). Ditempat ini biasanya keadaan kesehatan lingkunan maka pemerintah bekerja sama dengan pihak
cukup baik, ada listrik, tersedianya sumber air bersih , baik swasta membangun rumah tipe susun atau rumah
berupa sumur pompa tangan (sumur bor) atau pun air susun (rumah bertingkat) seperti terdapat di kota
PAM/PDAM, sistem pembuangan kotoran dan iari kotornya metropolitan DKI Jakarta. Rumah rumah seperti ini
direncanakan secara baik, begitu pula cara pembuangan ada yang dapat dibeli secara cicilan atau disewa
samphnya di koordinir dan diatur secara baik. secara bulanan.
PENDAHULUAN
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS matakuliah Perancangan permukiman mengenai arsitektur
bangunan dan kehidupan di kampung Naga secara kebudayaan dan adat istiadatnya.
Kampung ini dibuat dengan bangunan rumah relatif sama, setiap rumah berbentuk panggung dan
dibawah rumah tersebut digunakan sebagai kandang ayam. Atapnya berupa ijuk dari pohon aren,
dindingnya berupa bilik bambu. Rumah-rumah tersebut terdiri dari satu kamar tidur, ruang tamu, dapur
dan goah. Kamar di peruntukkan untuk orang tua sedangkan untuk anak mereka tidur di ruangan tamu
dengan beralaskan tikar. Fungsi Goah adalah untuk menyimpan hasil bumi, seperti ; beras. Dapur
berfungsi untuk memasak dan makan kelurga.
Mata pencaharian di kampung tersebut adalah bertani, bercocok tanam dan berternak. Warga
setempat menanam padi dan sayur-sayuran serta berternak untuk konsumsi mereka, bukan untuk di jual.
Kampung Naga yang terletak di desa Neglasari, Kecamatan Kawalu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa
Barat, merupakan tempat bermukim masyarakat yang mempertahankan adat dan kebudayaan leluhur,
dan menghindari peralatan modern. Meskipun teknologi abad 21 menunjukkan perkembangan yang
hebat, masyarakat yang mendiami kampung di sebuah lembah di antara pegunungan dan sungai itu
mempertahankan adat yang diamanatkan leluhur mereka. Ketika di banyak tempat berbagai
kemudahan informasi, transportasi dan berbagai peralatan canggih mudah ditemui, tidak demikian di
kampung Naga.
Warga kampung Naga itu menjalankan aturan yang ada saat menjalani kehidupan sehari-hari dengan
tenteram dan damai, walaupun banyak orang modern yang kerap mengunjungi kampung mereka. Salah
satu perkembangan teknologi yang tidak dapat diterima masyarakat kampung Naga adalah jaringan
listrik. Pemerintah daerah setempat berulang kali menawarkan fasilitas tersebut, namun masyarakat
kampung Naga tetap menolak.

Sumber:
PERMASALAHAN YANG DITELITI
Hasil penelitian di desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya,
Jawa Barat, kampung Naga sebagai berikut :
1. Latar Belakang: Definisi, Budaya dan Religi
2. Sosial, Ekonomi, Mata Pencaharian
3. Aspek Makro: Tatanan Masa dan Ruang luar
4. Pengamatan Block Plan: Orientasi masa, Arsitektur Tropis
5. Pengamatan Khusus Ruang Luar
6. Tatanan Masa terpusat dan Linear
7. Konsep Ruang Dalam (Kelengkapan)
8. Struktur
1. LATAR BELAKANG
Kampung Naga di ambil dari bahasa Sunda yaitu dari kata “Nagawir = tebing”, karena
kampung Naga dikelilingi oleh tebing-tebing. Kampung Naga ini terutup dari segala aktivitas
modern serta menjaga adat istiadat dan mengikuti aturan-aturan terdahulunya. Kampung
Naga merupakan kampung adat yang masih bertahan di Indonesia selain Baduy. Sampai
saat ini kampung Naga masih menutup diri dari aktivitas modernisasi, seperti ; tidak
menggunakan listrik dalam segala aktivitasnya, serta teknologi kecuali ; Televisi dan
handphone yang di gunakan sebagai sumber informasi dan komunikasi, akan tetapi mereka
tidak menggunakan listrik, melainkan Aki sebagai pengganti listrik.
Kampung Naga ini sudah berdiri 500 tahun yang lalu, kampung ini pernah di bakar oleh DI-
TII pada tahun 1956. Seluruh rumah dan peninggalan purbakala serta buku-buku sejarah
lenyap dilahap si jago merah. Pada tahun 1957 kampung Naga di bangun kembali.
Kampung Naga dapat ditempuh dengan cara berjalan kaki 2 Km dari jalan raya, jalannya
berupa tangga yang banyaknya sekitar 439 anak tangga. Kampung Naga terdapat 2 hutan
larangan yang tidak boleh di tebang maupun di datangi oleh masyarakat dalam maupun luar
kampung Naga itu sendiri. Di kampung Naga terdapat 112 bangunan, 109 rumah dan 3
bangunan berupa Masjid, lambung padi serta balai pertemuan. Disana terdapat 314 orang
yang terdiri dari 109 kepala keluarga.
Budaya pada kampung naga sama dengan budaya kampung adat sunda lainnya, yaitu
mengutamakan gotong royong. Contohnya bergotong royong dalam membangun rumah,
dalam pekerjaan. Kaum laki-laki biasanya bekerja seperti berkebun sedangkan kaum wanita
banyak berdiam dirumah, karena mereka mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci,
membersihkan rumah dll.
Religi Masyarakat Kampung Naga adalah penganut agama Islam. Tidak ada perbedaan
dengan penganut Islam lainnya, hanya saja sebagaimana masyarakat adat lainnya, mereka
juga sangat patuh memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya. Bagi
masyarakat Kampung Naga, agama dan adat merupakan kendali dalam mengatur
kehidupan mereka. Ketaatan mereka kepada agama merupakan kewajiban yang diturunkan
leluhur mereka. Dan ini berarti juga bentuk ketaatan mereka kepada adat istiadat yang
selama ini mereka pegang teguh.
Selain itu, masyarakat kampung naga memiliki kepercayaan dalam keseharian mereka:
1. Mitos Dan Etika Padi
2. Kawasan Sakral
3. Hantu Dan Dedemit
4. Hari-hari nahas
2. SOSIAL, EKONOMI, MATA PENCAHARIAN
Sosial
Kampung Naga, yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Kawalu, Kabupaten
Tasikmalaya, Jawa Barat, merupakan tempat bermukim masyarakat yang
mempertahankan adat dan budaya leluhur, dan menghindari peralatan Modern.
Meskipun teknologi abad 21 menunjukkan perkembangan yang hebat, masyarakat yang
mendiami kampung disebuah lembah di antara pegunungan dan sungai itu
mempertahankan adat yang diamanatkan leluhur mereka. Ketika dibanyak tempat
berbagai kemudahan informasi, transfortasi, dan berbagai peralatan canggih mudah
ditemui, tidak demikian di Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga selalu mengikuti
perkembangan, tetapi mereka selalu memfilternya, mana yang dapat diterima oleh
mereka di masyarakat Kampung Naga. Aturan adat merupakan harga mati yang tidak
boleh dilanggar maupun diubah atau dicampuradukkan dengan adat dan budaya luar.
Warga kampung itu menjalankan aturan yang ada saat menjalani kehidupan sehari-hari
dengan tenteram dan damai walaupun banyak orang modern yang kerap mengunjungi
kampung mereka. Salah satu perkembangan teknologi yang tidak dapat diterima
masyarakat kampung Naga adalah jaringan Listrik. Pemerintah daerah setempat
berulang kali menawarkan fasilitas tersebut, namun masyarakat kampung Naga tetap
menolak. Menurut salah satu warga kampung Naga, penolakan itu sederhana, agar tidak
ada kecemburuan sosial di sana.
Pada orang tua di kampung itu meyakini, jika jaringan listrik masuk ke permukiman yang memiliki 112
rumah adat, diantaranya bale tempat perkumpulan dan masjid, maka kehidupa mereka akan berubah.
Keberadaan listrik dikhawatirkan perubahan gaya hidup mereka, misalnya ; rasa ingin memiliki
kebutuhan hidup yang serba canggih, listrik membuat anggota masyarakat yang memiliki uang membeli
peralatan rumah tangga yang serba menggunakan listrik, termasuk televisi berwarna. Masyarakat
kampung Naga, tidak menolak keberadaan pesawat televisi dan sebagian warga memiliki televisi untuk
sekedar mengetahui informasi dari luar. Itu pun hitam putih yang listriknya dari aki. Di kampung ini aki
diperbolehkan, kecuali listrik.
Selain menolak jaringan listrik, masyarakat kampung Naga juga menolak masuknya perlatan memasak
seperti kompor gas. Program pengalihan ke kompor gas, yang digagas pemerintah untuk mengurangi
subsidi bahan bakar, ditolak kampung itu. Warga kampung Naga mempertahankan kebiasaan memasak
dengan menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu. Bagi mereka, tungku itu merupakan
peninggalan orang terdahulu kampung Naga dalam cara memasak. Jika memasak dengan tungku ini di
tinggalkan, bagaimana kita dapat mengenalkan pada anak cucu mereka bahwa dulu itu memasak
dengan tungku. Inilah alasan mengapa mereka menolak kompor gas. Dengan itu juga, ketika malam tiba
masyarakat masih menggunakan lampu templok dan petromak, alat penerang dengan minyak tanah.
Bagi masyarakat kampung Naga, minyak tanah merupakan barang yang berharga bagi kebutuhan
hidup sehari-hari. Maka, tidak mengherankan, ketika pemerintah mencabut subsidi minyak tanah,
masyarakat adat melakukan aksi. Pada juni 2009, masyarakat kampung Naga menutup diri dari
masyarakat luar. Mereka menolak kedatangan wisatawan sampai pemerintah menyediakan minyak tanah
dengan harga terjangkau. Akhirnya, dengan kebijakan khusus dari pemerintah, kebutuhan minyak tanah
masyarakat kampung Naga, yang setiap bulannya sekitar seribu liter, terpenuhi. Tuntutan penyedian
minyak tanah itu bukan di gratiskan. Bagi mereka pantang meminta. Mereka merasa mampu membeli
minyak tanah asal harganya Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per-liter.
Warga kampung Naga merupakan penganut Islam yang taat menjalankan ibadah shalat lima
waktu dan kewajiban lainnya, seperti puasa di bulan Ramadhan, mereka membantah
pemberitaan di media massa elektronik dan cetak yang menyebutkan bahwa masyarakat
kampung Naga menunaikan shalat lima waktu hanya pada hari ju’mat. Pada sisi lain,
masyarakat adat kampung Naga tidak menghilangkan adat dan budaya leluhur dengan
mengadakan upacara ritual ke makam yang berada di hutan yang di sakralkan masyarakat.
Di makam leluhur bernama Sembeh Dalem itu biasa dilakukan ritual jiarah enam kali dalam
setahun, dengan kegiatan upacara adat di hutan larangan dan tidak sembarangan orang
dapat masuk kesana.
Kampung Naga juga terdapat rumah adat bernama Bumi Ageung, yaitu tempet benda-
benda peninggalan leluhur. Rumah itu disakralkan, hanya orang tertentu seperti kuncen dan
sesepuh yang dapat masuk. Larangan tersebut, dijaga dengan ketat, tidak ada yang boleh
melanggar tanpa terkecuali. Jika ada pengunjung yang tetap memaksa untuk melanggar,
maka mereka akan di keluarkan dari kampung Naga tersebut.
Sedangkan mengenai pendidikan, warga kampung Naga diizinkan menempuhnya hingga
pendidikan tinggi. Pendidikan menurut mereka, merupakan sesuatu yang dianggap penting
untuk kemajuan bangsa Indonesia. Dengan itu, anak-anak sekolah dari luar diizinkan
menginap untuk mengenal kegiatan siang dan malam serta mengetahui budaya di kampung
Naga.
Ekonomi & Mata Pencaharian
Pada dasarnya, perekonomian Kampung Naga ditunjang oleh lima sektor, yaitu pertanian,
peternakan, kerajinan tangan, penerjemah, dan pariwisata. Berikut ini akan dibahas
mengenai sektor-sektor utama dalam perekonomian Kampung Naga.
1. Pertanian
Pertanian adalah sektor utama perekonomian di Kampung Naga.
Berikut ini adalah beberapa rincian kegiatan pertanian di
Kampung Naga.
· Sebagian hasil padi disimpan untuk makanan sehari-hari
penduduk, dan selebihnya dijual.
· Sawah digarap sendiri.
· Harga padi Rp 300,-/kg, Rp 300.000,-/kwintal
(data pada tahun 2009).
· Sawah dimiliki secara turun-temurun.
2. Peternakan
peternakan merupakan salah satu kegiatan yang ada di Kampung Naga. Meski demikian, peternakan
bukan merupakan sektor utama perekonomian Kampung Naga.
· Hewan yang diternakkan adalah kambing dan ayam.
· Seperti halnya dalam sektor pertanian, sebagian hasil ternak dijual dan sebagian lagi untuk dimakan.
· Makanan untuk ternak dapat mereka hasilkan sendiri, yaitu rumput untuk kambing dan beras serta
jagung untuk ayam.

3. Kerajinan dan alat musik tradisional


Salah satu kegiatan ekonomi yang ada di Kampung Naga ialah
kerajinan. Selain menjadi kegiatan ekonomi, kerajinan juga merupakan
khas dari masyarakat Kampung Naga.
· Sebagian kerajinan dibuat di Kampung Naga, sebagian lain di luar.
· Kerajinan yang dibuat di Kampung Naga terbuat dari lidi dan bambu,
biasanya berupa anyaman dari bambu dan lidi.
4. Penerjemah
Meski mayoritas penduduk Kampung Naga adalah petani dan peternak, tetapi mereka juga tetap
berpendidikan (sekolah). Ada penduduk Kampung Naga yang sekolah di luar daerah, bahkan
melanjutkan sekolahnya sampai ke luar negeri. Sepulang dari luar negeri, biasanya mereka kembali ke
Kampung Naga untuk mengabdi di sana sebagai penerjemah bagi turis yang datang. Saat ini ada
empat belas orang penerjemah (data pada tahun 2009) yang bertugas memandu wisatawan asing
yang ingin mengenal seluk-beluk dari Kampung Naga

5. Pariwisata atau kampung budaya


Bisa dibilang, pariwisata adalah sektor yang secara tidak langsung menjadi andalan
perekonomian Kampung Naga selain sektor pertanian. Dahulu, wisatawan yang
datang ke Kampung Naga tidak dipungut biaya ketika datang menginap, namun
sekarang Kampung Naga telah memasang tarif.
Oleh karena itu, sebagai objek wisata dengan alam dan penduduknya, pariwisata
pun menjadi salah satu bidang penghasil uang bagi penduduk Kampung Naga.
3. ASPEK MAKRO: TATANAN MASA DAN RUANG LUAR
BATAS-BATAS WILAYAH

Utara-Timur:
Sungai Ciwulan - Hutan
Larangan

Selatan:
Sawah
Penduduk
Barat:
dan Parit
Tebing – Hutan Keramat
PEMBAGIAN DAERAH KOTOR DAN BERSIH DI KAMPUNG NAGA

Pengertian kotor dan bersih disini adalah :


Daerah bersih untuk daerah yang bersih dan kering seperti perkampungan
yang dibatasi oleh pagar anyaman bambu rangkap dua yang disebut kandang
jaga.
Daerah kotor adalah daerah yang berkaitan dengan air dan bersifat basah.
A.Daerah makam
terletak disebelah barat
kampung.

B.Daerah permukiman
terletak di dalam
kandang jaga terdiri dari
rumah penduduk dan
beberapa bangunan
umum serta bangunan
keramat.

C.Daerah yang berada


di luar kandang jaga
terdiri dari sawah,
balong, jamban dan
saung lisung.
4. PENGAMATAN BLOCK PLAN: ORIENTASI MASA,
ARSITEKTUR TROPIS
Dalam terik matahari, suasana
Orientasi bangunan pada di dalam rumah tetap sejuk
kampung naga yaitu Bubung sedangkan di malam hari suhu
atap menghadap barat-timur. ruangan tetap hangat. Ini
Rumah menghadap ke barat- dikarenakan material yg
digunakan seperti dinding
timur dengan pintu di bagian anyam yg memiliki banyak celah
utara-selatan yaitu di sisi sehingga udara bisa masuk,
panjang. selain itu rumahnya yang
berkonsep rumah panggung
Arsitektur Tropis sangat memungkinkan udara masuk
berpengaruh di Indonesia, di dari lantai melalui celah-celah
kayu lantai. Lantai palupuh pada
kampung naga arsitektur dapur memberi kesejukan di
tropis banyak digunakan, ini dapur disamping kepraktisan
untuk mencapai tujuan yaitu U dan kemudahan perawatan.
Pada Bagian dapur diberi
kenyamanan rumah dalam beberapa bukaan agar asap dari
kondisi alam yg ekstrim. tungku bisa keluar.
5. PENGAMATAN KHUSUS RUANG LUAR
Pada bagian ini kami dapat melihat secara langsung aktivitas-aktivitas yang
terbentuk di luar bangunan :
1. Area tengah kampung yaitu area dimana lokasi bale dan masjid kampung naga
berada pada pusat perkampungan dengan memiliki area lapangan luas di
depannya, lapangan luas tersebut biasa digunakan untuk berbagai aktifitas seperti
acara adat, gotong royong, kumpulan warga, penerimaan tamu, menjemur padi,
anak-anak bermain
2. area depan rumah / golodog yaitu area dimana si pemilik rumah melakukan aktifitas ringan
di bagian depan rumah seperti bersantai, bercengkrama dengan tetangga sekitar, membuat
kerajinan, selain itu pada area ini juga pada sebagian rumah digunakan untuk menyimpan
perlengkapan barang seperti alat bertani, alat berburu, alat rumah tangga,dll
3. area kotor adalah area dimana warga melakukan aktifitas mandi cuci kakus,
dengan letak area kotor tersebut berada diluar area perumahan yang membuat
warga memiliki rutinitas keluar dari pemukiman untuk mandi cuci kakus
4. Kegiatan menumbuk padi adalah suatu kegiatan yang dilakukan di luar rumah,
karena di kampung naga belum ada alat penumbuk padi modern maka kegiatan
menumbuk padi juga bisa sebagai kegiatan hiburan warga kampung naga khususnya
para kaum ibu-ibu. Karena dalam kegiatan ini tidak hanya menumbuk padi saja
tetapi sekaligus bermain musik tradisional. Biasanya kegiatan menumbuk padi ini
dilakukan di saung atau di area lahan luas
6. TATANAN POLA PERMUKIMAN TERPUSAT
DAN LINEAR
Pola pemukiman penduduk di Kampung Naga memiliki ciri khas yang tidak didapati di wilayah lainnya. Terdapat pembagian tiga
wilayah yang saling terpisah dan dibatasi oleh Jaga Kandang pada masing-masing areanya. Area pertama adalah area yang
digunakan untuk hal-hal yang sifatnya kotor seperti jamban (pacilingan), balong, kandang kambing, saung lisung dan di bagian timur
terdapat sungai Ciwulan dengan leuweung karamatnya. Kawasan hutan ini juga diyakini merupakan kawasan kotor karena merupakan
tempat bagi dedemit dan jurig yang dikalahkan dan ditempatkan di sana oleh Sembah Dalem. Area berikutnya adalah kawasan
pemukiman penduduk, kawasan ini merupakan tempat bagi penduduk Kampung Naga untuk mendirikan bangunan bumi/imah sebagai
tempat tinggal. Terdapat 113 bangunan dengan 108 rumah penduduk, sisanya adalah masjid[1], Bale Patemon[2], Bumi Ageung[3],
Leuit[4], dan Katarajuan[5]. Di area ini juga terdapat lapangan besar yang digunakan untuk menjemur padi dan tempat bermain anak-
anak. Di samping masjid terdapat lokasi bekas leuit yang ditandai dengan pagar keliling terbuat dari awi (bambu), sementara di
belakang rumah Kuncen atau di depan sebelah kanan masjid dan Bale Patemon berjarak 25 meter terdapat Peshalatan atau Depok[6]
yang juga dikelilingi oleh pagar bambu keliling tanpa pintu.
Penempatan rumah-rumah warga diatur sedemikian rupa dengan pertimbangan nilai-nilai kekeluargaan, misalnya rumah harus
berhadap-hadapan diharapkan akan terjadi interaksi yang intensif antar warga terutama ketika mereka duduk-duduk di tepas imah.
Pola bangunan rumah yang menempatkan dapur di bagian depan dengan dinding sasag[7] juga memungkinkan tetangga di depan
rumahnya mengetahui apakah tetangganya tersebut masak atau tidak sehingga jika ada tetangga yang tidak memasak karena tidak
ada persediaan lebih cepat diketahui dan bisa membantunya. Dinding sasag juga akan dengan mudah melihat dalam rumah ketika
terjadi kebakaran atau kecelakaan yang berada di rumah. Jarak antar rumah yang satu dengan rumah sebelahnya kurang lebih 1
meter, sementara jarak berhadapan antara satu rumah dengan rumah yang lainnya bervariasi, dari 2,5 meter hingga 1,5 meter.
Seluruh rumah di Kampung Naga menggunakan sistem panggung dengan jarak 60-80 cm dari permukaan tanah. Tipe rumah panggung
terbukti tahan terhadap gempa dan bebas dari gangguan binatang melata.
Area ketiga yaitu kawasan makam yang dianggap suci oleh masyarakat Kampung Naga. Lokasinya di sebelah barat pemukiman
berupa bukit kecil dengan semak belukar di sekelilingnya serta ditumbuhi pohon-pohon kecil dan sedang. Kawasan ini merupakan hutan
tertutup yang tidak sembarang orang bisa memasukinya (leuweung larangan). Kawasan ini juga disebut leuweung karamat karena
disinilah letak makam Eyang Sembah Dalem yang menjadi leluhur masyarakat Kampung Naga, selain itu terdapat pula beberapa
makam dari para pengikut beliau. Kawasan ini berada di luar pemukiman dengan batas kandang jaga dan di bagian depannya
terdapat pintu yang terbuat dari bambu.
7. KONSEP RUANG DALAM (KELENGKAPAN)
Penghormatan kepada Dewi Sri menyebabkan perletakan goah (ruang tempat menyimpan beras)
dianggap sebagai ruang utama pada sebuah rumah.
Goah diletakkan di sisi barat atau timur sesuai weton (hari lahir) dari istri.

Keterangan :
DENAH 1. Tepas : ruang tempat menerima tamu
2. Pangkeng : ruang tidur
3. Tengah imah : ruang keluarga & r.tidur anak2.
4. Pawon : dapur, tempat makan dan mengobrol.
4a. Hawu : tempat memasak/ kompor.
5. Goah : sbg ruang utama, tempat menyimpan padi & beras
6. Golodog : undakan
8. STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

Struktur dan kontruksi rumah kampung naga pada awalnya hanya berupa sambungan antar kayu yang dikaitkan
dengan teknik kayu pasak. Namun setelah terjadi penyerangan DI/TII sebagian besar rumah warga menjadi rusak,
agar lebih kokoh dari sebelumnya sehingga konstruksi bangunan menggunakan sambungan dengan paku. Selain
lebih kokoh, penggunaan paku ini juga membuat pembangunan rumah yang rusak menjadi lebih cepat.
Struktur utama dibagi 2 yaitu upper structure dan sub structure. Jika digambarkan maka kerangka struktur rumah di
Jika dijabarkan dari atas yaitu mulai dari atap, dinding, dan kampung naga ini akan terlihat seperti gambar di atas. Di
kolom berupa tiang kayu albasia 10x10cm. bagian depan terdapat teras berupa papan kayu yang
dibuat menanjak melalui beberapa anak tangga.
Sedangkan untuk sub structure jika dijabarkan yaitu lantai
berupa papan kayu, balok berupa golodog bambu, dan
pondasi umpak batu kali yang dipahat.
Cagak Gunting

Atap berbentuk julang ngapak, yaitu atap pelana Terdapat cagak gunting di ujung atap, mengarah
memanjang dengan kedua sisi yang diperpanjang sehingga ke timur dan barat dan terbuat dari bambu
berbentuk seperti sayap burung. Untuk membuat rangka berukuran 50 cm yang dilapisi ijuk. Cagak gunting
atapnya, kayu diikat dengan tali Ijuk atau tali rotan. Penutup dibuat sebagai lambang perdamaian dan
atap ada 2 lapis, lapisan yang di dalam adalah ilalang dan pelindung dari malapetaka
lapis terluar adalah ijuk.

ANYAMAN Dinding terbuat dari anyaman bambu dan papan


BAMBU kayu yang dilapisi oleh kapur. Anyaman bambu
memungkinkan adanya pertukaran udara terus
menerus. Pelapisan oleh kapur bertujuan untuk
melindungi kayu dari kelembapan udara sekitar.
Lantai berasal dari kayu albasia
yang berbentuk papan dengan
lebar kayu 15-20 cm
Menggunakan pondasi umpak/tapakan. Terbuat dari batu sungai yang
dipahat dengan tinggi ±50 cm. Ukuran bagian atas sebesar 20x20 cm,
sedangkan di bawah sebesar 30x30 cm. Pondasi ini hanya diletakan
begitu saja di atas tanah, lalu rumah langsung diletakan juga di atas
batu tersebut.

PONDASI
UMPAK

Terdapat 2 buah pintu pada fasad rumah. Pintu utama yang terbuat
dari kayu dan pintu menuju dapur yang terbuat dari sasag
(anyaman dari bambu). Pintu-pintu tersebut berukuran 175x75x4 cm
(tinggi/lebar/tebal).

Sedangkan jendela berukuran 60x40 cm (tinggi/lebar). Beberapa


jendela sudah menggunakan kaca.
KESIMPULAN
Kampung Naga merupakan perkampungan tradisional dengan luas areal kurang lebih 1,5 ha. Kampung Naga
secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi
Jawa Barat. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga
dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung
Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan disebelah utara dan timur dibatasi oleh
sungai Ciwulan.
Di luar itu semua, Kampung Naga pasti akan menyuguhkan nuansa lain dari Wisata Budaya manapun.
keberadaan kampung Naga ibarat oase pada jaman yang semakin memiskinkan nilai-nilai. Kampung Naga
sampai saat ini merupakan benteng bagi nilai-nilai tradisi dan kearifan budaya masyarakatnya.
Arus modernisasi tidak bisa dihindari, cepat atau lambat pasti mempunyai pengaruh dan menimbulkan berbagai
perubahan kehidupan sosial, tidak terkecuali di pelosok desa terpencil sekalipun dan kampung naga juga yang
dulunya tidak pernah tersentuh arus modernisasi sekarang sudah terlihat adanya arus modernisasi mulai tumbuh
di berbagai bidang di kehidupan masyarakat kampung naga yaitu bidang mata pencaharian, bidang
pendidikan, bidang teknologi, bidang kesenian, bidang bahasa, dan bidang perilaku, pakaian dan alat
keseharian. Bahkan yang paling menonjol adalah Saat ini,kehidupan masyarakat Kampung Naga sudah sangat
dekat dengan kehidupan moderen. Buktinya, ketika memasuki kawasan Kampung Naga, kita bisa melihat
beberapa antene TV menjulang tinggi. Beberapa rumah sudah memiliki TV, dan radio serta telepon genggam.
SARAN
Kampung Naga tentunya telah berusaha keras untuk mempertahankan tradisi adat
istiadatnya di tengah arus globalisasi dan mereka telah membuktikan bahwa dirinya
mampu. Sekarang adalah kita untuk turut serta melestarikan kebudayaan mereka
dan kebudayaan Nusantara lainnya dengan memperkenalkannya kepada generasi –
generasi secara turun temurun karena kebudayaan – kebudayaan inilah yang telah
memperkaya khasanah budaya Indonesia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai