Anda di halaman 1dari 29

REFLEKSI KASUS

Gizi Buruk pada Anak


dengan Infeksi HIV/AIDS

A.A.A. Listya Samanta Dharma / 1871121035


PEMBIMBING : DR. dr. A. A. Oka Lely, Sp.A
TEORI
Gizi buruk  suatu keadaan dimana status gizi BB/TB dengan
Z-score <-3 maupun dengan tanda – tanda klinis berupa marasmus,
kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.

AIDS  infeksi yang disebabkan oleh HIV yang menyebabkan suatu


penyakit yang menyerang sel – sel kekebalan tubuh.

Penelitian Jama (2015) sebagian besar anak yang terinfeksi HIV


mengalami penurunan nafsu makan, malabsorbsi, kehilangan zat gizi
(diare)  mempengaruhi status gizi mereka melalui peningkatan REE
(Resting Energy Expenditure) dan perubahan metabolik yang komplek
 berujung pada penurunan berat badan dan wasting.
Epidemiologi
 85% penularan AIDS melalui transmisi vertical
 Di dunia (2011)  3,4 juta anak hidup dengan HIV/AIDS
(390ribu kasus baru dan 250 ribu kematian karena AIDS)
 Di Indonesia  kasus AIDS mencapai 2.247 anak dan Jakarta
menduduki peringkat pertama kasus HIV
 Di Indonesia (2010) prevalensi gizi buruk 8,8% dari
76.178 balita.
 Penelitian di India oleh Jaya (2015)  anak yang terinfeksi HIV
berusia 1,5 – 15 tahun selama 12 bulan  bahwa keadaan
asupan energinya sangat kurang.
Manifestasi Klinis
AIDS Gizi Buruk
tipe Marasmik

 Wajah ”old man”


 Tidak terlihat lemak dan otot
dibawah kulit
 Gangguan pencernaan
 Pembesaran hati
 Sering rewel
Diagnosis

Anamensis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang
Perjalanan penyakit anak yang terinfeksi HIV memiliki beberapa
perbedaan dengan orang dewasa:
(1) progresifitas penyakit lebih cepat pada anak
(2) anak mempunyai jumlah virus yang lebih banyak dibanding orang dewasa
(3) infeksi oportunistik sering muncul sebagai penyakit primer dengan perjalanan
penyakit yang lebih agresif karena berkurangnya status imunitas tubuh.

Infeksi oportunistik  oral candidiasis menyebabkan anak tidak mengkonsumsi makanan


dalam jumlah cukup.
Obat ARV  mengurangi nafsu makan karena dapat mengubah rasa makanan dan
mengganggu penyerapan makanan.

Ibu dengan HIV positif :


a. menyusui (mother-to-child-transmission)
b. tidak menyusui (bayi menjadi kurang gizi).
Konseling diharapkan dapat sehingga tidak memperburuk status gizinya.
Umumnya gizi buruk yang terjadi pada anak dengan infeksi HIV tergolong tipe
marasmik – kwashiorkor. Kondisi dimana terjadi defisiensi baik kalori maupun
protein, dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan
dan biasanya dehidrasi.

Penelitian Hana (2014)  tidak semua anak dengan infeksi HIV mengalami gizi
buruk tipe marasmik – kwashiorkor, dalam penelitiannya didapatkan gizi buruk
tipe marasmik yang dominan terjadi pada anak dengan infeksi HIV.
KASUS
IDENTITAS PASIEN

Identitas Pasien
Nama : NPP
Usia : 1 tahun 5 bulan
Jenis kelamin : Laki - Laki
Alamat : Br. Blahpande Kelod Sidan Gianyar
Agama : Hindu
Suku/bangsa : Bali/Indonesia
No. RM. : 654819
Tanggal MRS. : 27/06/2019
Ruang : Abimanyu
Penanggung jawab : dr. Putu Triyasa, Sp. A
ANAMNESIS (HETEROANAMNESIS)

Keluhan Utama : Mencret yang berlangsung lama.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poli Anak RSUD Sanjiwani pada tanggal 27 Juni 2019 dengan
keluhan mencret yang berlangsung lama kurang lebih 1 bulan. Frekuensi BAB > 10 kali
setiap harinya, bersifat cair, dengan jumlah ± ¼ gelas setiap kalinya, tanpa disertai
lendir dan atau darah. Selama sakit, pasien sulit minum karena muntah dan ruam pada
mulut sehingga berat badan pasien menurun sebanyak 1000 gram. Sebelum sakit
pasien memang susah makan dan ketika sakit nafsu makan pasien tambah menurun
dan asupan nutrisi hanya dari susu formula. Selain itu pasien juga mengalami muntah
setiap minggu dalam 1 bulan terakhir. Dalam sehari pasien mampu minum sekitar
800 ml. Keluhan ini disertai demam yang menetap. Sejak lahir pemberian ASI hanya
sampai 3 bulan karena ibu mulai bekerja. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat
untuk mengobati keluhannya selama ini.
ANAMNESIS (HETEROANAMNESIS)

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien mengalami ruam pada mulut, sekitar 2 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Ayahnya meninggal saat pasien berusia 6 bulan, penyebab kematian tidak diketahui.
Kondisi terakhir saat hidup kurus, penuh tato, meminum minuman beralkohol, dan
mengkonsumsi rokok.

Riwayat Lingkungan, Sosial, Pribadi :


Pasien lahir spontan segera menangis, BBL lupa, PB lupa.
Sebelum sakit pasien memang susah makan dan ketika sakit nafsu makan pasien
tambah menurun dan asupan nutrisi hanya dari susu formula. Dalam sehari pasien
mampu minum sekitar 800 ml.berat badan pasien menurun sebanyak 1000 gram.
Sejak lahir pemberian ASI hanya sampai 3 bulan karena ibu mulai bekerja. Pasien
tidak pernah mengkonsumsi obat untuk mengobati keluhannya selama ini.
Riwayat Lingkungan, Sosial, Pribadi

Riwayat Imunisasi :
Pasien imunisasi sesuai jadwal di Puskesmas.

Riwayat Nutrisi
ASI : 0 – 2 tahun
Bubur susu: : 6 bulan – 9 bulan
Nasi tim : 9 bulan – 12 bulan
Makanan Dewasa : 12 bulan – sekarang
Riwayat Lingkungan, Sosial, Pribadi

Riwayat Tumbuh Kembang :


Tangan dan kaki bergerak aktif : 1 bulan
Mengangkat kepala ketika tengkurap : 2 bulan
Menegakkan kepala : 3 bulan
Membalik badan : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : belum bisa
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK

Status Present
• Kesadaran : Compos Mentis
• Laju Nadi : 110 kali/menit
• Laju Nafas : 28 kali/menit
• Suhu axilla : 37,5oC
• Berat badan : 6 kg
• Tinggi badan : 69 cm
Status Gizi
Berat Badan : 6 kg
Berat Badan Ideal : 12 kg
Tinggi Badan : 69 cm
Status Gizi berdasarkan CDC :
BB/U : (-3)SD-(-1)SD
TB/U : (-2)SD-(0)SD
IMT/U : (-3)SD-(-1)SD
Status Gizi menurut Waterlow : 66,7% (Gizi Buruk)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kepala : Normochepali
Mata : Anemis -/- ikterus -/-
Bibir : Sianosis (-), Kering (+)
THT
Telinga : Sekret (-)
Hidung : Sekret (-), NCH (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), Tonsil T1/T1, ruam (+), lidah papil atropi (+)
Thoraks : Simetris (+), retraksi (-)
Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Paru : Ves +/+, Rho -/-, Wh -/-
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Hepar-Lien tidak teraba
Perkusi : Timfani
Ekstremitas : Hangat, atrofi otot
Kulit : turgor ↓, CRT < 3 detik, kering
Gluteus : baggy pants
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Lengkap: 27/06/19

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Keterangan

Leukosit 20,0 4,0-10,0 


Limfosit 63,3 20,0-65,0 N

Hemoglobin 8,9 11,0-16,0 


Hematokrit 29,5 37,0-54,0 
Trombosit 353 150-450 N
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Lengkap: 4/08/19

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Keterangan

Leukosit 20,82 4,0-10,0 


Limfosit 81,6 20,0-65,0 
Hemoglobin 8,3 11,0-16,0 
Hematokrit 24,7 37,0-54,0 
Trombosit 218 150-450 N
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kimia darah : 27/06/19

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Keterangan

Ureum 10 18 - 55 

Creatinin 0,3 0,7 – 1,2 

SGOT 55 <35 
SGPT 28 <41 N

Pemeriksaan Antibodi HIV : Reaktif

Sedimen urin didapatkan eritrosit 1 – 3, lekosit 2-4, epitel (+)


Diagnosis
Diare kronis + Gizi buruk tipe marasmik kondisi 3 fase stabilisasi +
HIV Infection Stadium 3

Penatalaksanaan

• Pemberian 50ml larutan gula pasir


• 2 jam berikutnya diberikan resomal 30ml tiap 30 menit per oral/sonde
• 10 jam berikutnya resomal 30 ml selang – seling dengan pemberian F75
tiap 1 jam, F75 65ml tiap 2 jam
• Paracetamol 3 x 0,6ml
• Kotrimoxazole 2 x ½ cth
• Zinc syrup 1 x cth 1
• Rencana pemberian antiretroviral lini pertama
PEMBAHASAN
KASUS
Teori Kasus

Definisi
Gizi buruk adalah suatu keadaan tubuh
dimana keadaan gizi berdasarkan ukuran
antropometri (BB/TB) yaitu dengan
Z- score <-3 dan atau dengan tanda – Pada pasien NPP, laki-laki, 1 tahun 5 bulan,
tanda klinis berupa marasmus, datang dengan keluhan mencret sejak 1
kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor. bulan dan sudah menderita gizi buruk yang
Acquired Immunodeficiency Syndrome didahului oleh infeksi HIV.
(AIDS) adalah infeksi yang disebabkan
oleh Human Immunodeficiency Virus Dari kasus didapatkan kesesuaian
(HIV) yang menyebabkan suatu penyakit
dengan teori.
yang menyerang sel – sel kekebalan
tubuh.
Teori Kasus

Epidemiologi
Tahun 2010 di Indonesia, prevalensi balit
a penderita gizi buruk yang terinfeksi HIV
yaitu 8,8% dari 76.178 balita. Penelitian di
RSUP Adam Malik, Medan (2012) menunj • Pasien warga negara Indonesia, berusia 1 t
ukan anak terinfeksi HIV berusia 0 – 60 b ahun 5 bulan, keluhan diare kronis dan me
ulan mengalami kandidiasis mulut 34%, di ngalami kandidiasis mulut, hasil pemeriksa
ikuti diare berkepanjangan 26,4%.5,6 Kelai an antibodi HIV reaktif.
nan atau gejala yang muncul biasanya ta
mpak pada umur 1 tahun (23 %) sampai
dengan 4 tahun (40 %). Dari kasus didapatkan kesesuaian
dengan teori.
Teori Kasus

Gejala klinis
Salah satu faktor yang bertanggung jawa
b atas kekurangan gizi pada orang yang t
erinfeksi HIV adalah berkurangnya nafsu
makan, akibat infeksi oportunistik dan sin • Pada pasien mengalami infeksi oportunistik berup
drom wasting yang umum terjadi pada or a diare kronis dimana akan terjadi penurunan asu
pan makanan, penurunan penyerapan nutrisi, dan
ang yang terinfeksi HIV. Infeksi oportunisti peningkatan kebutuhan nutrisi. disamping itu kan
k yang sering muncul pada pasien anak H didiasis mulut juga menyebabkan terjadinya penu
IV adalah diare dan oral kandidiasis. runan nafsu makan yang berujung pada penuruna
n berat badan.8.9 Hal ini telihat pada kasus, diman
a pasien mengalami diare yang berlangsung sela
ma 1 bulan dan kandidiasis mulut, berat badan pa
sien mengalami penurunan sebanyak 1000 gram
dengan status gizi 66,7% (gizi buruk)..

Dari kasus didapatkan kesesuaian


dengan teori.
TERIMA
KASIH
DAFTAR PUSTAKA

1. Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI
Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Situasi dan Analisis HIV AIDS di Indonesia.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
3. Jama, A.D. 2015. Assesment of Dietary Intake and Nutritional Status of Children (Under Five
Years) Who Are HIV Positive Attending The Aids Support Organization (TASO) Entebbe.
Kampala, Uganda: Makere Unviersity
4. Rizni. 2016. Anak Perempuan usia 3 tahun dengan malnutrisi dan Infeksi HIV. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung. J Medulla Unila Volume 4 Nomor 3 hal 133-137
5. Ratridewi. 2017. Evaluasi Jumlah Sel T-CD4 dan Berat Badan Anak dengan HIV/AIDS yang
mendapatkan Anti Retro Virus Lini Pertama di Rumah Sakit dr. Saipul Anwar Malang. Sari
Pediatri, 276-281
6. Hubungan Antara Kategori Imunodefisiensi dengan Diare pada Anak dengan HIV/AIDS.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang : Jawa
Timur.
DAFTAR PUSTAKA

7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan anak gizi buruk buku I-
II. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
9. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2011. Standar antropometri penilaian status gizi anak. Jakarta: Direktorat Jenederal
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI
10. Trehan I, Goldbach HS, LaGrone LN, Meuli GJ, Wang RJ, Maleta M, et al. 2013. Antibiotics as
part of the management of severe acute malnutrition. N Engl Med [internet]. [diakses tanggal 2
4 Juli 2019];368:425-35. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23363496
11. Miller, T.L., Cushman, L.L., 2011. Gastrointestinal Complications of Secondary
Immunodefiency Syndromes. Dalam: Willie, R., Hyams, J.S., Kay, M., (Eds)., Pediatric
Gastrointestinal and Liver Disease 4th Ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; hlm. 447–461.

Anda mungkin juga menyukai