Keluhan Utama:
penurunan kesadaran setelah mengalami kecelakaan tunggal 1 jam SMRS
Pasien datang ke IGD RS Husada dengan penurunan kesadaran
setelah mengalami kecelakaan tunggal. Penuruan kesadaran muncul
secara tiba-tiba setelah jatuh dari motor . Pada saat kecelakaan
pasien membawa kendaraan sendiri dan menggunakan helm, tetapi
helm tidak hancur. Tidak ada yang mengetahui bagaimana
mekanisme kecelakaan. Menurut polisi setelah kejadian hidung dan
mulut pasien mengeluarkan darah serta pasien sempat kejang
ditempat kejadian, Saat di IGD pasien. tidak sadar dengan mata
tertutup tidak terlihat gelisah. Terdapat memar dimata sebelah kiri.
Tidak terlihat adanya luka disekitar telinga depan dan belakang.
Adanya telinga denging disangkal oleh pasien.
Sebelum tragedi kecelakaan tersebut, pasien sedang sedang
membawa motor dalam perjalanan pulang ke rumah. Satu hari SMRS,
keluarga pasien mengatakan pasien masih beraktivitas dengan
normal, Pasien tidak lemas, Pasien juga tidak mengalami sakit kepala
ataupun pusing berputar. Menurut pengakuan keluarga pasien,
pasien tidak pernah mempunyai riwayat strokel. Keluarga pasien
juga mengatakan pasien memiliki kebiasaan untuk merokok setiap
harinya. Sebelum kecelakaan pasien juga tidak minum alkohol.
Hipertensi (-)
DM (-)
Jantung (-)
Sesak nafas (-)
Alergi (-)
Penyakit ginjal (+)
Keadaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : somnolen E2V3M5
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Denyut nadi : 86x/menit
Frekuensi napas : 22x/menit
Suhu : 36.5 oC
Kepala : Normocephali.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Pupil isokor, diameter 4mm/4mm. pada mata kiri terdapat hematom, dengan
bola mata simetris kanan dan kiri, battle sign (-) racoon eye (-)
Tenggorokan : Tidak hiperemis, T0-T0
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid
Tidak ada deviasi trakea, Tidak ada distensi v.jugularis
Dada : Pergerakan dada statis dan dinamis simetris
Jantung : BJ I dan II murni regular, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : Suara napas vesikular, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen : supel, BU (+) normal, pembesaran hepar dan lien (-)
Alat Kelamin : Tidak dilakukan
Kepala
Bentuk : Normocephali
Nyeri tekan : Ada, dibagian pelipis kiri dekat kelopak mata
Simetris : Simetris
Leher
Sikap : Simetris
Pergerakan : Tidak ada kelainan
Tanda rangsang meningeal :
Kaku kuduk : tidak diperiksa
Brudzinsky 1 dan 2 : (-)
Status psikikus
Cara berpikir : sulit dinilai
Orientasi : sulit dinilai
Perasaan hati : sulit dinilai
Tingkah laku : saat di IGD pasien hanya diam
Ingatan : amnesia (-)
Kemampuan Bicara : Baik, Disfonia (-), Disartria (-)
N I. (Olfaktorius) Kanan Kiri N III. (Okulomotorius)
Subjektif Tidak dilakukan Tidak dilakukan Kelopak mata:
Dengan bahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Ptosis Tidak ada Sulit dinilai
N II. (Optikus) Gerakan bola mata:
Tajam penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Superior Baik Sulit dinilai
Lapangan penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Inferior Baik Sulit dinilai
Melihat warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan Medial Baik Sulit dinilai
Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan Endoftalmus - -
Pupil:
Eksoftalmus - -
Diameter 4 mm 4 mm
Strabismus - -
Bentuk Isokor Isokor
Nistagmus - -
Posisi Ditengah Ditengah
Reflex konversi - -
Reflex cahaya langsung + +
Reflex cahaya tak + +
langsung
N IV. (Troklearis)
Gerakan bola mata: N VII. (Fascialis)
Medial bawah Baik Sulit dinilai Mengerutkan dahi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Strabismus - - Kerutan kulit dahi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diplopia Tidak ada Sulit dinilai Menutup mata Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lipatan nasolabial Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N V. (Trigeminus)
Sudut mulut Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Membuka mulut Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Meringis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mengunyah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Memperlihatkan gigi Simetris Simetris
Menggigit Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Menggembungkan pipi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflex kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Perasaan lidah bagian Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak diakukan
2/3 depan
N VI. (Abduscens)
Pergerakan mata ke Baik Sulit dinilai
lateral
N VIII.
(Vestibulokoklear)
Suara berisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne
N IX. (Glossofaringeus) Tidak dilakukan Tidak dilakukan N XI. (Asesorius)
Perasaan bagian lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan Mengangkat bahu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Epidemiologi
Riskesdas 2013 adalah 8,2%.
keras
Derajat kerusakan tergantung pada kuatnya benturan dan arahnya, kondisi kepala yang
Cedera sekunder disebabkan oleh siklus pembengkakan dan iskemia otak yang
menyebabkan timbulnya efek kaskade, yang efeknya akan merusak otak.
Tipe-tipe dari fraktur tidak hanya tergantung dari kecepatan pukulannya, tetapi yang lebih
penting ditentukan oleh besar permukaan objek yang mengenai tengkorak
Menurut Gurjian, ciri khas biomekanik dari coup contra coup dan contusio adalah sebagai
berikut :
1. Coup contusio disebabkan oleh efek langsung dari tulang yang membentur
2. Contra coup contusio disebabkan oleh gerakan otak terhadap permukaan tulang yang tidak
rata
3. Bila kepala relatif diam, benturan langsung menyebabkan coup lesi tanpa contra coup efek
4. Bila kepala bebas bergerak, benturan pada kepala menyebabkan lesi contra coup tanpa lesi
coup.
1. Patologi: Komosio serebri, Kontusio serebri, Laserasio serebri
Commusio cerebri atau gegar otak merupakan keadaan pingsan yang berlangsung
kurang dari 10 menit setelah trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan
otak. Pasien mungkin akan mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah dan pucat
Contusio apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah
(kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak,
menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi
apabila otak menekan tengkorak. Contusio cerebri sering terjadi di lobus frontal dan
lobus temporal, walaupun dapat juga terjadi pada setiap bagian dari otak. Contusio
cerebri dapat terjadi dalam waktu beberapa jam atau hari, berubah menjadi
perdarahan intraserebral yang membutuhkan tindakan operasi
1. Lokasi lesi: Lesi diffuse, Lesi kerusakan vaskuler otak,
Laserasi dan abrasi menjadi penanda penting untuk menentukan tempat terjadinya
Laserasi scalp hal penting yang harus diperhatikan karena menjadi jalur masuk
CT-Scan otak.
Penanganan cedera otak primer
Mencegah dan menamgani cedera otak sekunder
Optimalisasi metabolisme otak
Rehabilitasi
A: Airway (jalan nafas).
B: Breathing (pernafasan).
C: Circulation (sirkulasi).
D: Disability .
E: Laboratorium.
F: Manajemen Terapi.
PENATALAKSANAAN
Survei Primer menstabilkan kondisi pasien
>30 cc pada daerah fossa posterior dengan tanda-tanda penekanan batang otak
EDH progresif
SDH luas (>40 cc / >5 mm) dengan GCS >6, fungsi batang otak masih baik
SDH dengan edema serebri / kontusio serebri disertai midline shift dengan fungsi
operasi dekompresi
Kasus Ringan (Simple Head Injury)
Pemeriksaan status umum dan neurologi
Perawatan luka-luka
Pasien dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh keluarga selama 48 jam. Bila
selama di rumah pasien cenderung mengantuk, sakit kepala yang semakin berat,
dan muntah proyektil, maka pasien harus segera kembali ke rumah sakit
Pasien perlu dirawat apabila ada gangguan orientasi (waktu dan tempat), sakit
kepala dan muntah, tidak ada yang mengawasi di rumah dan letak rumah jauh atau
sulit untuk kembali ke RS
Tujuan yang paling utama dari tatalaksana trauma kapitis tertutup harus maksimal
terhadap proses fisiologis dari perbaikan otak itu sendiri.
Kritikal (SKG 3-4): Perawatan di Unit Intensif Neurologi (Neurological ICU) / ICU
Trauma kapitis sedang dan berat (SKG 5-12):
Lanjutkan penanganan ABC
Pantau tanda vital (suhu, pernapasan, tekanan darah, nadi), pupil, SKG, gerakan
ekstremitas, sampai pasien sadar (pantauan dilakukan tiap 4 jam, lama pantauan
sampai pasien mencapai SKG 15). Dijaga jangan terjadi kondisi sebagai berikut:
Tekanan darah sistolik <90 mmHg
Suhu >38˚C
Frekuensi nafas >20 kali/menit
Cegah kemungkinan terjadinya tekanan tinggi intrakranial, dengan cara:
Posisi kepala ditinggikan 30o
Bila perlu dapat diberikan Manitol 20% (hati-hati kontraindikasi). Dosis awal
1gr/kgBB dalam waktu 1/2-1 jam, drip cepat, dilanjutkan pemberian dengan dosis
0,5 g/kgBB drip cepat, 1/2-1 jam, setelah 6 jam dari pemberian pertama dan 0,25
g/kgBB drip cepat, 1/2-1 jam, setelah 12 jam dan 24 jam dari pemberian pertama
Berikan analgetika dan bila perlu dapat diberikan sedasi jangka pendek
Atasi komplikasi:
Kejang: Profilaksis OAE selama 7 hari untuk mencegah immediate dan early seizure
pada kasus risiko tinggi
Infeksi akibat fraktur basis kranii / fraktur terbuka: Profilaksis antibiotika sesuai
dosis infeksi intrakranial selama 10-14 hari.
Gastrointestinal – Perdarahan lambung
Demam
DIC: Pasien dengan trauma kapitis tertutup cenderung mengalami koagulopati
akut
Pemberian cairan dan nutrisi adekuat
Roboransia, neuroprotektan (Citicoline), nootropik sesuai indikasi
Trauma kapitis ringan (Komosio serebri): Dirawat 2x24 jam, tidur dengan posisi
kepala ditinggikan 30o, obat-obat simptomatis (analgetik, anti emetik, dan lain-lain)
sesuai indikasi dan kebutuhan
Peninggian TIK terjadi
- edema serebri
- Vasodilatasi
- hematom intrakranial atau hidrosefalus
Untuk mengukur turun naiknya TIK sebaiknya dipasang monitor TIK.
TIK yang normal adalah berkisar 0-15 mmHg, diatas 20 mmHg sudah harus diturunkan dengan
urutan sebagai berikut :
1. hiperventilasi
2. Drainase
3. Terapi diuretik
DRAINASE
Drainase ventrikular
Ventrikulo peritoneal shunt, misalnya bila terjadi hidrosefalus
Cara pemberiannya : Bolus 10 mg/kgBB/iv selama 0,5 jam dilanjutkan 2-3
mg/kgBB/jam selama 3 jam
lalu pertahankan pada kadar serum 3-4 mg%, dengan dosis sekitar 1
mg/KgBB/jam.
Setelah TIK terkontrol, 20 mmHg selama 24-48 jam, dosis diturunkan bertahap
selama 3 hari
STEROID
Untuk mengurangi edema serebri pada tumor otak
Kejang (early dan late onset seizure) diberi profilaksis fenitoin dengan dosis
3x100 mg/hari selama 7-10 hari.
Infeksi
Demam
Gastrointestinal
Gelisah
Prognosis pasien cedera kranioserebral bergantung pada banyak faktor, antara
lain umur, beratnya cedera berdasarkan klasifi kasi GCS dan CT scan otak,
komorbiditas, hipotensi, dan/atau iskemia serta lateralisasi neurologik.
Nutrisi yang tidak adekuat dapat memperburuk luaran.
Hal yang perlu juga diperhatikan adalah adanya amnesia pascacedera yang
menetap lebih dari 1 jam, fraktur tengkorak, gejala neuropsikologik (salah satu
caranya dengan pemeriksaan MMSE) atau
gejala neurologik saat keluar dari rumah sakit, yang akan memberikan problem
gejala sisa lebih sering dibandingkan mereka yang keluar tanpa adanya gejala-
gejala tersebut
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis
Penatalaksanaan
Prognosis