Anda di halaman 1dari 61

REFERAT MEDIASI KESEHATAN

Diah Pitaloka Kusumaningrum 22010118220136


Sari Satya Febriani 22010118220069
Nada klarisa 22010118220
Faradilla Nadya B 22010118220
Maria Yunita Priska 1765050220
Enda 1965050092
Wahyu Bintara Putra 1710221102

Dosen Penguji :
dr. Sigid Kirana, Sp. FM, MSi, Med

Residen Pembimbing :
dr. Marlion Anthonius EL
dr. Chotimah
1.
LATAR
MEDIASI
BELAKANG KESEHATAN

2
LATAR BELAKANG
• muncul karena tidak harmonisnya
Sengketa
hubungan dokter atau Rumah Sakit
Medis
dengan pihak pasien

• bermula pada kesenjangan persepsi dan


kepentingan antara pasien dan pihak
pemberi layanan kesehatan (dokter atau
Rumah Sakit) dan sering berujung pada
penyelesaian dalam bidang hukum

3
PROSES PENYELESAIAN SENGKETA

NON
LITIGASI
LITIGASI

4
LITIGASI (PENGADILAN)

membuat posisi para pihak yang


bersengketa menjadi bersebrangan,
layaknya orang yang berseteru

5
Kurang menguntungkan :
• adanya beban pembuktian,
• lamanya proses,
• sidang pengadilan yang terbuka
untuk umum sementara kerahasian Risiko lain :
merupakan hal yang diutamakan, • Adanya gugatan balik atas
• putusan pengadilan yang bersifat pencemaran nama baik,
win lose solution cenderung akan • makin memburuknya citra
pengadilan dalam
meregangkan hubungan kedua belah menegangkan keadilan
pihak dalam kebenaran,
mendorong masyarakat
untuk mencari pilihan
penyelesaian sengketa
lainnya.
6
NON LITIGASI

▣ Dalam UU No. 30/ 1999 tentang


Arbitase dan Alternatif Penyelesaian
sengketa terdapat beberapa alternative
penyelesaian sengketa, yakni negoisasi,
mediasi, konsiliasi dan arbitrase
▣ Mediasi sebagai salah satu alternative
penyelesaian sengketa diluar pengadilan
sudah lama dipakai dalam
menyelesaikan berbagai perselisihan

7
Keuntungan Mediasi

 bersifat luwes, sukarela, cepat, murah,


sesuai kebutuhan, netral, rahasia
didasari dengan hubungan baik,
memperbaiki komunikasi antara para
pihak yang bersengketa, membantu
melepaskan kemarahan terhadap pihak
lawan, meningkatkan kesadaran akan
ketakutan dan kelemahan posisi masing
masing pihak

8
Epidemiologi

▣ Akan tetapi, Sekertaris Pusat Mediasi Indonesia, Sekolah Pascasarjana UGM,


drg. Suryono, S.H.Ph.D menyebutkan bahwa penyelesaian kasus sengketa di
Indonesia dengan mediasi masih dibawah angka 5 %

▣ Namun karena rendahnya pemahan tentang nilai luhur dalam kehidupan


menjadikan konflik diserahkan---------ke pengadilan

▣ Jauh berbeda dengan Jepang , setidaknya 60-70 % kasus sengketa


diselesaikan melalui mediasi

9
BAB II.
Tinjauan Pustaka
10
Definisi sengketa dalam kesehatan

Sebuah konflik dapat konflik dapat berubah sebuah konflik antara


berkembang menjadi atau berlanjut menjadi pasien dengan dokter
sengketa apabila sengketa atau Rumah Sakit
pihak yang merasa yang tidak
dirugikan telah terselesaikan akan
menyatakan rasa tidak berubah menjadi
puasnya atau sengketa kesehatan
keprihatinannya baik
secara langsung
kepada pihak yang
dianggap sebagai
penyebab kerugian
11
atau kepada pihak lain
Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor
29 Tahun 2004 tentang Praktek kesehatan

bahwa sengketa kesehatan


adalah sengketa yang terjadi
karena kepentingan pasien
dirugikan oleh tindakan dokter
atau dokter gigi yang
menjalankan praktik kedokteran.

12
Definisi sengketa dalam kesehatan

Sebuah konflik dapat konflik dapat berubah atau


berkembang menjadi sengketa berlanjut menjadi sengketa
apabila pihak yang merasa
dirugikan telah menyatakan
rasa tidak puasnya atau
keprihatinannya baik secara
langsung kepada pihak yang
dianggap sebagai penyebab
kerugian atau kepada pihak
lain
13
 Komunikasi Dokter/Rumah
Sengke
Sakit.
ta
 Penanganan Medis.
Medis
 Pelayanan Rumah
Dapat
 Catatan medis
muncul
karena hal-
hal
sebagai
berikut:
(antara
lain)
Definisi Mediasi

15
Definisi mediasi

mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa antara


dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara
mufakat dengan bantuan pihak netral yang tidak memiliki
kewenangan memutus. Pihak netral tersebut mediator
dengan tugas memberikan bantuan procedural dan
substansial.

16
Definisi mediasi

▣ penyelesaian ▣ Para pihak ▣ Mediator tidak


sengketa melalui meminta bantuan memiliki
perundingan pihak lain yang kewenangan
berdasarkan bersifat tidak memutus, tetapi
pendekatan memihak yang hanya membantu
mufakat atau disebut mediator para pihak yang
konsensur para bersengketa
pihak dalam mencari
penyelesaian
yang dapat
diterima para
pihak
17
Definisi mediasi

Non ligitasi
• Mediasi
ligitasi • Negosiasi
• Konsilisasi
• arbitrasi

18
DASAR HUKUM
MEDIASI
Dasar hukum penerpan mediasi di Indonesia merupakan salah satu
dari sistem ADR (Administrative Alternative Dispute Resolution)
yaitu sebagai berikut :
Pancasila dan UUD 1945
disiratkan dalam filosifinya bahwa asas penyelesaian sengketa adalah musyawarah
untuk mufakat
Pasal 130 HIR, pasal 154 RBG
Tentang Lembaga perdamaian, dimana hakim wajib terlebih dahulu mendamaikan
para pihak yang berperkara sebelum perkaranya diperiksa
Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan
Mediasi pada undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan dimuat dalam
pasal 29, yaitu : “ dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam
menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlibih dahulu
melalui mediasi”.
Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
(Pasal 1 angka 10 – APS adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat
melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian sengketa di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi mediasi konsiliasi atau penilaian ahli.
Dasar hukum penerpan mediasi di Indonesia merupakan salah satu
dari sistem ADR (Administrative Alternative Dispute Resolution)
yaitu sebagai berikut :

Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup
UU ini mengatur penggunaan mediasi sebagai cara penyelesaian sengketa
lingkungan hidup. Pada pasal 83 ayat (3) dinyatakan “ dalam penyelesaian sengketa
lingkungan hidup diluar pengadilan dapat digunakan jasa mediator dan/ atau arbiter
untuk menyelesaikan sengketa lingkungan hidup”. Dengan demikian UU No. 32
tahun 2009 mengatur secara garis besar penggunaan tiga cara penyelesaian
sengketa di luar pengadilan, yaitu negosiasi, mediasi dan arbitrase

PERMA No. 02 Tahun 2003 tentang Prosedur MEDIASI DI PENGADILAN


PERMA No. 01 Tahun 2008 tentang Prosedur MEDIASI DI PENGADILAN
PERMA No. 01 Tahun 2016 tentang Prosedur MEDIASI DI PENGADILAN
Landasan faktual lahirnya PERMA No.01 Tahun 2008 antara
lain :

Bahwa pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan dapat


menjadi salah satu instrumen efektif mengatasi masalah penumpukan perkara
di pengadilan serta memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga
pengadilan dalam penyelesaian sengketa disamping proses pengadilan yang
bersifat memutus (ajudikatif).
Bahwa setelah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Prosedur Mediasi di
Pengadilan berdasarkan PERMA No. 02 Tahun 2003 ternyata ditemukan
beberapa permasalahan yang bersumber dari Peraturan Mahkamah Agung
tersebut, sehingga PERMA No. 02 Tahun 2003 perlu direvisi dengan maksud
untuk lebih mendayagunakan mediasi yang terkait dengan proses berperkara di
Pengadilan.
Berdasarkan hasil pemantauan pelaksanaan mediasi sejak berlakunya PERMA No.
02 Tahun 2003, September 2003 hingga Desember 2004 di empat Pengadilan
tingkat pertama, berdasarkan hasil laporan IICT (International Institut for Conflict
Transformation) memperlihatkan bahwa tingkat keberhasilan Mediasi rendah yaitu
kurang dari 10 % dari jumlah perkara yang masuk.
Disamping itu terdapat kelemahan-kelemahan normatif pada PERMA No. 02
22
Tahun 2003 yang membuat PERMA tidak mencapai sasaran maksimal yang
PERMA NO. 02 TAHUN 2003

Revisi

PERMA NO. 01 TAHUN 2008


PERMA NO. 01 TAHUN 2008 PERADILAN UMUM DAN
PERADILAN AGAMA

▣ Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses


perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan
dibantu oleh mediator (Pasal 1 ayat 7)
▣ Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam
proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan
penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. (Pasal 1 ayat 6).

24
PERMA NO. 01 TAHUN 2016 PERADILAN UMUM DAN
PERADILAN AGAMA

Pasal 1 Dalam Peraturan Mahkamah Agung ini yang dimaksud dengan:


1) Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator.
2) Mediator adalah Hakim atau pihak lain yang memiliki Sertifikat Mediator
sebagai pihak netral yang membantu Para Pihak dalam proses perundingan
guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
3) Sertifikat Mediator adalah dokumen yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung
atau lembaga yang telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung yang
menyatakan bahwa seseorang telah mengikuti dan lulus pelatihan sertifikasi
Mediasi.

25
4) Daftar Mediator adalah catatan yang memuat nama Mediator yang ditunjuk
berdasarkan surat keputusan Ketua Pengadilan yang diletakkan pada tempat
yang mudah dilihat oleh khalayak umum.
5) Para Pihak adalah dua atau lebih subjek hukum yang bersengketa dan
membawa sengketa mereka ke Pengadilan untuk memperoleh penyelesaian.
6) Biaya Mediasi adalah biaya yang timbul dalam proses Mediasi sebagai bagian
dari biaya perkara, yang di antaranya meliputi biaya pemanggilan Para Pihak,
biaya perjalanan salah satu pihak berdasarkan pengeluaran
7) Resume Perkara adalah dokumen yang dibuat oleh Para Pihak yang memuat
duduk perkara dan usulan perdamaian.
8) Kesepakatan Perdamaian adalah kesepakatan hasil Mediasi dalam bentuk
dokumen yang memuat ketentuan penyelesaian sengketa yang ditandatangani
oleh Para Pihak dan Mediator.
26
9) Kesepakatan Perdamaian Sebagian adalah kesepakatan antara pihak
penggugat dengan sebagian atau seluruh pihak tergugat dan kesepakatan
Para Pihak terhadap sebagian dari seluruh objek perkara dan/atau
permasalahan hukum yang disengketakan dalam proses Mediasi.
10)Akta Perdamaian adalah akta yang memuat isi naskah perdamaian dan
putusan Hakim yang menguatkan Kesepakatan Perdamaian.
11)Hakim adalah hakim pada Pengadilan tingkat pertama dalam lingkungan
peradilan umum dan peradilan agama.
12)Hakim Pemeriksa Perkara adalah majelis hakim yang ditunjuk oleh ketua
Pengadilan untuk memeriksa dan mengadili perkara.

27
Prosedur Mediasi
Mediator memiliki peranan berbeda dalam
setiap tahap mediasi.
Rapat bersama dan moderator
membuka sidang mediasi
Mediator menjelaskan tentang
peran dan wewenang
1.
Mediator berusaha membangun
kepercayaan para pihak dalam
Tahap
Mediator menjelaskan aturan
dasar dari mediasi, aturan
kerahasiaan (confidentially) dan
ketentuan rapat-rapat
proses negosiasi. Mediator
harus berusaha menciptakan
suasana psikologis yang baik
agar tidak menghambat
Penciptaan
berlangsungnya proses mediasi
Forum
Bila para pihak sepakat
melanjutkan perundingan,
Mediator menjawab pertanyaan-
mediator meminta komitmen
pertanyaan para pihak
para pihak untuk mengikuti
aturan yang disepakati
a. Mediator memberikan kesempatan
masing-masing pihak berbicara
b. Menyampaikan fakta dan posisi versi
masing-masing

2.
c. Mediator sebagai pendengar yang aktif
dan menyampaikan pertanyaan Rapat
d. Mediator menerapkan aturan
kepantasan dan mengontrol interaksi Bersama

Caucus Pertemuan secara terpisah.


Tahap
Informasi
Membuat rumusan ulang berdasarkan
rapat bersama dan caucus  Rumusan
utarakan inti persengketaan (kasus
posisi) Ulang
Pada tahapan ini mediator secara bersama
maupun secara terpisah berupaya untuk:
3.
Memberi pengarahan
Tahap
Mengidentifikasi
isu-isu
kepada para pihak
tentang tawar
menawar untuk
Mengubah pendirian
para pihak dari posisi
menjadi kepentingan
Pemecahan
pemecahan masalah

Membantu para pihak


Masalah
menaksir, menilai, dan Memperluas atau
Membuat agenda
memprioritaskan mempersempit
negosiasi
kepentingan- sengketa jika perlu
kepentingan

Memberikan
penyelesaian
alternative (saran)
4.
a. Pada tahapan ini mediator berkerja dengan
para pihak untuk:

Membantu
mereka
Menetapkan
trade-off dan
menawarkan
Tahap
mengevaluasi
pilihan
paket
penyelesaian Keputusan
Menemukan
basis yang
Memperkecil
adil bagi
perbedaan
alokasi
bersama
b. Mediator jika perlu melakukan:
4.
“Menekan” para pihak
Tahap
Keputusan
Menemukan rumusan untuk
menghindarkan rasa malu

Membantu para pihak menghadapi para


pemberi kuasa
ALUR
MEDIASI/NEGOSIASI

Pasien/Keluarga/Kuasanya
Komplain

Analisa Medikolegal oleh


Proses Mediasi/Negosiasi
RS/Dokter

Perdamaian
Prinsip Dasar Mediasi sebagai
Penyelesaian Sengketa
berdasarkan Fatahillah Syukur.
Prinsip dasar dari Mediasi sebagai penyelesaian sengketa seperti
yang dikemukakan oleh Fatahillah Syukur adalah:

▣ Prinsip Kesukarelaan Para Pihak (Voluntary Principle)


▣ Prinsip Penentuan Diri Sendiri (Self Determination Principle)
▣ Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality Principle)
▣ Prinsip Itikad Baik (Good Faith Principle)
▣ Prinsip Penentuan Aturan Main (Ground Rules Principle)
▣ Prinsip/Prosedur Pertemuan Terpisah (Private Meetings Principle /Procedure)
Prinsip Kesukarelaan Para Pihak
(Voluntary Principle)
Mediasi adalah metode yang mendasarkan diri pada
kesukarelaan para pihak untuk urun rembug mencari solusi
untuk kepentingan bersama tanpa paksaan, ancaman atau
tekanan dari pihak manapun.
Prinsip Penentuan Diri Sendiri (Self
Determination Principle)
Para pihak bebas menentukan kemauannya. Pihak tersebut bisa kapan saja
mengundurkan diri dari proses mediasi walaupun prosedur bisa diwajibkan untuk
ditempuh, namun hakim atau mediator tidak bisa menekan para pihak untuk tetap berada
dalam proses mediasi, apalagi sampai memaksa mereka untuk menghasilkan atau
menyetujui kesepakatan damai.
Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality
Principle)
Proses mediasi bersifat rahasia dimana semua informasi hanya boleh
diketahui oleh para pihak dan mediator. Semua informasi ini tidak
boleh digunakan dan mediator dilarang menjadi saksi dalam proses
persidangan.
Prinsip Itikad Baik
(Good Faith Principle)
Kemauan para pihak untuk menempuh proses mediasi tidak boleh
mengulur waktu atau mengambil keuntungan bagi kepentingan sendiri
untuk mencari penyelesaian yang menguntungkan semua pihak (win-
win solution).
Prinsip Penentuan Aturan Main
(Ground Rules Principle)
Para pihak harus dibuat menyepakati dan mematuhi aturan main
sebelum memulai proses mediasi agar bisa berjalan dengan konstruktif
dan mencapai hasil yang diinginkan.
Prinsip/Prosedur Pertemuan Terpisah
(Private Meetings Principle /Procedure)
Mediator dan para pihak bisa dan berhak mengadakan pertemuan terpisah dengan salah
satu pihak (kaukus) ketika mengadapi situasi tertentu, seperti perundingan mengalami
kebuntuan, meredakan emosi tinggi, dan sebab terkait lainnya. Prosedur inilah yang
menjadi ciri khas mediasi yang tidak bisa ditemui dalam metode lainnya.
Fungsi dan Manfaat
Mediasi
1. Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara
cepat dan relatif murah dibandingkan dengan membawa
perselisihan tersebut ke pengadilan atau ke lembaga arbitrase.

2. Mediasi akan memfokuskan perhatian para pihak pada


kepentingan mereka secara nyata dan pada kebutuhan emosi
atau psikologis mereka, sehingga mediasi bukan hanya tertuju
pada hakhak hukumnya.

3. Mediasi memberikan kesempatan para pihak untuk


berpartisipasi secara langsung dan secara informal dalam
menyelesaikan perselisihan mereka.
4. Mediasi memberikan para pihak kemampuan untuk
melakukan control terhadap proses dan hasilnya

5. Mediasi dapat mengubah hasil, yang dalam litigasi dan


arbitrase sulit diprediksi, dengan suatu kepastian melalui
suatu konsensus.

6. Mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu


menciptakan saling pengertian yang lebih baik di antara para
pihak yang bersengketa karena mereka sendiri yang
memutuskannya.
7. Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan
yang hamper selalu mengiringi setiap putusan yang bersifat
memaksa yang dijatuhkan oleh hakim di pengadilan atau
arbiter pada lembaga arbitrase.
Peran Mediator
Dalam Mediasi
Kesehatan
47
MEDIASI
Cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
untuk memperoleh kesepakatan para pihak yang dibantu oleh
MEDIATOR
48
MEDIATOR

▣ Harus berada pada posisi netral dan tidak memihak


▣ Menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil
 menimbulkan kepercayaan
▣ Hanya membantu para pihak untuk menyelesaikan persoalan –
persoalan yang diserahkan
▣ Menyerahkan sepenuhnya proses penyelesaian sengketa
kepada para pihak
▣ Tidak harus seorang dokter atau ahli hukum
▣ Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang medis dan
tentang hukum
49
FUNGSI MEDIATOR

KATALISATOR PENDIDIK PENERJEMAH


Kemampuan Memahami kehendak, Berusaha
mendorong lahirnya aspirasi, prosedur menyampaikan dan
suasana yang kerja, kendala para merumuskan usulan
konstruktif bagi dialog pihak, dan pihak yang satu
atau komunikasi di permasalahan yang kepada pihak lainnya
antara para pihak. terjadi. melalui bahasa, atau
ungkapan yang enak
didengar oleh pihak
lainnya.

50
FUNGSI MEDIATOR

NARASUMBER AGEN REALITAS KAMBING HITAM


Mediator harus Memberitahu atau Mediator harus siap
mampu memberi pengertian menjadi pihak yang
mendayagunakan secara terus terang diperslaahkan apabila
atau melipat gandakan kepada satu atau para orang – orang yang
kemanfaatan sumber pihak bahwa dimediasi tidak
– sumber informasi sasarannya tidak merasa sepenuhnya
yang tersedia. mungkin untuk dicapai puas terhadap
melalui sebuah proses prasyarat – prasyarat
perundingan. dalam kesepakatan.

51
Contoh
Penyelesaian
Sengketa dengan
Mediasi
52
▣ Kota Baltimore mulai menerapkan mediasi pada kasus malpraktik medis pada bulan
September. Di Georgia, Undang-Undang Mediasi Malpraktik Profesional Wajib, yang baru
disahkan dan berlaku pada 1 Juli untuk semua kasus yang diajukan pada atau setelah
tanggal tersebut. Mediasi lebih di pilih daripada litigasi di karenakan klaim malpraktek
medis menjadi lebih baik, dalam banyak kasus, telah membantu untuk berhasil
menyelesaikan kasus sebelumnya dan lebih memuaskan bagi kedua belah pihak.
▣ Di Philadelphia, Fakultas Kedokteran Universitas Drexel pada bulan Maret mulai
menggunakan proses mediasi dalam hal malpraktek medis. Kasus pertama diselesaikan
pada 6 April. Ini mengikuti model mediasi yang digunakan oleh Rush University Medical
Center di Chicago.
▣ Rumah Sakit Abington Memorial, yang terletak di dekat Philadelphia, telah mengambil
bagian dalam mediasi dalam dua tahun terakhir sebagai bagian dari proyek percontohan
yang disponsori oleh Pew Charitable Trusts di Philadelphia.

53
CONTOH SENGKETA MEDIS DI
INDONESIA

54
PEMBIAYARAN
PASIEN

▣ Pasien Ny. X masuk malam hari ke RS. Y dengan rencana persalinan normal oleh dr. Z.
Pasien dan keluarga kembali diedukasi dan dijelaskan mengenai prosedur persalinan.
▣ Sesuai dengan jadwal persalinan ternyata kamar bersalin sedang digunakan pasien lain
sehingga harus menunggu.
▣ dr. Z menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk menunggu, sedangkan dr. Z
memutuskan untuk
▣ menunggu dirumah (disebelah Rumah Sakit).
▣ Beberapa saat kemudian, pasien mengalami kontraksi hebat sehingga bayi lahir spontan
diruang perawatan hanya dengan bantuan bidan. Dr. Z yang telah dihubungi datang setelah
bayi terlahir. Ibu bayi sehat namun bayi meninggal dunia.
▣ Pasien melaporkan kejadian tersebut ke MKDKI, Putusan MKDKI menyatakan dr. Z
melakukan pelanggaran disiplin karena tidak menilai dan memimpin persalinan dan tidak
melakukan tindakan tepat dan cepat pada kondisi yang memerlukan intervensi dokter,
ketidakhadiran dr. Z menyebabkan pertolongan terlambat sehingga timbul trauma persalinan
yang menyebabkan kematian pada bayi. Dr. Z dijatuhi sanksi berupa Pencabutan STR selama
3 (tiga) bulan.
TIDAK MEMBERIKAN PENJELASAN LANGSUNG
KEPADA PASIEN/KELUARGA PASCA OPERASI

Pasien Ny. M, datang ke dr. Y di RS. A dengan keluhan terdapat benjolan dileher bagian depan sejak 3 tahun,
dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien didiagnosa Susp.
Pembesaran kelenjer tiroid yang ganas sehingga perlu dilakukan tindakan Tiroidektomi Total.

Pasien/Keluarga setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap mengenai prosedur tindakan termasuk resikonya,
kemudian menyetujui tindakan dengan menandatangani Persetujuan Tindakan Kedokteran(informed consent).

Tindakan Tiroidektomi Total dilakukan, pada saat pembiusan oleh dr. Anestesi terjadi kesulitan pemasangan selang
karena esofagus berbentuk tidak normal, saat operasi tampak massa tumor melekat erat membungkus trakea,dr. Y
melakukan pembebasan tumor dan dilakukan pengangkatan total kalenjer tiroid. Pasca operasi dr.Y meninggalkan
RS oleh karena menerima kabar ada keluarga yang meninggal dunia sehingga mendelegasikan penjelasan operasi
(sementara) ke Perawat, dan esok hari akan menjelaskan secara langsung.

Beberapa hari dirawat, pasien mengalami perburukan sehingga dirawat di ICU hingga meninggal dunia,
dengan penyebab kematian menurut dr Anestesi adalah Emboli Paru.

Keluarga pasien mengadukan kematian pasien ke MKDKI. Meskipun dari Perhimpunan menyatakan tidak terdapat
kesalahan prosedur dalam tindakan medis tersebut, namun Putusan MKDKI menyatakan dr. Y melakukan
pelanggaran disiplin karena tidak memberikan penjelasan sesudah tindakan Tiroidektomi Total dengan
menjatuhkan sanksi berupa teguran tertulis agar memberikan penjelasan sesudah melakukan tindakan operasi.
KURANG HATI-HATI DALAM PENANGANAN MEDIS

Pasien Ny. R datang ke poliklinik dr. K di RS. P, dengan keluhan utama nyeri perut, nyeri buang air
kecil, siklus menstruasi tidak teratur. Hasil dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pasien didiagnosa menderita kista ovarium kiri. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan
mengenai penyakit dan rencana tindakan operasi mengangkat kista termasuk resiko dan
komplikasi. Pasien dan keluarga memberikan persetujuan untuk rencana tindakan (informed
consent). Tindakan pengangkatan kista dengan penyulit karena adanya perlengketan hebat
sehingga indung telur kiri harus diangkat. Tindakan selesai, pasien dilakukan perawatan hingga
diperbolehkan pulang.
Beberapa waktu kemudian, Pasien mengeluhkan nyeri perut yang tak kunjung hilang sehingga
melakukan pemeriksaan ke RS lain, Dokter di RS tersebut melakukan pemeriksaan hingga
membuka kembali luka operasi dan menemukan adanya Kassa sepanjang 3 Meter yang
tertinggal.
Atas hal tersebut, Pasien melalui kuasa hukumnya melayangkan Somasi ke RS. P dan dokter
terkait.
Permasalahan akhirnya diselesaikan dengan Perdamaian, dr. K. dan RS. P membayar sejumlah
uang
kepada pasien untuk perdamaian, yang dibuatkan secara tertulis.
MEDIASI
Menawarkan penawaran yang integratif, dimana prosesnya tidak membutuhkan biaya yang
besar serta waktu yang lama, dan tidak menekankan siapa yang menang dan kalah, siapa
benar atau salah, tetapi dengan hasil penyelesaian menang- menang (win-win solution).
Proses penyelesaiannya bersifat tertutup dan tidak terpublikasikan, sehingga akan
memberikan perasaan nyaman, aman kepada para pihak, dan kekhawatiran terbukanya
rahasia dan nama baik yang sangat dibutuhkan oleh dokter maupun sarana pelayanan
kesehatan dapat dihindari.
58
Kesimpulan
Mediasi merupakan pilihan terbaik dalam penyelesaian sengketa medis dikarenakan merupakan
pendekatan non litigasi dalam penyelesaian sengketa atau pemecahan masalah dimana pihak
ketiga yang tidak memihak (impartial) bekerjasama dengan para pihak yang bersengketa
membantu memperoleh kesepakatan perjanjian yang memuaskan

59
penyelenggaraan proses mediasi diselenggarakan
mediasi tidak diatur secara secara tertutup atau
rinci dalam peraturan rahasia yang berarti
perundang-undangan bahwa para pihak dan Proses penyelesaian
sehingga para pihak mediator yang sengketa yang relatif murah
memiliki keluwesan atau menghadiri proses dan tidak memakan waktu
keleluasaan dan tidak mediasi, sedangkan jika dibandingkan dengan
terperangkap dalam pihak lain tidak proses litigasi.
bentuk-bentuk formalism, diperkenakan untuk
seperti halnya dalam menghadiri siding-sidang
proses litigasi. mediasi.

60
THANK
YOU
61

Anda mungkin juga menyukai