Anda di halaman 1dari 29

TUBERKOLOSIS

PENGERTIAN

• Infeksi menular yang di sebabkan oleh micobacterium Tuberculosis, suatu basil aerobic
tahan asam yang di tularkan melalui udara ( airborn). ( Niluh & Cristantie, 2003)
• Salah satu penyakit menular yang di sebabkan oleh kuman M. Tuberculosis atau di kenal
sebagai Bakteri Tahan Asam ( BTA). Untuk pemeriksaan bakterologis yang bisa
mengidentifikasi kuman M. Tuberculosis menjadi sarana diagnosis yang ideal untuk TB (
Kementerian Kesehatan RI, 2014).
ETIOLOGI

• Penyebab dari tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis


PATOFISIOLOGI

• Penyebab tuberculosis paru terjadi karena penderita TB batuk, bersin atau berbicara yg
keluar menjadi droplet yang akan meninggalkan organisme yang cukup kecil untuk
terdeposit di dalam alveoli ketika di hirup. Ketika berada di dalam alveoli, sistem imun
akan merespon dengan mengeluarkan sitokin dan limfokin yang menstimulasi monosit dan
makrofag. M. Tuberculosis mulai berkembang biak di dalam makrofag. Dari beberapa
makrofag tersebut meningkatkan kemampuan untuk membunuh organisme, sedangkan
yang lainnya dapat di bunuh oleh basil. Setelah 1-2 bulan pasca paparan di paru2 terlihat
lesi patogenik yang di sebabkan oleh infeksi. ( Brooks et al., 2010).
MANIFESTASI KLINIK

GEJALA RESPIRATORIK GEJALA SISTEMIK


1. Batuk lebih dari 2 minggu 1. Demam
2. Batuk darah 2. Malaise
3. Nyeri dada 3. Keringat malam
4. Anoreksia
5. Berat badan menurun
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Cek Sputum 2. Ziehl-Neelsen


• BTA mikrobiologis S dan P • Foto thorax
• Tes TCM ( tes cepat molukuler) • Foto fungsi paru
Untuk melihat resistensi dari obat.

• Tes kulit ( mountox) untuk px anak2


PENGOBATAN

• Penderita tuberkulosis hrs di obati dan pengobatannya harus adekuat.


• Minimal pengobatan 6 bulan.
• Jenis obat TBC
1. Isoniasid ( H) 5. Etambutol ( E)
2. Rifampicin ( R) 6. Troasetazon ( T)
3. Pirasinamid ( Z)
4. Streptomicin ( S)
PENCEGAHAN

1. Vaksinasi BCG pada bayi dan anak


2. Terapi pencegahan
3. Diagnosis dan pengobatan tuberculosis pengobatan (+) untuk mencegah penularan.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TBC

• Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode proses keperawatan yang dalam
pelaksanaannya dibagi menjadi 4 tahap yaitu : Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (H.
Lismidar, 1990, IX)
1. Pengkajian
• Pengumpulan data
1. Identitas klien
• Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan,
pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan
padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain. (dr.
Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 1)
2. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak
napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita
untuk mencari pengobatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan
tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
4. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut sehingga sehingga
diteruskan penularannya.
5. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan
padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain (dr. Hendrawan
Nodesul, 1996).
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak – desakan, kurang cahaya
matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996)
b. Pola nutrisi dan metabolic
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun. (Marilyn. E.
Doenges, 1999)

c. Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan
dalam miksi maupun defekasi

d. Pola aktivitas dan latihan


Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas. (Marilyn. E. Doegoes,
1999)
e. Pola tidur dan istirahat

Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan
tidur dan istirahat. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

f. Pola hubungan dan peran

Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

g. Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada gangguan.

h. Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.
(Marilyn. E. Doenges, 1999)
i. Pola reproduksi dan seksual

Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah
karena kelemahan dan nyeri dada.

j. Pola penanggulangan stress

Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan


stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap
pengobatan. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 23)

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya


aktifitas ibadah klien.
7. Pemeriksaan fisik

Berdasarkan sistem – sistem tubuh.

a. Sistem integument

Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
b. Sistem pernapasan

Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai

inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang

tertinggal, suara napas melemah. (Purnawan Junadi DKK, th 1982, hal 213)

Palpasi : Fremitus suara meningkat. (Hood Alsogaff, 1995. Hal 80)

Perkusi : Suara ketok redup. (Soeparman, DR. Dr. 1998. Hal 718)

Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring.
(Purnawan. J. dkk, 1982, DR. Dr. Soeparman, 1998. Hal 718.
c. Sistem pengindraan

Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan

d. Sistem kordiovaskuler

Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras. (DR.Dr. Soeparman, 1998.
Hal 718)

e. Sistem gastrointestinal

Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun. (DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal
718)
f. Sistem musculoskeletal

Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang


tidur dan keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
(Hood Al Sagaff, 1995. Hal 87)

g. Sistem neurologis

Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456

h. Sistem genetalia

Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia


8. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Radiologi

Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis,


manifestasi dini berupa suatu koplek kelenjar getah bening
parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat di apeks dan
segmen posterior lobus atas paru – paru atau pada segmen
superior lobus bawah. (Dr. dr. Soeparman. 1998). Hal 719
• Diagnosa keperawatn

Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan Diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan
suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatas dengan tindakan
keperawatan(H.Lismidar,1990,12)
Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan tuberkulosis
paru komplikasi haemaptoe sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan
sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk (Marilyn
E. Doenges, 1999

2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang


sehubungan dengan keletihan, anorerksia atau dispnea.
(Marilyn. E. Doenges, 1999)

3. Potensial terhadap transmisi infeksi yang sehubungan


dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko potongan.
(Marilyn. E. Doenges, 1999)

4. Kurang pengetahuan yang sehubungan dengan kurangnya


informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan
perawatan dirumah.
5. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan
dengan sekret kental, kelemahan dan upaya untuk batuk.
(Marilyn. E. Doenges, 1999)

6. Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan


dengan penurunan permukaan efektif proses dan kerusakan
membran alveolar – kapiler. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

7. Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur sehubungan daerah


sesak napas dan nyeri dada. (lynda, J. Carpenito, 1998)
PERENCANAAN

• Diagnosa keperawatan pertama : ketidakefektifan pola pernapasan yang sehubungan dengan sekresi
mukopurulen dan kurangnya upaya batuk.
1. Tujuan : pola nafas efektif

2. Kriteria hasil :

- klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif

- frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16 –


20 kali/menit)

- dipsnea berkurang
• Rencana tindakan

a. Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan : catat setiap peruhan

b. Kaji kualitas spotum : warna, bau, knsistensi

c. Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam

d. Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler tinggi.

e. Bantu dan ajakan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam sampai 4 jam.

f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat – obatan


• Rasional

a. Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya secret

b. Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan pengobatan selanjutnya.

c. Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas

d. Membantu mengembangkan secara maksimal

e. Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar

f. Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan memperbesar ukuran lumen
trakeobroncial
b. Diagnosa keperawatan kedua : perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan anoreksia,
keletihan atau dispnea.

1. Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tanda malnutrisi

2. Kriteria hasil

- Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat

- Berat badan stabil dalam batas yang normal


• Rencana tindakan

a. Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mual / muntah
atau diare.

b. Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak

c. Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodic

d. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan

e. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.

f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet.


• Rasional

a. Berguna dalam mendefenisikan derajat / wasnya masalah dan pilihan indervensi yang tepat.

b. Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan / kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan


individu dapat memperbaiki masakan diet.

c. Berguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan cairan

d. Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk pengobatan respirasi yang
merangsang pusat muntah.

e. Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu / legaster.

f. Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolik dan diet.
IMPLEMENTASI

• Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan konsulidasi

2. Keterampilan interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat
3. Keamanan fisik dan psikologia dilindungi
4. Dokumentasi intervensi dan respon klien ( Budi Anna keliat, SKP, th 1994, hal 13)
EVALUASI

• Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan
(Diagnosa, tujuan untervensi) harus di evaluasi, dengan melibatkan klien, perawatan dan anggota tim
kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam perencanaan keperawatan tercapai
atau tidak untuk melakukan perkajian ulang jika tindakan belum hasil.
• Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak dan sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan rencana yang
ditentukan, adapu alternatif tersebut adalah :
• Tujuan tercapai
• Tujuan tercapai sebagian
• Tujuan tidak tercapai (Budi Anna Keliat, SKP, th 1994, hal 69

Anda mungkin juga menyukai