Adella Budi A (201560042) Riska Amayalinda Y. (201560046) Fauzul Muna (201560048) Intan Puspita N (201560050) Erni Rosita Sari (201560051) ANALISIS GENDER Analisis Gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasikan dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan dari analisis gender ini adalah, untuk menyusin kebijakan program dan kegiatan pembangunan dengan memperhitungkan situasi dan kondisikan kebutuhan kebutuhan gender. Analisis gender ini dapat digunakan untuk menganalisis [dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kebijakan program dan kegiatan dalam berbagai aspek pembangunan. Jenis-jenis/Model Analisis Gender 1. Model Harvard Untuk menunjukkan bahwa ada suatu investasi secara ekonomi yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki secara rasional. Untuk membantu para perencana merancang proyek yang lebih efisien dan memperbaiki produktivitas kerja secara menyeluruh. mencari informasi yang lebih rinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan efisiensi dengan tingkat keadilan gender yang optimal. Untuk memetakan pekerjaan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan melihat faktor penyebab perbedaan. 2. Model Moser Di dalam model Moser ini, tujuannya agar mampu melihat kesenjangan perempuan dan laki-laki, penekanan pada seluruh aspek kerja di mana membuat peranan ganda perempuan terlihat, menekankan dan mempertanyakan asumsi dibalik proyek-2 intervensi, penekanan pada perbedaan antara memenuhi kebutuhan dasar-praktis dengan kebutuhan strategis. 3. Model SWOT (Strengthen, Weakness, Oppurtunity and Threat) Teknik ini merupakan suatu analisis manajemen dengan cara mengidentifikasi secara internal mengenai kekuatan dan kelemahan dan secara eksternal mengenai peluang dan ancaman. Aspek internal dan Eksternal tersebut dipertimbangkan dalam kaitan dengan konsep strategis dalam rangka menyusun program aksi, langkah-langkah/tindakan untuk mencapai sasaran maupun tujuan kegiatan dengan cara memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman sehingga dapat mengurangi resiko dan dapat meningkakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan. 4. Model Longwe Framework – Kerangka Kerja ”Pemberdayaan”
Sara Hlupekile Longwe memperkenalkan konsep isu-isu
perempuan. Menurut definisinya, isu-isu perempuan adalah mengenai persamaan dengan laki-laki dalam setiap peran sosial dan ekonomi, dan mencakup setiap tingkat persamaan (kesejahteraan, akses, penyadaran, partisipasi, kontrol). Kerangka Longwe berfokus langsung pada penciptaan situasi/pengkondisian di mana masalah kesenjangan, diskriminasi dan subordinasi diselesaikan. Untuk mencapai tingkat pemberdayaan dan kesederajatan di mana ditunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar-praktis perempuan tidak pernah sama dengan, pemberdayaan maupun sederajat. 5. Model Proba (Problem Based Analysis) Teknik ini dikembangkan kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN dan UNFPA ditingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Teknik ini sedikit berbeda dengan GAP. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam Model PROBA adalah sebagai berikut : Analisis Masalah Gender Telaah Kebijakan /program/kegiatan pembangunan Penetapan Kebijakan, Tujuan dan Program Pokok Baru yang Responsif Gender Penyusunan Kegiatan Intervensi Pembentukan Gender Focal Point dan Pengembangan Kelompok Kerja (Pokja) PUG. Rencana Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi 6. Model GAP (Gender Analysis Pathway).
Metode GAP adalah alat analisis gender yang
dikembangkan oleh BAPPENAS yang dapat digunakan untuk membantu para perencana dalam melakukan pengaruh utamaan gender dalam perencanaan kebijakan, program, proyek dan atau kegiatan pembangunan. Dari beberapa model teknik analisis yang telah dikembangkan tersebut di atas disarankan untuk menggunakan teknik analisis gender dengan metode Gender Analysis Pathway (GAP). Lanjutan . . .
Dengan menggunakan GAP para perencana kebijakan program, proyek
kegiatan dapat mengidentifikasi kesenjangan gender dan permasalahan gender sekaligus menyusun rencana kebijakan/program/proyek/kegiatan yang ditujukan untuk memperkecil atau menghapus kesenjangan gender tersebut. GAP dibuat dengan menggunakan metodologi sederhana dengan 8 (delapan) langkah yang harus dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu Tahap I Analisis Kebijakan Responsif Gender; Tahap II Formulasi Kebijakan yang responsif Gender; Tahap III Rencana Aksi yang Responsif Gender. Analisis kebijakan responsif gender bertujuan untuk menganalisis kebijakan pembangunan kehutanan yang ada dengan menggunakan data pembuka wawasan yang dipilah menurut jenis kelamin (lelaki dan perempuan) dan data gender digunakan untuk mengidentifikasi adanya kesenjangan gender (gender gap) dan permasalahan gender (gender issues). Penyebab : Status sosial Solusi / tindak pencegahan : Faktor ekonomi Efek : Faktor agama • Harus saling menghargai dan • Pelaku : merasa malu menghormati status sosial dan mengalami yang disandang oleh semua ketidak-adilan orang. • Masyarakat : • Tidak ada peran saling Analisis Kasus memandang atau mendominasi antara laki – Diskriminasi Hukum memberi label buruk laki dan perempuan kepada Wanita PK di pada pemandu • Edukasi emansipasi sejak Bumi Kartini! karaoke. dini. • Satpol-PP : menjadi • Penggunaan teknologi secara bijak. guna mencegah Pihak yang terkait : semena – mena