MUSKULOSKELETAL
FRAKTUR
Trauma merupakan suatu cedera atau rupadaksa yang dapat mencederai fisik maupun psikis. Trauma
jaringan lunak muskuloskeletal dapat berupa vulnus (luka), perdarahan, memar (kontusio), regangan
atau robekan parsial (sprain), putus atau robekan (avulsi atau rupture), gangguan pembuluh darah dan
gangguan saraf.
Cedera pada tulang menimbulkan patah tulang (fraktur) dan dislokasi. Fraktur juga dapat terjadi di
ujung tulang dan sendi (intra-artikuler) yang sekaligus menimbulkan dislokasi sendi. Fraktur ini juga
disebut fraktur dislokasi.
PENYEBAB
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) dapat dibedakan menjadi:
A. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:
• Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan.
• Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan fraktur klavikla
• Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
B. Fraktur patologik Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor mengakibatkan :
Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup memiliki kulit
yang masih utuh diatas lokasi cedera, sedangkan fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tu
lang. Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka, yang dibagi berdasarkan keparahannya
(Black dan Hawks, 2014)
• Fraktur tranvesrsal
• Fraktur kuminutif
• Fraktur oblik
• Fraktur segmental
• Fraktur impaksi
Penanganan fraktur
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan
mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Pada anak-anak reposisi
yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sempurna seperti semula karena tulang mempunyai
kemampuan remodeling.
Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat dilakukan imobilisasi, (tidak menggerakkan daerah fraktur) dan
dapat diberikan obat penghilang nyeri. Teknik imobilisasi dapat dilakukan dengan pembidaian atau gips.
Bidai dan gips tidak dapat pempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan teknik
seperti pemasangan traksi kontinu, fiksasi eksteral, atau fiksasi internal.
Penanganan fraktur
• Fraktur terbuka
Khusus pada fraktur terbuka, harus diperhatikan bahaya terjadi infeksi, baik infeki umum
maupun infeksi lokal pada tulang yang bersangkutan.Empat hal penting yang perlu
adalah antibiotik profilaksis, debridement urgent pada luka dan fraktur, stabillisasi
fraktur, penutupan luka segera secara definitif.
• Fraktur tertutup