Anda di halaman 1dari 29

HIV/AIDS

Fifit Apriani Marsela


Linda Devianti
Nanda Putri Pratama
Rina Nurdiyanti Rohimah
TINJAUAN
HIV (Human immunodeficiency virus)
telah ditetapkan sebagai agens penyebab
accuired immunodeficiency syndrome
(AIDS). AIDS adalah gejala dari penyakit
yang mungkin terjadi saat system imun
dilemahkan oleh virus HIV.
Tipe-tipe virus HIV
1.Virus HIV-1
2.Virus HIV-2
Cara Penularan HIV/AIDS

1. Hubungan seksual dengan penderita HIV/AIDS


2.Pemakaian obat intravena terkontaminasi
3.Darah dan produk darah
4.Ibu ke bayi
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
• Respiratorius: Pneumonia Carinii Pneumocystic dan
Komplek mycrobacterium avium
• Gastrointestinal.
• Kanker
• Neurologis
• Struktur Integumen
• Manifestasi klinis khusus pada wanita
Evaluasi Diagnostik
1. Tes Laboratorium
2. Tes Antibodi HIV
a. Tes enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
b. Pemeriksaan western blot
c. Indirect immunofluorescence Assay (IFA)
d. Radioimmunoprecipitation assay (RIPA)
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Status nutrisi
2. Kulit dan membran mukosa
3. Status respiratorius
4. Status neurologis
5. Status cairan dan elektrolit
6. Tingkat pengetahuan
Diagnosa Keperawatan
1. Diare b.d. kuman patogen usus dan infeksi HIV
2. Bersihan saluran napas tidak efektif b.d. pneumonia pneumocytis
carinii (PCP), peningkatan sekresi bronkus dan penurunan
kemampuan untuk batuk yang menyertai kelemahan serta keadaan
mudah letih
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh, b.d. penurunan
asupan oral
4. Isolasi sosial b.d. stigma penyakit, penarikan diri dari sistem
pendukung, prosedur isolasi dan ketakutan bila dirinya menulari
orang lain.
5. Risiko terhadap infeksi b.d. imunodefisiansi.
6. Kurang pengetahuan b.d. cara-cara mencegah penularan HIV dan
perawatan mandiri.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1
Tujuan: Mendapatkan kembali kebiasaan defekasi yang lazim

Intervensi Rasional
Kaji kebiasaan defekasi Memberikan dasar untuk
normal pasien evaluasi
Kaji terhadap diare Mendeteksi perubahan pada
(frekuensi, konsistensi dan status, kuantitaskehilangan
nyeri) cairan dan memberikan dasar
untuk tindakan keperawatan
selanjutnya.
Dapatkan kultur feses Untuk mengidentifikasi
mikroorganisme patogenik
Anjurkan untuk:
a. Pertahankan pembatasan a. Menurunkan stimulasi usus
makanan dan cairan
b. Hindari merokok b.Nikotin bertindak sebagai
stimulant usus

c.Hindari iritan usus seperti c.Mencegah rangsangan pada


makanan berlemak, sayuran usus dan distensi abdomen
mentah dan kacang-
kacangan
Kolaborasi pemberian Menurunkan spasme dan
anti spasmodic motilitas usus
antikolinergis atau obat-
obatan lain sesuai
ketentuan

Pertahankan masukan Mencegah hipovolemia


cairan sedikitnya 3 liter
kecuali jika
dikontraindikasikan
Hasil yang diharapkan (evaluasi)
1. Kebiasaan defekasi kembali normal
2. Melaporkan penurunan episode diare dank ram abdomen
3. Mengidentifikasi dan menghindari makanan yang
mengiritasi traktus gastrointestinal
4. Menunjukan kultur feses normal
5. Menggunakan obat sesuai ketentuan
6. Menunjukan turgor kulit normal, membram mukosa
lembab, haluaran urin adekuat, dan tidak ada rasa haus
berlebihan
Diagnosa 2
Tujuan: Bersihan jalan napas membaik
Intervensi Rasional
Kaji dan laporkan tanda dan Menunjukan fungsi pernapasan
gejala perubahan status abnormal
pernapasan
Dapatkan sampel sputum untuk Membantu dalam identifikasi
pemeriksaan labolatorium organisme patogenik

Berikan perawatan paru (batuk, Mencegah stasis sekresi dan


napas dalam, drainase postural meningkatkan bersihan jalan
dan vibrasi) napas
Bantu pasien dalam Memudahkan pernapasan
mengambil posisi powler atau
semi powler

Anjurkan beristirahat secara Memaksimalkan pengurangan


adekuat energy dan mencegah
keletihan berlebihan

Lakukan pengisapan trakeal Membuang secret bila pasien


sesuai kebutuhan tidak bisa melakukannya

Berikan terapi oksigen sesuai Meningkatkan availabilitas


dengan kebutuhan oksigen
Hasil yang diharapkan (evaluasi)
1. Mempertahankan bersihan jalan napas normal:
• Frekuensi napas ± 20 kali permenit
• Pernapasan tidak sulit dan tidak menggunakan otot bantu
pernapasan dan cuping hidung
• Kulit berwarna merahmuda tanpa sianosis
2. Melaporkan penurunan kesulitan pernapasan
3. Menunjukan posisis yang tepat dan mempraktikan drainase
postural
4. Menunjukan penurunan kekentalan secret
5. Melaporkan peningkatan kemudahan dalam batuk efektif.
Diagnosa 3
Tujuan: Perbaikan status nutrisi
Intervensi Rasional

Kaji terhadap malnutrisi Memberikan pengukuran


objektif terhadap status nutrisi

Dapatkan riwayat diet Memastikan kebutuhan


termasuk makanan yang terhadap pendidikan nutrisi
disukai dan tidak disukai dan membantu intervensi
serta intoleransi makanan individual
Kolaborasi dengan ahli Memudahkan
gizi untuk menentukan perencanaan makan
kebutuhan nutrisi klien

Kolaborasi dengan Memperbaiki dukungan


dokter untuk nutrisi bila pasien tidak
pemberian nutrisi dapat mengkonsumsi
enteral atau parenteral jumlah yang cukup
peroral
Hasil yang diharapkan (evaluasi)

1. Melaporkan peningkatan napsu makan


2.Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
3.Melaporkan peningkatan masukan diet
4.Melaporkan penurunan kecepatan turunnya
berat badan
Diagnosa 3
Tujuan: Penuruan rasa isolasi sosial
Intervensi Rasional
Kaji pola interaksi pasien Menetapkan dasar unutk
yang lazim intervensi individual
Observasi terhadap perilaku Isolasi social dapat
idikatif isolasi social seperti dimanifestasikan dalam
penurunan interaksi dengan beberapa cara
oranglain, bermusuhan,
ketidakpatuhan, afek sedih,
dan menyatakan perasaan
ditolak atau kesepian
Berikan Penyuluhan Pengawasan
mengenai cara informasi yang akurat
pencegahan memperbaiki
penularan kesalahan konsepsi
HIV/AIDS dan menghilangkan
ansietas
Hasil yang diharapkan (evaluasi)
1. Menunjukan minat dalam peristiwa, aktivitas dan
komunikasi
2. Memahami cara-cara pencegahan penularan
HIV/AIDS dan menjelaskan pada oranglain sambil
memertahankan kontak denga keluarga, teman atau
kerabat lainnya
Diagnosa 5
Tujuan: tidak ada infeksi
Intervensi Rasional
Pantau tanda dan gejala infeksi Deteksi dini terhadap infeksi untuk
antisipasi tindakan agan segera
ditangani.

Pantau jumlah sel darah putih Peningkatan SDP dikaitkan dengan


infeksi
Pertahankan teknik aseptic bila Mencegah infeksi nosokomial
melakukan prosedur invasif
seperti pungsi vena, kateterisasi
kandung kemih, dan injeksi
Hasil yang diharapkan (evaluasi)
1. Melaporkan tidak ada demam, menggigil dan
diaphoresis
2.Hasil pemeriksaan sel darah putih dalam batas
normal yaitu 6000-10000 /mm3
Diagnosa 6
Tujuan: peningkatan pengetahuan mengenai cara pencegahan
penularan penyakit
Intervensi Rasional
Berikan penkes pada pasien,
keluarga dan kerabat tentang
pencegahan penularan HIV/AIDS:
a. Menghindari kontak seksual Risiko infeksi meningkat bersamaan
dengan pasangan ganda dan bila dengan jumlah pasangan seksual dan
status HIV pasangan tidak pasti kontak seksual dengan orang terinfeksi
dapat memperberat resiko infeksi

b.Gunakan kondom selama Menurunkan risiko penularan HIV


berhubungan seksual hindari oral
dan anal
c. Jangan menggunakan obat- Penggunaan alat-alat intravena
obatan intravena yang bersamaan beresiko untuk
digunakan bersama orang penularan HIV/AIDS
lain AIDS dapat ditularkan dari ibu
d. Wanita yang telah terpajan ke anak di dalam kandungan.
HIV/AIDS harus ZDV selama kehamilan
berkonsultasi dengan dokter membantu mengurangi penularan
sebelum hamil dan HIV perinatal.
pertimbangkan untuk
mengkonsumsi ZDV bila
terjadi kehamilan
Hasil yang diharapkan (Evaluasi)
1.Menunjukan praktik seksual yang aman
2.Menghindari penggunaan alat-alat intravena
bersama
3.Melaporkan pemahaman tentang cara
pencegahan penularan HIV/AIDS
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai