Anda di halaman 1dari 31

IMUNISASI

Niken,S.Pd,M.Pd
IMUNISASI
POKOK BAHASAN

A. Pengertian imunisasi

B. Tipe vaksin

C. Jenis vaksin
E. Metode meningkatkan
imunogenitas vaksin
F. Imunitas setelah imunisasi

G. Pertimbangan praktis dalam


vaksinasi
H. Isu dan kekhawatiran
penggunaan vaksin
A. Pengertian imunisasi

Suatu cara meningkatkan imunitas


Imunisasi tubuh untuk melawan penyakit tertentu
(Starr dan McMillan, 2010: 168).

Imunisasi Aktif
(Vaksinasi)
Dilakukan dengan
2 cara Imunisasi Pasif
(Pemberian antibodi)
Imunisasi aktif
(Vaksinasi)

Kegiatan memaparkan seorang individu terhadap patogen


(toksin) yang sudah dihilangkan sifat bahaya dan
toksiknya, yang bertujuan untuk menstimulus sistem imun
individu tersebut sehingga dibentuk antibodi pelindung
dari patogen

Volk dan Wheeler (1990: 4) mengemukakan pendapat


mengenai kriteria vaksin yang ideal, sebagai berikut:
1. Benar-benar aman digunakan.
2. Hanya memerlukan satu kali pemberian.
3. Relatif mudah dibuat.
B. Tipe vaksin

1. Vaksin Teratenuasi dapat dibuat dengan


menggunakan virus dan bakteri.

Vaksin teratenuasi yang dibuat dari virus, contohnya vaksin


untuk adenovirus, cacar air (varicella), campak (rubeola),
gondongan , campak Jerman , polio (oral sabbin vaksin),
rotavirus, cacar, demam kuning

Vaksin teratenuasi dari bakteri contohnya, vaksin BCG


(untuk membentuk kekebalan terhadap tuberkulosis), kolera,
tularemia, thypoid fever.
Cara atenuasi yang paling sederhana terhadap bakteri untuk
keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di
bawah titik kematian atau memaparkan bakteri pada bahan kimia
penginaktif sampai batas konsentrasi subletal. Menumbuhkan bakteri
pada medium yang tidak cocok untuk pertumbuhannya, contohnya:
vaksin kolera unggas (Pasteurella multocida) oleh Pasteur ditumbuhkan
di bawah keadaan yang kekurangan zat makanan.
Cara atenuasi terhadap virus adalah dengan membiakkan pada
spesies yang tidak sesuai untuk tumbuhnya, contohnya virus rinderpest
yang patogen terhadap sapi,dilemahkan dengan menumbuhkannya pada
kambing. Cara etenuasi lain adalah menumbuhkan virus mamalia pada
telur atau menumbuhkan pada telur lain jenis, misalnya virus influenza
pada ayam dilemahkan pada telur burung dara.
Gambar. Contoh Mekanisme Atenuasi Virus untuk Menghasilkan
Vaksin dengan Menumbuhkan Virus pada Inang yang Berbeda
Gambar. Vaksin Teratenuasi: Antigens, Membran, dan Materi Genetik
2. Vaksin Terinaktivasi
dibuat dari patogen yang sudah dibunuh (nonaktif) melalui
pemanasan atau pemaparan terhadap senyawa kimia

Vaksin terinaktivasi yang dibuat dari virus contohnya, vaksin


hepatitis A, influenza, enchepalitis , polio (vaksin subkutaneus
salk).

Vaksin terinaktivasi yang dibentuk dari bakteri contohnya


vaksin antrax, thypoid fever (vaksin subkutaneus), Q fever.
Gambar . Vaksin Terinaktivasi
3. Vaksin Sub
unit
salah satu vaksin yang hanya menggunakan bagian
antigen dari patogen (tidak seluruh bagian dari
patogen).

Contohnya adalah vaksin yang mengandung pili dari


Neisseria gonorrhoae dapat menstimulus tubuh untuk
menghasilkan antibodi yang dapat menempel pada bagian pili N.
Gonorrhoae.
Contoh lain adalah pada pembuatan vaksin hepatitis B dan
Vaksin HSV (Herpes Simplex Virus)
Gambar . Vaksin Subunit
Gambar . Skema Pembuatan Vaksin HSV
4.Vaksin Konjugasi

dibuat dengan proses konjugasi antigen dari kapsul


bakteri kepada molekul yang dapat menstimulasi sistem
imun dengan memproduksi antibodi.

Contoh vaksin ini adalah vaksin Hib (untuk


memunculkan kekebalan terhadap Haemophilus
influenza tipe b), meningitis meningococcal ( Neisseria
meningitidis ) dan pneumonia.
Gambar. Vaksin Konjugasi
5. Vaksin Toksoid

eksotoksin yang sudah diinaktivasi (dibuat menjadi


nontoksik) melalui pemanasan dan pemaparan terhadap
zat kimia

Contohnya adalah pada vaksin tetanus, botilisma, dan


difteri
Gambar . Vaksin Toksoid
6. Vaksin DNA

Gen tertentu dari patogen disisipkan ke dalam plasmid,


selanjutnya plasmid diinjeksikan ke dalam jaringan kulit
atau otot. Di dalam sel inang, gen tersebut akan
membentuk antigen. Keberadaan antigen di dalam tubuh
akan mendorong pembentukan antibodi yang berguna
untuk melawan infeksi patogen bersangkutan.

Vaksin DNA yang saat ini sedang dalam tahap uji klinik
adalah Vaksin HIV.
Gambar . Vaksin DNA
7. Vaksin Autogen

Vaksin autogen diambil dari bakteri yang diisolasi dari


infeksi lokal pada seorang individu. Patogen dibunuh
kemudian disuntikkan kepada individu yang sama untuk
mendorong pembentukan antibodi yang lebih banyak.

8. Vaksin Bervektor Virus

meliputi penggunaan virus sebagai vektor untuk


membawa gen untuk antigen pelindung dari virus
lainnya.
C. Jenis vaksin

1. Vaksin BCG ( Baccile calmette


guerin)
vaksin hidup yang dibuat dari bakteri Mycobacterium
bovis yang dibiakkan selama 1-3 tahun sehingga
menghasilkan bakteri yang tidak virulen tetapi masih
memiliki imunogenitas
Tujuannya adalah mencegah TBC

Gambar:
Mycobacterium bovis
2. Vaksin Haemophilus influenza tipe B
(HiB)

dibuat dari kapsul Polyribosyribitol phosphate (PRP).


Vaksin ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
HiB yang sering menyebabkan meningitis, pneumonia,
selulitis, dan artritis.

Gambar . Haemophilus influenza


3. Vaksin Malaria

Pembuatan bahan vaksin dapat dilakukan dengan


menggunakan seluruh tahapan siklus hidup atau salah
satu tahapan yang diisolasi dari agen penginfeksi yang
diatenuasi atau dinon-aktifkan dengan beberapa
metode fisika maupun kimia.

4. Vaksin Influenza

dibuat dengan cara rekombinasi lebih dari satu gen


influenza dari virus yang berbeda pada plasmid.
E. Metode meningkatkan
imunogenitas vaksin

Salah satu caranya adalah dengan jalan


mencampur antigen dengan adjuvan .

Adjuvan yang paling umum digunakan untuk vaksin hewan


adalah aluminium dan minyak mineral.
Dalam perkembangannya, adjuvan pada vaksin ini dibuat
dengan mengkombinasikan aluminium dengan formaldehid.
Adjuvan lain yang juga digunakan pada vaksin influenza
adalah senyawa lemak (prekursor kolesterol terpenoid)
F. Imunitas setelah imunisasi

Jika dihubungkan lamanya imunitas dengan tipe


vaksin yang digunakan, vaksin dengan
menggunakan mikroorganisme hidup dalam
kebanyakan hal memberikan imunitas yang lebih
lama daripada vaksin yang dimatikan.

Pada umumnya antibodi akan mencapai taraf yang bisa


diukur dalam waktu 7-10 hari setelah pemberian vaksin. Taraf
ini mungkin meningkat selama 1 atau 2 minggu. Taraf antibodi
ini mungkin akan dipertahankan selama sekitar 6 bulan,
kemudian dapat mengalami penurunan.
G. Pertimbangan praktis dalam
vaksinasi

Keberhasilan imunisasi tergantung pada beberapa


faktor, yaitu :

1. Status imun host

2. Faktor genetik host

3. Kualitas dan kuantitas vaksin


1. Status imun host

Adanya antibodi spesifik pada host terhadap vaksin


yang diberikan akan mempengaruhi keberhasilan
vaksinasi.

2. Faktor genetik host

Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi


atas responder baik, cukup, dan rendah terhadap
antigen tertentu.
3. Kualitas dan kuantitas
vaksin

Beberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat


menentukan keberhasilan vaksinasinya seperti cara
pemberian, dosis, frekuensi pemberian, ajuvan yang
dipergunakan, dan jenis vaksin.
Imunisasi Pasif
(Pemberian Antibodi)

Pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan


untuk pemberian imunitas secara langsung tanpa
harus memproduksi sendiri zat aktif untuk kekebalan
tubuh

Imunisasi pasif tidak melibatkan sel memori dalam tubuh,


sehingga proteksi bersifat sementara selama antibodi masih aktif
di dalam tubuh pasien.
Imunsasi pasif dapat dilakukan dengan pemberian
immunoglobulin kepada seseorang berupa plasma atau serum
dengan antibodi tertentu
H. Isu dan kekhawatiran
penggunaan vaksin

Dalam prakteknya, terdapat beberapa isu dan


kekhawatiran mengenai penggunaan vaksin. Dikhawatirkan
terdapat efek samping dalam penggunaan vaksin sehingga
menyebabkan munculnya penyakit lain.
TERIMA KASIH…

Anda mungkin juga menyukai