Anda di halaman 1dari 55

HIGHLIGHTS

KULIAH HUKUM DAN


KEBIJAKAN INVESTASI
Dosen
Prof .DR I.B.R Supancana

Program Magister Ilmu Hukum


UNTAG Surabaya
Tahun 2019
RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

I. PEMAHAMAN DASAR INVESTASI LANGSUNG, DARI


PERSPEKTIF HUKUM DAN KEBIJAKAN
II. ANATOMI INVESTASI LANGSUNG DI INDONESIA
III. HUKUM DAN KEBIJAKAN INVESTASI DARI MASA KE MASA
IV. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK DI BIDANG INVESTASI
LANGSUNG
V. ASPEK-ASPEK HUKUM TRANSNASIONAL KEGIATAN
INVESTASI LANGSUNG
VI. PERBANDINGAN HUKUM DAN KEBIJAKAN INVESTASI DI
BEBERAPA NEGARA
VII. STUDI KASUS DI BIDANG INVESTASI LANGSUNG DI
INDONESIA
VIII. STRATEGI PEMBINAAN DAYA SAING INVESTASI
LANGSUNG DARI PERSPEKTIF HUKUM DAN KEBIJAKAN
I. PEMAHAMAN DASAR INVESTASI LANGSUNG
DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN KEBIJAKAN

A. Peristilahan dan Pengertian


B. Jenis-jenis Investasi
1. Langsung
2. Tidak Langsung
C. Faktor-faktor Pendorong Investasi
1. Country Risk
2. Red-Tape
3. Transparansi dan Kepastian Hukum
4. Alih Teknologi
5. Jaminan dan Perlindungan Ivestasi
6. Ketenagakerjaan
7. Infrastruktur
8. Sumber Daya Alam
9. Akses Pasar
10. Insentif Pajak
11. Mekanisme Penyelesaian Sengketa
I.C.1. Country Risk
(resiko menanam modal)
a. Aspek Stabilitas Politik dan Keamanan
b. Aspek Kebijakan
- Perubahan unilateral dalam syarat-syarat hutang
- Kebijakan pertanahan
- Dan lain-lain
c. Aspek Ekonomi
- Salah urus perekonomian
- Depresi atau resesi berkepanjangan
- Credit Squeeze
- Pertumbuhan ekonomi yang terus menurun
- Terjadinya depresiasi mata uang yang sangat tajan
d. Aspek Neraca Pembayaran dan Hutang Luar Negeri
- Turunnya pendapatan ekspor
- Peningkatan pada impor makanan dan enerji secara tiba-tiba
- Overextension (perpanjangan) hutang luar negeri
- Keadaan memburuk pada neraca pembayaran
II. ANATOMI INVESTASI LANGSUNG
DI INDONESIA

A. Peran investasi langsung bagi pertumbuhan ekonomi


dan pengentasan kemiskinan
B. Perkembangan dan kecenderungan investasi
langsung di Indonesia
C. Daya saing indonesia dalam menarik investasi
langsung :
1. Indikator daya saing investasi
2. Hasil penelitian berbagai lembaga pemeringkat
mengenai daya saing Indonesia
3. Faktor-faktor yang melemahkan
4. Faktor-faktor yang memperkuat
II.C.1 Indikator daya saing investasi

a. Doing Business
b. Investment Climate Assessment (ICA’S)
c. The WB’S World Business Environment Survey (WBES)
d. The WB’S Institutes Worldwide Governance Research Indicators
e. The Heritage Foundations Index of Economic Freedom
f. Transparency International’s Corruption Perfection Index (TICPI)
g. Institutional Investors Country Credit Ratings
h. Euromoney’s Country Risk Rankings
i. The International Institute for Management Development (IMD’S)
World Competitiveness Year Book.
j. Global Competitiveness Report
k. The PERC Group International Risk Guide
l. AT Kearney’s FDI Confidence Index (FDF)
II.C.2. PERINGKAT DAYA SAING
INDONESIA
a. Global Competitiveness index 2015-2016 (World Economic Forum)
Indonesia di peringkat 37, lebih rendah dari Singapura (2), Malaysia (18),, Thailand (32), tapi
lebih baik dari Philipine (47), Vietnam (56).
b. PERC
Dari segi Corruption Perception, Indonesia no 15 dari 16 negarautama di Asia Pasific dengan
score 8 (2016), 7,63 (2017), 7,57 (2018) (dengan skala terburuk 10, terbaik 0), Indonesia lebih
buruk dari negara-negara ASEAN lainnya (Singapura, Malaysia, Philipine, Thailand, dan
Vietnam)
c. Global Human Capital Index
Tahun 2017, Indonesia diurutan 65 dari 130 negara, naik dari 72 di tahun 2016. Indonesia
masih di bawah Singapura (11), Malaysia (33) dan Vietnam (64).
d. World Investment Report (UNCTAD)
Indonesia termasuk salah satu MNE’s Top Prospective Host Economies for 2017-2019 pada
peringkat ke 8, di atas Thailand (14), Philippines (9), Vietnam (14), Singapura (18),Malaysia
(10), tetapi dibawah US (1), China (2) dan India (3) serta Brazil (7).
e. World Bank’s Report on Doing Business – 2015-2016-2017-2018-2019
Indonesia berada diurutan 121 (2015), 106 (2016), 91 (2017), 72 (2018) (2019), dan 73 dari
segi kemudahan berusaha.
f. A.C Nielsen 2015
Indonesia negara ke 2 paling optimistic setelah India (130), dengan score 123 dari aspek
Consumer Confidence Index., diikuti oleh Philippine (115), Thailand (114), Vietnam (112),
Singapore (100).
g. Human Development Index/IPM (UNDP) tahun 2015.
Score Indonesia 0, 689, termasuk dalam medium human development category, berada
di peringkat 113 dari 188 negara.
II.C.2.f. WB Ease of Doing Business Indicators’
Ranks bagi Indonesia

• Starting a business - 144


• Dealing with construction permit - 108
• Getting Electricity - 38
• Registering property - 106
• Getting credit - 55
• Protecting Minority investor - 43
• Paying taxes - 114
• Trading across border - 112
• Enforcing contract - 145
• Resolving insolvency - 38
II.C.3 Faktor-faktor Yang Lemahkan Daya
Saing Indonesia
a. Tidak ada konsistensi dalam kebijakan, pengaturan dan implementasi
investasi
b. Ketidakpastian dalam interpretasi dan implementasi Otonomi Daerah
c. Masalah ketenagakerjaan yang kompleks
d. Hambatan Birokrasi
e. Korupsi yang tinggi dan sistemik
f. Kurang insentif
g. Rendah jaminan dan perlindungan investasi
h. Tidak berfungsinya sistem hukum
i. Lemahnya penegakan dan kepastian hukum
j. Rentannya stabilitas politik dan keamanan
k. Maraknya KKN
l. Tidak jelas kebijakan privatisasi
m. Pemerintahan yang tidak “credible”
n. Tidak jelas kebijakan industri dan investasi
o. Hak-hak tanah yang kurang
p. Infrastruktur yang kurang
II.C.4 Faktor-faktor yang
memperkuat Daya Saing Indonesia

a. Kekayaan alam yang melimpah


b. Letak geografis yang strategis
c. Jumlah penduduk yang besar
d. Pasar yang sangat besar
e. Tenaga kerja berjumlah besar
f. Kondisi cuaca yang ramah
g. Sistem devisa terbuka
III.HUKUM DAN KEBIJAKAN
INVESTASI DARI MASA KE MASA
A. Masa penguasaan/penjajahan oleh
bangsa-bangsa Eropa (1511-1942)
B. Masa pendudukan Jepang (1942-1945)
C. Masa revolusi mempertahankan
kemerdekaan (1945-1949)
D. Masa Orde Lama (1949-1966)
E. Masa Orde baru (1967-1998)
III.A. Masa Penguasaan oleh
Bangsa-Bangsa Eropa
1. Penguasaan Portugis (1511-1596)
2. Penguasaa Belanda I (1596-1795)
3. Penguasaan Perancis (1795-1811)
4. Penguasaan Inggris (1811-1816)
5. Kembalinya Penguasaan Belanda (1816-
1942)
III.A..1. Penguasaan Portugis
a. Menguasai Malaka tahun 1511
b. Atas ijin Sultan Ternate membuat benteng tahun 1521
c. Dengan kekuatan militer mampu kuasai Maluku untuk
menjamin monopoli rempah-rempah (1564)
d. Karena melanggar perjanjian, Portugis diusir oleh
Sultan Baabulah dari Ternate (1574)
e. Dengan hengkangnya Portugis maka wilayah
Indonesia dikuasai oleh 3 raja, masing-masing: bagian
Barat dikuasai Sultan Aceh; bagian Tengah dikuasai
Sultan Banten dan Mataram; bagian Timur dikuasi
Sultan Ternate
III.A.2. Penguasaan Belanda I
1. Misi dagang pertama tiba di Jakarta 23 Juni 1596 dengan biaya
290.000 gulden dari “compagnie van Verre”
2. Tahun 1600 ditandatangani perjanjian dengan Ambon untuk
monopoli rempah-rempah
3. Tahun 1602 VOC didirikan oleh 6 Kamar Dagang, yaitu:
Amsterdam; Zeeland; Delft; Rotterdam, Horn, Enkhuyzen.
Dengan modal 7.449.588,40 gulden
4. Tahun 1646 Belanda kuasai Jakarta dan memperoleh hak
monopoli, Belanda mulai tetapkan “Statuten van Batavia”
5. Tahun 1663 Belanda kuasai Sumatra kecuali Aceh
6. Tahun 1667 Indonesia Timur dikuasi Belanda dengan perjanjian
Bongaya
7. Tahun 1751 diberlakukan ketentuan “penyerahan paksa”
8. Belanda berlakukan: HAG yang bersifat diskriminatif dan
melarang pribumi melakukan kegiatan perdagangan
9. Tahun 1799 VOC dibubarkan
III.A.2. Penguasaan Belanda I
(lanjutan)
Eskalasi Penguasaan Ekonomi/Politik oleh Belanda
a. Mula-mula datang sebagai pedagang tanpa hak-hak
khusus
b. Kemudian dekati penguasa/raja untuk peroleh hak-hak
khusus
c. Dengan “bargaining position” yang lebih baik mulai
menuntut hak-hak “quasi territorial”
d. Guna menjamin harga dan pasokan mulai menetapkan
ketentuan yang bersifat memaksa
e. Untuk peroleh keuntungan yang besar mulai mengatur
harga dan cara penyerahan barang
f. Untuk mencapai tujuan akan kekuasaan mulai
terapkan politik adu domba untuk cegah penguasa
lokal jadi kuat
III.A.3. Penguasaan Perancis
1. Tahun 1795 tentara Napoleon menguasai Belanda
2. Daendels, salah seorang jendralnya Napoleon ditunjuk sebagai
Gubernur Jendral ex Hindia Belanda
3. Terdapat 2 pemikiran filsafat yang pengaruhi Daendels. Pertama,
Hoogendorp yang mendasarkan pada prinsip Liberty, Equality
memperkenalkan “private capital”, kebebasan berdagang dan
penerapan “direct taxes”. Kedua, Nederburg yang menganut
filsafat konservatif yang mempertahankan “Status Quo”
4. Kebijakan Daendels: Pertama, tetap pertahankan “penyerahan
paksa”; Kedua, menerapkan prinsip “indirect rule” melalui para
Bupati; Ketiga, menjual tanah negara kepada swasta; Keempat,
memisahkan kekuasaan administratif dari kekuasaan kehakiman;
Kelima, melakukan praktek “mark up” dalam proyek pemerintah.
III.A.4. Penguasaan Inggris
1. Tahun 1811 Rafles ditunjuk sebagai Gubernur Jendral
2. Kebijakan investasi yang diletakkan Rafles: Pertama,
kebijakan investasi tidak semata-mata mengamankan
import dari Indonesia tapi juga memasarkan produk
tekstil Inggris di Indonesia (Hindia Belanda); Kedua,
menerapkan “the land tax law” yang dilaksanakan
melalui perangkat desa dengan “mem “by-pass” peran
Bupati
3. Tahun 1816 wilayah Hindia Belanda diserahkan
kembali oleh Inggris kepada Belanda
III.A.5. Penguasaan Belanda II
1. Tahun 1816 Belanda kembali kuasai Hindia Belanda
2. Filsafat yang berkembang adalah “Conservatism vs Liberalism”
3. Kebijakan yang ditempuh: dibuka kompetisi dengan suatu
pengendalian; monopoli secara terbatas masih diterapkan;
penerapan “land rent” yang bisa diganti dengan kerja paksa (“tax
in labour”); memberlakukan RR 1830 yang mengakui modal
swasta secara terbatas; menerpkan pajak desa; memberi insentif
pada investor Belanda; KUHP diberlakukan tahun 1848 untuk
golongan Eropa; memberlakukan RR 1854 yang liberal, kerja
paksa dan tanam paksa dihapuskan; kaum humanis mulai
pengaruhi pengambilan putusan; tahun 1870 “agrarische wet”
mulai diberlakukan; tahun 1901 politik etis mulai diberlakukan; UU
Pertambangan (1910) dan UU Kehutanan (1913) berlaku.
4. Terjadi Depresi Ekonomi tahun 1929
5. Tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia
III.B. Masa Pendudukan Jepang
A.Tahun 1942 Jepang menguasai Indonesia
denganmenempuh kebijakan: menyita
semua harta Pemerintah Hindia Belanda
dan investor asing; menerapkan sistem
kerja paksa dengan kedok sukarela;
semua sumber ekonomi berpindah bagi
pemenuhan kepentingan Jepang.
B. Tahun 1945 Bangsa Indonesia
Proklamirkan Kemerdekaan
III.C. Masa Mempertahankan
Kemerdekaan
1. Tahun 1945 Proklamasi Kemerdekaan: sikap yang
ditunjukkan tidak anti investasi, tapi dimanfaatkan
seefisien mungkin agar tidak terjebak dominasi asing.
2. Perjanjian Linggarjati 25 Maret 1947: berisi antara lain
pengakuan Indonesia bagi pemulihan hak-hak investor
asing.
3. Perjanjian Renville 8 Desember 1947.
4. Konperensi Meja Bundar 2 November 1949: Indonesia
diwajibkan memberikan perlakuan yang sama di
bidang perdagangan/industri dan investasi kepada
bangsa-bangsa asing serta membuat jaminan untuk
membuat ketentuan hukum yang berkaitan dengan hal
itu; Nasionalisasi harus dengan kompensasi yang
layak; Boleh ada investasi baru.
III.D. Masa Orde Lama
1. Tahun 1949 pemulihan Kemerdekaan
2. Tahun 1950 kembali ke Negara Kesatuan.Dilakukan evaluasi terhadap investasi
asing, yang intinya: Investasi asing tidak mampu sejahterakan bangsa Indonesia;
Investasi asing selama ini mengecualikan bangsa Indonesia dari bisnis
perdagangan, keuangan dan pengangkutan.
3. Kabinet Sukirman tahun 1951: Mendorong pribumisasi; Imbangi investasi asing
dengan investasi dalam negeri yang disponsori negara; Munculnya perusahaan
“ali baba” yang sarat KKN; Terjadi kerusuhan Tanjung Morawa dan Surabaya
tahun 1953 yang rugikan investasi asing.
4. Kabinet Alisastroamijoyo II tahun 1955: Dibentuk Menteri Negara urusan
perencanaan (Juanda); Disusun Repelita 1955-1961; Munculnya pemimpin-
pemmimpin daerah yang mandiri sehingga melahirkan bentuk “island economies”;
ide separatisme berkembang.
5. Kabinet Juanda 1957: Banyak terjadi nasionalisasi
6. Pemberlakuan Undang-Udang Penanaman Modal tahun 1958.
7. Pembentukan Undang-Undang Pembangunan Ekonomi Semesta 8 tahun pada
tahun 1961: Pembatasan terhadap investasi asing; Investasi asing alami titik
nadir.
8. Pecahnya G 30 S PKI: Investasi asing makin merosot.
III.E.Masa Orde Baru
1. Berlakunya Undang-Undang No 1 tahun 1967 (PMA) dan
Undang-Undang no 6 tahun 1968 (PMDN): Pada 5 tahun pertama
terjadi kenaikan invvestasi asing yang cukup signifikan; Hal itu
dicapai antara lain karena adanya stabilitas politik dan keamanan.
2. Tahun 1974-1979 terjadi penurunan investasi, karena: Buruknya
implementasi ketentuan-ketentuan dibidang investasi; terlalu
panjangnya rentang birokrasi; tidak tepatnya insentif dan fasilitas
investasi; namun penurunan investasi tidak terlalu berpengaruh
karena adanya “boom minyak”.
3. Periode Investasi besar-besaran oleh Jepang pada tahun 1983-
1987.
4. Periode Keterbukaan Ekonomi thaun 1988-1997: Liberalisasi
kebijakan ekonomi melalui deregulasi perbankan 1988, otomotif
1993, mobnas 1996, tekstil 1996, dll; Liberlisasi diterpkan secara
keliru hingga sebabkan hilangnya kendali moneter, hutang swasta
yang terlalu besar, saratnya praktek mark-up dan KKN ; Aspek
distribusi yang adil kurang diperhatikan; Semua itu memperlemah
fundamental ekkonomi kita.
III.F. Hikmah yang patut dipetik dari
Sejarah Investasi
1. Setiap kebijakan yang hanya mengutamakan pertumbuhan dan
mengabaikan distribusi keadilan tidak akan mengangkat
kesejahteraan rakyat.
2. Liberalisasi dan keterbukaan dalam kebijakan investasi harus
perhitungkan kepentingan jangka panjang rakyat dan bangsa.
3. Cara berpikir sektoral/parsial harus ditanggalkan.
4. Stabilitas yang tidak semu hanya dapat dicapai melalui
terciptanya keadilan dan kesejahteraan.
5. Kebodohan harus dihilangkan untuk mencegah dijadikannya
bangsa Indonesia sebagai objek.
6. Peningkatan pendidikan dan pelatihan akan tingkatkan daya
saing bangsa.
7. Setiap perumusan kebijakan harus didasarkan atas kepentingan
sebagian besar rakyat Indonesia.
8. Sikap kenegarawanan harus lebih ditonjolkan.
IV. KETENTUAN-KETENTUAN
POKOK DI BIDANG INVESTASI
A. KEBIJAKAN UMUM
B. BENTUK-BENTUK BADAN USAHA
C. KELEMBAGAAN
D. PEMBATASAN
E. INSENTIF
F. PERPAJAKAN
G. KETENAGAKERJAAN
H. PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL
I. PENYELESAIAN SENGKETA
IV.A. Kebijakan Umum di Bidang
Investasi
1. Penyederhanaan proses dan tata cara perijinan/persetujuan di bidang investasi
(PTSP, SPIPISE dan On Line Single Submission), khususnya PP no 24 tahun
2018 tentang Prizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (online Sngle
Submission).
2. Memperluas bidang-bidang yang terbuka untuk investasi (Perpresno 44 tahun
2016)
3. Menawarkan wilayah/Kawasan Investasi beserta segenap fasilitasnya (KEK, KTI,
Kapet, KI, Kaw2asan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas)
4. Penyempurnaan produk hukum yang mampu menciptakan iklim investasi yang
lebih baik (UUPM, UU Perpajakan, UU Pelayaran , UU Minerba, dst)
5. Menyempurnakan mekanisme penegakan hukum dan penyelesaian sengketa
yang efektif dan adil (masih parsial)
6. Menyempurnakan institusi/kelembagaan yang ada untuk dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik terhadap kegiatan investasi(BKPM, PDPPM, PDKPM,
Kementerian Sektor)
7. Membuka kepemilikan saham asing yang lebih besar (UUPM, Perpres no 44
tahun 2016)
8. Meningkatkan peranan pengusaha kecil dan menengah dengan program
kemitraan (UU no 28 tahun 2008 ttg UMKM).
IV.A. Kebijakan Umum di Bidang Investasi
(lanjutan)
16 Paket Kebijakan Ekonomi
• Paket 1: Peningkatan terhadap tingkat persaingan industri (9 September 2015);
• Paket 2: Mempersingkat proses perijinan ekspor (29 September 2015);
• Paket 3: Peningkatan investasi, memacu ekspor dan menjaga daya beli masyarakat
(7 Oktober 2015);
• Paket 4: Memberikan kepastian perhitungan upah minimum dan meningkatkan kredit
bagi UKM (15 Oktober 2015);
• Paket 5: Memperkuat iklim industri & investasi dengan insentif pajak serta deregulasi
perbankan syariah (22 Oktober 2015);
• Paket 6: Memberikan stimulus ekonomi di daerah perbatasan dan memfasilitasi
ketersediaan komoditas strategis (5 Nov 2015);
• Paket 7: Insentif bagi industri padat karya dan mempermudah proses sertifikasi lahan
(7 Des 2015);
• Menyelesaikan masalah akuisisi lahan, meningkatkan produksi minyak domestik dan
menstimulus industri aviasi nasiona (21 Des 2015)l;
IV.A. Kebijakan Umum di Bidang Investasi
(lanjutan)
• Paket 9: Mempercepat program kelistrikan, stabilisasi harga daging dan
meningkatkan sektor logistik (27 Januari 2016);
• Paket 10: Revisi daftar negatif investasi dan memperkuat proteksi UKM (11
Feb 2016);
• Paket 11: Memberikan pendampingan bagi UKM (29 Maret 2016);
• Paket 12: Menggenjot tingkat kemudahan melakukan bisnis di Indonesia
(28 April 2016);
• Paket 13: Penyediaan rumah murah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah (24 Agustus 2016);
• Paket 14: Membentuk roadmap bagi industri e-commerce (10 Nov 2016);
• Paket 15: Membentuk roadmap industri logistik (15 juni 2017);
• Paket 16: Upaya percepatan penerbitan perizinan berusaha dari tingkat
pusat hingga daera/on line single submission(21 Juni 2018).
IV.B. Bentuk-Bentuk Badan Usaha
1. Perseorangan (KUH Perdata)
2. Perserikatan
- Firma (Pasal 16 KUHD)
- CV (Pasal 19 KUHD)
3. Perseroan
- PT (Uuno 40 tahun 2007)
- Persero (Pasal 1 angka 2 UU no 19 tahun 2003 ttg
BUMN)
- Perum (Pasal 1 angka 4, UU no 19 tahun 2003)
- Kantor Perwakilan Perusahaan Asing (Pasal 1
Keppres no 90 tahun 2000, Keput Kepala BKPM no 22
tahun 2001, Pasal 1 Permendag no 10 tahun 2006)
IV.C. Aspek Kelembagaan
1. BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal)
2. Kementerian Teknis
3. Perwakilan RI di Luar Negeri
4. PDPPM (Perangkat Daerah Provinsi bidang
PenanamanModal) dan PDKPM (Perangkat Daerah
Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal)
5. Mekanisme Koordinasi, baik pada Tingkat
Kementerian Teknis/LPNDmaupun pada Tingkat
Pemerintah Daerah (Provinsi,Kabupaten, Kota).
IV.D. Pembatasan terhadap
Investasi
1. Menetapkan bidang-bidang yang tertutup bagi Investasi Asing
(Perpres no 44 tahun 2016).
2. Penetapan syarat Investasi Minimal (beberapa aturannya sudah
dihapus)
3. Keharusan bentuk perusahaan patungan (dalam bidang-bidang
tertentu)
4. Keharusan melakukan divestasi (pada existing contracts)
5. Pembatasan jangka waktu Investasi (pada aturan-aturan tertentu)
6. Pembatasan hak-hak atas tanah (khusus untuk Hak Milik bagi
Asing)
IV.E. Skema Insentif Investasi
1. Kemungkinan kepemilikan saham 100% (Periksa Perpres no 44 tahun
2016).
2. Fasilitas hak-hak atas tanah (PP no 40 tahun 1996), termasuk
pengadaan tanah untuk kepentingan umum (Perpres no 36 tahun 2005
sebagaimana diubah dengan Perpres no 65 tahun 2006), terakhir
dengan UU no 2 tahun 2012. .
3. Fasilitas Keimigrasian (Pasal 21-23 UUPM, Permenkumham no
M.06.IL.01.10 tahun 2006).
4. Kemudahan Penggunaan Tenaga Ahli Asing (Perpres 20 tahun 2018)
5. Meningkatkan ijin pelayanan investasi melalui PTSP (Perpres no 27
tahun 2009) dan SPIPISE (Perka BKPM no 12 tahun 2009)
6. Fasilitas perpajakan : PPh (PP no 1 tahun 2007 sebagaimana diubah
dengan PP no 62 tahun 2008); PPN (Perpresno 12 tahun 2001 jo no 43
tahun 2002 jo no 46 tahun 2003, jo no7 tahun 2007 jo no 31 tahun
2007); dll.
IV.F. Struktur Perpajakan
1. Pajak Penghasilan (UU no 7 tahun 1983 jo no 7 tahun 1991 jo no
10 tahun 1994 jo no 17 tahun 2000 jo no 36 tahun 2008).
2. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU 16 tahun 2009,
perubahan ke empat atas UU no 6 tahun 1983)
3. Pajak atas Pembayaran Luar Negeri
4. PPN dan Ppn BM (Uuno tahun 1983 jo no 11 tahunn 1994 jo no
18 tahun 2000 jo no 42 tahun 2009).
5. Pajak Bumi dan Bangunan (UU no 12 tahun 1994)
6. Pajak/Bea Materai (UU no 13 tahun 1985)
7. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (UU no 21 tahun
2000)
8. Pajak dan Retribusi Daerah (U Uno 28 tahun 2009)
V. ASPEK-ASPEK
TRANSNASIONAL INVESTASI
A. Promosi dan Perlindungan Investasi
B. Aspek-aspek Hukum Kontrak dalam
kegiatan Investasi
C. Penyelesaian Sengketa Investasi
D. Perlindungan HAKI Asing
E. Ratifikasi Perjanjian-Perjanjian
Internasional di bidang Investasi
V.A. Promosi dan Perlindungan
Investasi
1. Perjanjian Bilateral
a. Jaminan Perlindungan terhadap
Nasionalisasi, Ekspropriasi dan Konfiskasi
b. Promosi Investasi (insentif pajak dan non-
pajak)
2. Perjanjian Multilateral
a. Promosi Investasi (insentif pajak dan non-
pajak)
b. Jaminan Perlindungan terhadap
Nasionalisasi, Ekspropriasi dan Konfiskasi
V.B. Kontrak-Kontrak di bidang
Investasi
1. Letter of Intent
2. Joint Operation Agreement
3. Joint Venture Agreement
4. Investment Agreement
5. Shareholders Agreement
6. Loan Agreement
7. Technical Assistance Agreement
8. Management Assistance Agreement
9. Production Sharing
10. Power Purchase Agreement
11. Franchise Agreement
12. Sales and Purchase Agreement
V.C. Penyelesaian Sengketa
Investasi
1. Penyelesaian melalui lembaga peradilan setempat atau internasional
2. Penyelesaian melalui Lembaga Arbitrase
- Permanent Court of Arbitration
- ICSID
- ICC
- Lembaga Arbitrase Khusus
- BANI
- Lembaga Arbitrase Internasional lainnya
3. Penyelesaian melalui ADR
- Mediasi
- Negosiasi
- Inquiries
- Konsiliasi
- Good Offices
- Special Panel
- Board Rules
V.D. Perlindungan HAKI Asing
1. Paten ( UU no 13 tahun 2016)
2. Hak Cipta (UU no 28 tahun 2014)
3. Merek (UU no 20 tahun 2016)
4. Desain Industri (UU no 31 tahun 2000)
5. Rahasia Dagang (UU no 30 tahun 2000)
6. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (UU no 32
tahun 2000)
7. Perlindungan Varietas Tanaman (UU no 29
tahun 2000).
V.E. Ratifikasi Perjanjian-Perjanjian
Internasional di Bidang Investasi
1. Convention on the Settlement of Investment Disputes
between States and Nationals of Other States of 1966
(diratifikasi dengan UU no 5 tahun 1968)
2. New York Convention on Recognition and
Enforcement of Foreign Arbitral Awards 1958 (
diratifikasi dengan Keppres no 34 tahun 1981)
3. Bilateral Agreements on Promotion and Protection of
Investment
4. Multilateral Investment Guarantee Agency Agreement
(MIGA) of 1985, (diratifikasi dengan Keppres no 31
tHun 1986).
5. Bilateral Agreements on Prevention of Double
Taxation and Tax Evasion
6. Bilateral Free Trade Agreements/Economic
Partnership Agreement
VI. PERBANDINGAN HUKUM DAN
KEBIJAKAN INVESTASI

A. PARAMETER PERBANDINGAN

B. NEGARA-NEGARA YANG
DIPERBANDINGKAN
VI. A. PARAMETER PERBANDINGAN

1. Badan Hukum (Business Entities)


2. Kelembagaan di bidang pengembangan dan
regulasi
3. Pembatasan terhadap Investasi asing
4. Insentif Investasi
5. Struktur perpajakan
6. Ketenagakerjaan
7. Perlindungan dan Penegakan HAKI
8. Mekanisme Penyelesaian Sengketa
VI. B. NEGARA-NEGARA YANG
DIPERBANDINGKAN
1. Singapura
2. Malaysia
3. Republik Rakyat Cina
VI.B.1. Singapura
• Badan Hukum : sole proprietorship; Partnership; Incorporated Company: Registered
Branches and Representative Office.
• Lembaga Pengembangan dan Regulasi Investasi: Economic Development Board;
Monetary Authority of Singapore; Trade Development Board; Jurong Town
Corporation; Singapore Institute of Standard and Industrial Research.
• Pembatasan terhadap Investasi Asing: Sektor-sektor yang tertutup bagi investasi
asing; bank, perusahaan keuangan, asuransi; surat kabar; kepemilikan atas property.
• Insentif Investasi: insentif pajak dan insentif non-pajak.
• Struktur Perpajakan :Income Tax; Goods and Services tax (GST); pproperty tax;
stamp tax; witholding tax.
• Hubungan Industrial (labour Relations): dasar hukum; aspek organisasi.
• Perlindungan HKI:
• Penyelesaian Sengketa:: The Arbitration Act 2002; The International Arbitration Act
2002; The Rules of Subordinate Court and The Rules of the Supreme Court; The
Evidence Act of 1990.
VI.B.2. Malaysia
• Badan Usaha: sole proprietorship; partnership; incorporated company; branch offic of
foreign company; joint venture company; representative office.
• Kelembagaan: The National Development Policy; The Malaysian Industrial
Development Authority; Foreign Investment Committee; The Industrial advisory
Council;.
• Pembatasan Investasi: bidang-bidang yang terttutup utk investasi asing; pembatasan
atas dasar Industrial Coordination Act of 1975; pedoman partisipasi ekuitas sektor
manufaktur bagi asing; pedoman penggunaan tenaga kerja asing; pengawasan dan
pengendalian nilai tukar; alih teknologi.
• Insentif Investasi: insentif pajak dan non-pajak.
• Struktur Perpajakan: pajak pribadi; pajak perserikatan; pajak perseroan; witholding
tax; pajak-pajak lain.
• Ketenagakerjaan:persyaratan minimal ketenagakerjaan; trade union; hubungan
majikan dan pekerja; kesejahteraan pekerja.
• Perlindungan HKI: paten;hak cipta; merek dagang.
• Penyelesaian Sengketa:melalui lembaga peradilan; arbitrase; ADR.
VI.B.3. Tiongkok
• Kebijakan Investasi Langsung:
• Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Investasi:Equity Joint Venture
Law 1979 as amended 2001; Contractual Joint Venture Law 1988 as
amended 2000; Wholly Foreign Owned Enterprise Law
• Ketentuan tentang Bentuk Badan Hukum dari Foreign Investment
Enterprise: Foreign investment enterprise dalam bentuk limited liability
company yaitu equity joint venture company; joint stock company; sino-
foreign cooperative joint venture;Wholly foreign own enteprise.
• Ketentuan Perpajakan: pajak penghasilan; VAT; business tax; consumption
tax.
• Ketentuan Ketenagakerjaan: China Labour Law 1994 mengatur tentang:
ketentuan untuk mempekerjakan pekerja lokal; ketentuan untuk
mempekerjakan pekerja asing; kontrak kerja; perlindungan pekerja yang
bekerja pada lingkungan yang beracun; standar dasar bekerja pada
perusahaan asing; sistem pengupahan.
VII. MEKANISME PENYELESAIAN
SENGKETA INVESTASI
A. MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA
YANG EFEKTIF
B.SUMBER-SUMBER SENGKETA INVESTASI
C.DASAR HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA
INVESTASI
D.JENIS-JENIS SENGKETA INVESTASI
BESERTA MEKANISME PENYELESAIANNYA
E. KASUS-KASUS SENGKETA INVESTASI
YANG TERKAIT DENGAN INDONESIA
VII. A. MEKANISME PENYELESAIAN
SENGKETA YANG EFEKTIF
1. Kejelasan Forum Penyelesaian Sengketa
2. Efektivitas keberlakuan dari Hukum yang Diterapkan
dalam penyelesaian sengketa
3. Proses pengambilan putusan yang cepat dengan biaya
yang wajar
4. Netralitas dan profesionalisme Hakim atau Arbiter
dalam proses pengambilan putusan
5. Efektivitas pelaksanaan/implementasi keputusan
pengadilan,arbitrase dan badan penyelesai sengketa
lainnya
6. Kepatuhan para pihak terhadap putusan yang
dihasilkan
VII. B. SUMBER-SUMBER SENGKETA
INVESTASI
1. Kebijakan Host-Country
2. Pelanggaran Kewajiban Host-Country
3. Pelanggaran Kewajiban Home-Country
4. Pelanggaran oleh Investor Asing
5. Pelanggaran oleh Mitra Usaha pada
Host-Country
6. Pelanggaran oleh Masyarakat Setempat
7. Kelemahan dalam Penegakan Hukum
C. DASAR HUKUM PENYELESAIAN
SENGKETA INVESTASI
1. Convention on the Settlement of Disputes Between States and
Nationals of Other States
2. Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral
Award
3. Convention establishing Multilateral Investment Guarantee Agency
4. WTO Agreement of 1994, Including Annex on TRIMS and Disputes
Settlement Understanding
5. UU no 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa
6. UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
7. Peraturan Mahkamah Agung no 1 tahun 2016 tentang Mediasi di
Pengadilan
D. JENIS-JENIS SENGKETA INVESTASI
BESERTA MEKANISME PENYELESAIANNYA
1. Sengketa Antar Negara: Jalur Diplomatik; Permanent Court of
Arbitration; Mahkamah Internasional; WTO’s Dispute Settlement
Understanding.
2. Sengketa antara Negara dengan Subjek Hukum Bukan Negara:
Penyelesaian secara damai; melalui ICSID; melalui MIGA; melalui
Pengadilan Nasional.
3. Sengketa antara Subjek Hukum Bukan Negara Satu Sama Lain:
Penyelesaian Secara Damai; melalui ICC dengan UNCITRAL
Rules; melalui Arbitrase Nasional; Melalui Pengadilan Nasional.
4. Sengketa antara Investor dengan Masyarakat Setempat::
Penyelesaian secara damai; melalui Arbitrase; melalui Pengadilan
Nasional.
VII.E. KASUS-KASUS SENGKETA INVESTASI
YANG TERKAIT DENGAN INDONESIA

1. Kasus PT Timor Putra Nasional


(Kebijakan Mobnas);
2. Kasus Hotel Kartika Plaza (Amco Asia
versus Republic of Indonesia)
3. Kasus Pembangkit Listrik Swasta
Karaha Bodas (Karaha Bodas
Corporation/KBC Versus Pertamina;
4. Kasus Buyat (Newmont Minahasa Raya
vs Masyarakat Setempat)
VIII. STRATEGI PEMBENAHAN DAYA SAING
INVESTASI LANGSUNG DI INDONESIA

A. ERA DAN TANTANGAN BARU DI BIDANG


INVESTASI LANGSUNG
B. ARAH DAN LANGKAH KEBIJAKAN YANG PATUT
DITEMPUH
C. ARAH DAN LANGKAH PENATAAN HUKUM
D. UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
VIII.A. Era dan Tantangan Baru di Bidang
Investasi
1. Faktor-faktor ekstern
a. Globalisasi Tatanan Perdagangan, investasi dan keuangan
b. Isu-isu Global
c. Gerakan perlindungan HAKI
d. Sustainable Development Goals
e. Hak-hak Normatif Tenaga Kerja

2. Faktor-faktor Intern
a. Desentralisasi Pemerintahan
b. Demokratisasi
c. Good Governance, Clean Government, Anti-Korupsi
d. Good Corporate Governance
e. Resource-Based Industry
f. Lingkungan Hidup
g. Hak-hak Asasi Manusia
VIII.B. Arah dan Langkah
Kebijakan yang patut Ditempuh
1. Konsistensi dalam perumusan dan kebijakan investasi
2. Memperbaiki birokrasi perijinan
3. Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi
4. Penyediaan infrastruktur yang memadai
5. Memelihara stabilitas politik dan keamanan yang memadai
6. Insentif yang proporsional
7. Implementasi jaminan dan perlindungan investasi
8. Penyiapan aparatur negara, pelayanan publik dan partisipasi
masyarakat
9. Perlindungan hak normatif tenaga kerja disertai peningkatan
prodiktivitas dan etos kerja
10. Kepastian dan penegakan hukum
11. Partisipasi Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi
12. Meningkatkan kesejahteraan rakyat miskin
VIII.C. Arah dan Langkah Penataan
Hukum
1. Penyempurnaan peraturan perundangan
terkait melalui Reformasi Regulasi
2. Meningkatkan fungsi penegakan hukum
3. Menertibkan koordinasi kelembagaan
4. Mengarahkan budaya hukum
masyarakat ke arah yang diinginkan
VIII.D. Pemberdayaan Masyarakat
1. Community Development: Kegiatan pembangunan yang
diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk
mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila
dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya. Hal
itu dilakukan melalui Community empowerment, community
services dan community communication (relations).
2. Corporate Social Responsibility: Komitmen usaha untuk bertindak
secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk
peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas
hidupndari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan
masyarakat secara lebih luas.
3. Good Corporate Governance: tata kelola perusahaan yang baik
yang berdasarkan pada prinsip “fairness”, “accountability”,
“transparancey”, dan “responsibility”.

Anda mungkin juga menyukai