Semester Pendek
Bu Wulandari
Metode –metode fitokimia
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah
segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber
tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.
Uji fitokimia yang sering dilakukan yaitu uji polifenol, kuinon, alkaloid, triterpenoid, steroid,
saponim dan flavonoid.
Menurut harbone (1987) fitokimia adalah suatu teknik analisa kandungan kimia didalam
tumbuhan. Analisis ini bersifat kualitatif sehingga data yang dihasilkan adalah data kualitatif.
Oleh karena itu dengan metode fitokimia dapat diketahui secara kualitatif kandungan kimia
dalam suatu jenis tumbuhan atau sering disebut dengan istilah skrining fitokimia
Metode Fitokimia
1. Metode ekstraksi
2. Metode pemisahan
3. Metode pemurnian
4. Metode identifikasi
5. Analisis hasil
Proses penyarian dapat dibagi menjadi :
1. Pembuatan serbuk
butir-butir halus dari serbuk akan membentuk suspensi yang sulit dipisahkan
dengan hasil penyarian.
Serbuk yang terlalu halus, dinding selnya mudah pecah sehingga semua zat
baik zat yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan ikut terlarut semua ke dalam
penyarian.
2. Pembasahan
Dinding sel tumbuhan terdiri dari selulosa. Serabut selulosa pada simplisia segar
dikelilingi oleh air. Jika simplisia tersebut dikeringkan, lapisan air menguap sehingga
terjadi pengerutan dan terbentuk pori-pori udara.
Jika serbuk simplisia tersebut dibasahi dengan cairan penyari, maka ruang pori-pori
udara akan diisi oleh cairan penyari yang selanjutnya penyari akan melarutkan zat-
zat dalam simplisia tersebut.
3. Penyarian
Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol,
etanol-air dan eter.
Penyarian pada perusahaan obat tradisional masih terbatas pada air dan etanol
atau etanol air.
Air
Air dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena :
Murah dan mudah diperoleh
Stabil
Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
Tidak beracun
Alamiah
Penguapan adalah proses terbentuknya uap dari permukaan cairan, sehingga sari yang
tadinya berupa cairan akan berubah kekentalannya.
Pengeringan merupakan salah satu proses yang dapat menentukan baik buruknya
mutu produk yang dihasilkan. Oleh karena itu proses pengeringan harus
memperhatikan sifat-sifat zat aktif, cara pemanasan, tinggi suhu dan lamanya
pemanasan.
Pengeringan yang baik adalah yang dapat menghasilkan produk dengan zat aktif
yang maksimal
Fraksinasi
Ekstrak awal merupakan campuran dari berbagai senyawa. Ekstrak awal sulit dipisahkan
melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal.
Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan
ukuran molekul yang sama.
Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda beda tergantung pada
jenis tumbuhan.
Fraksinasi dapat dilakukan dengan metode ektraksi cair-cair atau dengan kromatografi cair
vakum (KCV), kromatografi kolom (KK), size-exclution chromatography (SEC), solid-phase
extraction (SPE)
Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam
ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara
dua fase pelarut dengan massa jenis berbeda yang tak tercampur.
Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa pelarut organik
lipofilik seperti eter, diklorometan, kloroform, etil asetat, heksan dll.
Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air keculai pelarut yang memiliki atom dari
unsur halogen
Gambar corong pisah
Contoh skema fraksinasi
10 gram ekstrak
Fraksi kental n-
Heksan Fraksi kental etil Fraksi kental air
asetat
Gambar kromatografi kolom
Isolasi Senyawa Fitokimia
Isolasi atau pemisahan senyawa dalam simplisia dapat dilakukan dengan
menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan dari teknik
tersebut.
Keempat teknik kromatografi tersebut adalah :
Kromatografi kertas (KKt)
Kromatografi lapis tipis (KLT)
Kromatografi gas cair (KCG)
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
Kromatografi kertas (KKt)
KKt dapat digunakan terutama bagi kandungan tumbuhan yang mudah larut dalam air
seperti karbohidrat, asam amino, basa asam nukleat, asam organik dan senyawa fenolat
Keuntungan KKt : Mudah dan sederhana dalam pengerjaan hanya perlu kertas saring
sbg media pemisahan dan penyangga. Biasanya digunakan kertas saring Whatman No.1
Untuk sekala besar dapat diberi lembaran kertas saring kromatografi yang tebal
(Whatman No 3) dan kerttas ini dapat menampung beberapa mg senyawa per lembar .
Pada KKt senyawa biasanya dideteksi sebagai bercak berwarna atau bercak
berfluorosensi –UV setelah direaksikan dengan pereaksi
Kromatografi lapis tipis (KLT)
2. Kecepatan
Disebabkan oleh sifat penyerap yang lebih padat bila disaputkan pada pelat dan
merupakan keuntungan bila menelaah senyawa yang labil
3. Kepekaan
Dapat memisahkan bahan yang jumlahnya lebih sedikit dari ukuran µg
Pelat yang digunakan dalam KLT dapat mengandung indikator fluorosensi atau tidak .
indikator fluorosensi adalah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika disinari dengan
sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar uv . Jadi lapisan yang mengandung
indikator fluorosensi akan bersinar
Jika senyawa mengandung ikatan rangkap terkonjugasi atau cincin aromatis maka hasilnya
adalah bercak gelap dengan latar belakang yang bersinar.
Penambahan indikator ini memungkinkan pendeteksian semua senyawa yang
memadamkan fluorosensi bila pelat diamati dengan disinari sinar UV berpanang
gelombang 254 nm.
Pada saat akan melakukan KLT, bejana / chamber harus dijenuhkan lebih dulu dengan
eluen. Proses penjenuhan dibantu dengan kertas saring.
Deteksi senyawa pada pelat KLT biasanya dilakukan dengan penyemprotan penampak
bercak
Klt preparatif merupakan cara yang ideal untuk pemisahan cuplikan kecil (50 mg sampai
1 gram)
Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa murni
untuk telaah pendahuluan, untuk menyiapkan cuplikan analisis, untuk meneliti bahan
alam yang lazaimnya berjumlah kecil dan campurannya rumit dan untuk memperoleh
cuplikan yang murni untuk mengalibrasi KLT kuantitatif
Kromatografi gas-cair (KGC)
Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat
pada zat padat penunjangnya
Kromatografi gas terkadang juga dikenal sebagai uap-tahap kromatografi (VPC), atau gas-
cair kromatografi partisi (GLPC
Kelebihan :
2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang
tinggi.
4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga analisis relatif
cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang sangat
beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran.
·
Kekurangan :
3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap
fase diam dan zat terlarut.
Pemurnian Senyawa Fitokimia
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan proses pemisahan dan pemurnian yang
didasarkan pada perbedaan adsorpsi dan daya partisi serta kelarutan dari
komponen-komponen kimia yang bergerak mengikuti kepolaran eluen.
Adsorben yang umum digunakan adalah silika gel dan alumina. Sedangkan partisi
adalah kelarutan tiap-tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen) dimana
arah gerakannya disebabkan oleh interaksi komponen dengan eluen sehingga
komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda dan
menyebabkan terjadinya pemisahan (Hostettmann et al., 1995).
Caranya :
1. Campuran yang akan dipisahkan dengan KLT dilarutkan pada suatu pelarut yang
sesuai, lalu ditotolkan pada bagian bawah plat KLT menggunakan pipa kapiler dan
dikeringkan.
2. Plat selanjutnya dielusi dalam suatu bejana yang berisi sistem pelarut yang jenuh
dengan uap eluen.
3. Pelarut kemudian naik hingga bagian tertentu dari plat selanjutnya dikeringkan.
4. Proses penampakan noda pada plat KLT dapat dilakukan dengan penyinaran dengan
sinar ultraviolet, uap amonia atau dengan penyemprotan menggunakan senyawa kimia
tertentu, misalnya 2,4-dinitrofenilhidrazin dan ninhidrin (Gritter et al., 1991).
5. Kemurnian senyawa dapat diketahui dari bentuk noda pada plat, jika noda yang tampak
berupa noda tunggal, maka senyawa tersebut sudah tidak bercampur dengan senyawa
lainnya.
Uji kemurnian dengan metode ini harus dilakukan pada berbagai eluen yang berbeda
(Poole dan Salwa, 1991).
Identifikasi kandungan kimia tumbuhan
Pada identifikasi suatu kandungan kimia tumbuhan, Setelah kandungan senyawa-
senyawa kimia tumbuhan tsb diisolasi dan dimurnikan , pertama-tama harus di
tentukan dulu golongannya kemudian baru ditentukan jenis senyawanya.
metode Charaux-Paris.
Ekstrak pekat etanol dilarutkan dalam
air,disaring kemudian diekstraksi dengan n-
heksana, fraksi n-heksana dikumpulkan dan di
pekatkan, diperoleh fraksi n-heksana pekat.
Kemudian fraksi air diekstraksi dengan n-
butanol, fraksi n-butanol dikumpulkan dan
dipekatkan,sehingga diperoleh fraksi n-
butanol pekat.
Fraksi air diekstrasi lagi dengan etil asetat, fraksi
etil asetat dikumpulkan dan dipekatkan,
diperoleh fraksi etil asetat pekat.
Contoh skema fraksinasi
10 gram ekstrak
Fraksi kental n-
Heksan Fraksi kental etil Fraksi kental air
asetat
Lanj..
Setelah diketahui bahwa fraksi yang mengandung jenis flavonoid
terbanyak adalah fraksi n-butanol I, maka dilakukan
Pita I Pita II
Pita I Pita II
Flavon
Alkaloid
Tidak
Heterosiklik Heterosiklik
Heterosiklik
dengan Cincin N dengan Cincin N
dengan Cincin N
rasa pahit, berbentuk padatan warna putih, (kecuali nikotin cairan berwarna
coklat)
Dalam tumbuhan kelompok ini dapat ditemunkan dalam bentuk bebas, garam
atau oksida-N.
Prekusor alkaloid ini adalah asam amino seperti ornitin, lisin, fenilalanin/tirosin,
triptopan dan histidin.
Protoakaloid
Salamah, et al (2017)
TERPENOID
• Sebagian besar terpenoid mempunyai
kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau
lebih unit C-5 yang disebut isopren.
• Klasifikasi terpenoid ditentukan dari unit
isopren atau unit C-5 penyusun senyawa
tersebut.
Pengelompokan senyawa terpenoid
CH2OH
OH
OH
OH
Farnesol Bisabolen Eudesmol
Diterpenoid
• Merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom
karbon dan dibangun oleh unit isopren
• Dalam balsam dan resin, grayanotoksin (zat
beracun dari Ericaceae), jiberelin (zat untuk
pertumbuhan), zat pahit kolumbin
• Mempunyai bioaktifitas yang cukup luas yaitu
sebagai hormon pertumbuhan tanaman,anti
serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis,
anti karsinogen
Contoh
Diterpena
OH
COOH
Manool Asam abiatet Pimaradien
Triterpenoid
• Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka
karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari
hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen
• Triterpen yg diturunkan dr skualen dinyatakan
sbg senyawa difarnesol
• Triterpen dibagi mjd 2 gol besar yaitu steroid
dan triterpena
contoh
Tetraterpen
• Merupakan senyawa yang mempunyai 40 atom
karbon dan dibangun oleh unit isopren
• Secara umum berasal dari zat warna karotenoida,
lycopersen
• Biasanya berasal dari Famili: Solanaceae misal
tomat (Solanum lycopersicum L) , Umbelliferae
misal wortel (Daucus carota L ), Cucurbitaceae
misal labu kuning (Curcubita moschata Duch)
Lycopen
politerpen
• Merupakan senyawa yang dibangun oleh
banyak unit isopren
• Dari tanaman Hevea braziliensis dari famili
Euphorbiaceae atau dari tanaman
Castillaelastica family Moraceae.
Terpenoid tak teratur
Identifikasi Terpenoid
• Sampel 0,5 gram dicampur dengan eter, kemudian disaring dan diambil filtratnya. Filtrat tersebut
diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu ditambah eter 2 tetes asam asetat
anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (Harbone, 1987). Larutan merah, pink atau ungu positif
triterpenoid. Biru atau hijau positif steroid (Fendy dkk., 2015).
• Sampel ditotolkan pada lempeng KLT (silika gel GF 254) lalu dielusi dengan eluen toluene:
kloroform: etanol (40:40:10) dengan penampak bercak anisaldehid-H2SO4(p). Terbentuknya noda
berwarna biru-violet menunjukkan adanya senyawa triterpenoid
• Sampel diuapkan hingga kering, residu kemudian ditambahkan dengan etanol yang kemudian
diuapkan kembali. Jika residu tetap berbau enak menunjukkan ekstrak positif mengandung minyak
atsiri (Indrayani dkk, 2006)
• Klt minyak atsiri : Sampel ditotolkan pada lempeng KLT (silika gel GF 254) lalu dielusi dengan Fase
gerak toluene : etil asetat (93:7) dengan penampak bercak vanilin- asam sulfat
Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari
gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan
bukan gula (aglikon)
GLIKOSIDA FAMILI
b. Digitoxin
Diperoleh dari Digitalis purpurea
Guna : sebagai reagen, karena digitonin dapat digunakan sebagai pengikat kolesterol karena
mampu
membentuk kompleks dengan kolesterol dalam plasma darah, cairan empedu dan jaringan
c. Digoxin
Diperoleh dari Digitalis lanata
Guna : sebagai kardiotonikum / tonikum jantung
d. Lanatoside C
Diperoleh dari Digitalis lanata
Guna : kardiotonikum/tonikum jantung
2) Glikosida dari Strophantus
a. Stropantin = K-Strophantin
• Diperoleh dari biji masak Strophantus kombe,
S. hispidus atau S. courmantii (Apocynaceae).
b. Turunan :
Untuk identifikasi turunan antrakuinon dapat digunakan reaksi
Borntrager,
caranya : serbuk yang diuji dimaserasi dengan larutan organik,
kemudian filtrat ditambahkan amoniak atau larutan KOH, apabila
muncul warna merah jambu, merah atau violet maka menunjukkan
adanya turunan antrakuinon bebas.
• Bila dalam bentuk glikosidanya maka harus
dihidrolisis terlebih dahulu dengan larutan
KOH dalam etanol atau dengan asam encer,
sementara bila bentuk glikosidanya sangat
stabil atau termasuk tipe antranol tereduksi
maka reaksi borntragernya akan negatif.
Contoh tanaman yang mengandung glikosida antrakuinon :
1) Aloe
Adalah cairan atau getah yang keluar dari potongan daun
segar Aloe sp.
2. Aloe Cape yaitu cairan atau getah yang berasal dari Aloe
ferox dan hibridanya, Aloe africana, Aloe spicata
a. Kandungan kimia :
Aloe mengandung C-glikosida dan resin yaitu aloin, barbaloin
dan isobarbaloin
b. Identifikasi :
Reaksi Sconteten, reaksi asam nitrat, reaksi asam nitrit, reaksi
borntrager
c. Kegunaan :
Aloe digunakan sebagai pencahar.
Getah segar dari daun A. vera digunakan untuk mengobati
luka baru, luka bakar, lecet dan iritasi pada kulit.
2) Rheum = Rhei Radix = Kelembak
Rimpang dan akar yang telah dihilangkan jaringan peridermnya dan
dikeringkan dari Rheum officinale, Rheum palmatum, Rheum rhaponticum
(Polygonaceae)
a. Kandungan kimia :
Rheum mengandung antrakuinon tanpa gugus karboksil, misal krisofanol,
aloeemodin, antrakuinon bentuk glikosidanya seperti krisofanein dan gluk-
aloeemodin, antrakuinon atau diantron dari krisofanol atau emodin atau
aloe-emodin atau fision glikosida diantron dari rein (senosida A dan B)
serta heterodiantron yang berasal dari dua molekul anron yang berbeda.
b. Kegunaan :
Digunakan sebagai stomakhikum pahit dan dalam diare, daya pencaharnya
diikuti dengan efek adstringensia.
3) Sennae Folium
adalah daun kering dari tanarnan Cassia senna atau C. angustifolia
(Leguminosae).
a. Kandungan kimia :
mengandung turunan antrakuinon, aloe emodin dan rhein. Senosida A
dan B yang bila mengalami hidrolisa kedua glikosida akan
memberikan dua molekul glukosa dan aglikon senidin A dan B.
b. Kegunaan :
sebagai purgativa dalam kasus konstipasi
4) Kaskara sagrada
adalah kayu kulit kering dari tanaman Rhamnus purshiana
(Rhamnaceae)
a. Kandungan kimia :
Dua aloin, barbaloin, heterodiantron serta palmidin A, B dan C.
Aloe-emodin, krisofanol dan emodin dalam keadaan bebas.
b. Kegunaan :
Glikosida primer lebih aktif daripada aloin. Sementara antrakuinon
bebas mempunyai aktivitas pencahar yang kecil.
5) Frangula
Adalah kulit kayu dari tanaman Rhamnus frangula
(Rhamnaceae).
a. Kandungan kimia :
Frangula mengandung 2-4% turunan antrakuinon,
terutama berbentuk glikosida yaitu rhamnosida
frangulosida atau frangulin.
b. Kegunaan :
Kaskara digunakan untuk purgativa
III. GLIKOSIDA SAPONIN
Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin,
yang melalui reaksi asetilasi dapat dimurnikan dan digunakan
sebagai prazat (senyawa awal pembentukan) hormon steroid.
b. Kegunaan :
• menurunkan tegangan permukaan sehingga bisa bersifat sebagai surfaktan, oleh
karenanya dapat digunakan untuk pengemulsi atau suspending agent.
• dapat menimbulkan iritasi selaput lendir dan bersifat merangsang keluarnya sekret
dari bronkial sehingga dapat digunakan sebagai ekspektoran dan bahan
sekretolitik.
• Meningkatkan absorpsi senyawa-senyawa diuretikum (terutama yang berbentuk
garam) dan tampaknya juga merangsang ginjal untuk lebih aktif.
c. Reaksi Identifikasi :
Penentuan kuantitatif, Indeks buih, Indeks
hemolisis
Diosgenin
Dioscorea sylvatica, D. Mexicana, D. Composita,
Dioscorea sp lain; Trillium sp; Trigonella foenumgraecum
Sarmentogenin Strophanthus sp
Saponin triterpenoid dapat dibedakan menjadi 3
golongan yang diwakili oleh 3 senyawa yaitu :
• Alfa Amirin
• Beta Amirin
• Lupeol
Berbagai Turunan Saponin
Triterpenoid dan Asal Tanaman
Saponin Aglikon Tanaman
a. Kandungan kimia :
Asam glisirinat yang mempunyai struktur triterpenoid.
b. Kegunaan :
Sebagai korigen odoris, demolsen, ekspektoransia.
2). Senegae Radix
akar dan rimpang dari Polygala senega (Polygalaceae)
a. Kandungan kimia :
Mengandung saponin triterpenoid, bila dihidrolisa
menghasilkan glukosa dan presenegenin, senegenin, asam
senegat dan asam poligalat (hidroksi-senegenin) senegenin
merupakan senyawa triterpenoid yang dalam struktur
kimianya mengandung klor.
b. Kegunaan :
Sebagai ekspektoransia dan stimulansia dalam bronkitis
kronis.
IV. GLIKOSIDA SIANOPORA
adalah glikosida yang bila dihidrolisis akan terurai
menjadi bagian-bagiannya dan menghasilkan
asam sianida (HCN)
Struktur :
Banyak diantara glukosida sianopora berasal dari
nitrit dan asam mandelat meski mengandung
nitrogen, tetapi struktur sebagai glikosida adalah
0-glikosida bukan N-glikosida.
Contoh Glikosida Sianopora Beserta
Tanaman Penghasilnya
a. Kandungan kimia :
mengandung sinigrin & mirosin
b. Kegunaan :
Mustard biasanya digunakan dalam bentuk plaster, rubefasien dan
bahan konter iritasi. Dosis besar mempunyai daya kerja emetikum.
VI. GLIKOSIDA FLAVONOL
a. Rutin
terdapat pada daun Ruta graveolens (Rutaceae), daun Fagopyrum
esculentum (Polygonaceae), bunga Sophora japonica
(Leguminosae), daun Eucalyptus macroryncha (Myrtaceae)
c. Quercitrin
merupakan glikosida flavonol (quercetin 3-1-rhamnoside) yang diisolasi
dari Quercus tinctoria (Fagaceae)
VII. GLIKOSIDA ALKOHOL
Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki
gugus hidroksi
a. Salicin
adalah glikosida yang diperoleh dari Salix purpurea, Salix fragilis,
Populus cardiacans, Populus balsamivera (Salicaceae).
Salicin oleh emulsin dihidrolisis menjadi glukosa dan saligenin
(salisilalkohol)
Salisin memiliki khasiat antirematik dan daya kerjanya sangat mirip
dengan asam salisilat.
b. Cantharidin
simplisia yang diperoleh dari hewan Cantharis vesicatoria (Meloidea)
VIII. GLIKOSIDA ALDEHID
a. Salinigrin
salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor
terdiri dari glukosa yang diikat oleh m-
dihidroksibenzaldehida sehingga merupakan
glikosida yang aglikonnya suatu aldehide.
b. Vanili
adalah aglikon yang diperoleh dari proses fermentasi buah Vanila
planifolia dan V. tahiferisis (Orchidaceae)
Buah vanila yang dipanen adalah buah yang belum masak dihangatkan
dengan sinar matahari atau dicelup cepat dalam air panas.
Selanjutnya dibungkus dan difermentasi vanilin akan dibebaskan
dari bentuk glikosidanya.
b. Santonin
• berasal dari tanaman antara lain Artemisia cina, A.
maritima, A. vulgaris (Compositae)
• Digunakan untuk anthelmintik
X. GLIKOSIDA FENOL
a. Uva ursi
adalah daun kering dari tanaman Arcostaphylos
uva-ursi (Ericaceae).
Mengandung : arbutin, metil arbutin.
Yang digunakan untuk diuretik dan adstringen