Anda di halaman 1dari 160

Fitokimia

Semester Pendek

Bu Wulandari
Metode –metode fitokimia
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah
segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber
tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.

Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang


ditemukan pada tumbuhan yang memiliki efek yang menguntungkan bagi
kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit.
Uji fitokimia dilakukan untuk menentukan golongan senyawa aktif dari ekstrak tumbuhan.

Uji fitokimia yang sering dilakukan yaitu uji polifenol, kuinon, alkaloid, triterpenoid, steroid,
saponim dan flavonoid.

Untuk menentukan senyawa-senyawa tersebut maka digunakan pereaksi-pereaksi khusus


dan spesifik, misalnya pereaksi Dregendrorf, Meyer, Wagner, asam pikrat dan pereaksi asam
tannat untuk alkaloid. Pereaksi liebermen – burchard untuk terpenoid, FeCl3 untuk
mengidentifikasi polifenol dan larutan gelatin untuk senyawa tanin.

Menurut harbone (1987) fitokimia adalah suatu teknik analisa kandungan kimia didalam
tumbuhan. Analisis ini bersifat kualitatif sehingga data yang dihasilkan adalah data kualitatif.

Oleh karena itu dengan metode fitokimia dapat diketahui secara kualitatif kandungan kimia
dalam suatu jenis tumbuhan atau sering disebut dengan istilah skrining fitokimia
Metode Fitokimia

1. Metode ekstraksi
2. Metode pemisahan
3. Metode pemurnian
4. Metode identifikasi
5. Analisis hasil
Proses penyarian dapat dibagi menjadi :

1. Pembuatan serbuk

Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk


simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas, oleh karena itu
simplisia perlu dilakukan penyerbukan.

Serbuk yang terlalu halus akan memberikan kesulitan pada proses


penyarian, disebabkan karena :
serbuk yang terlalu halus menyebabkan ruang antar sel berkurang
sehingga menyebabkan sulitnya cairan penyari menembus serbuk
simplisia

butir-butir halus dari serbuk akan membentuk suspensi yang sulit dipisahkan
dengan hasil penyarian.

Serbuk yang terlalu halus, dinding selnya mudah pecah sehingga semua zat
baik zat yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan ikut terlarut semua ke dalam
penyarian.
2. Pembasahan

Dinding sel tumbuhan terdiri dari selulosa. Serabut selulosa pada simplisia segar
dikelilingi oleh air. Jika simplisia tersebut dikeringkan, lapisan air menguap sehingga
terjadi pengerutan dan terbentuk pori-pori udara.

Jika serbuk simplisia tersebut dibasahi dengan cairan penyari, maka ruang pori-pori
udara akan diisi oleh cairan penyari yang selanjutnya penyari akan melarutkan zat-
zat dalam simplisia tersebut.
3. Penyarian

Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini :


Murah dan mudah diperoleh
Stabil secara fisika dan kimia
Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki
Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
Diperbolehkan oleh peraturan

Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol,
etanol-air dan eter.

Penyarian pada perusahaan obat tradisional masih terbatas pada air dan etanol
atau etanol air.
Air
Air dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena :
Murah dan mudah diperoleh
Stabil
Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
Tidak beracun
Alamiah

Kerugian penggunaan air sebagai penyari :


Tidak selektif
Air dapat melarutkan garam alkaloid, glikosida, tanin, gula, gom, pati, protein,
lendir, enzim, pektin
Sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak
Air merupakan tempat tumbuh bagi kapang, kamir dan kuman. Oleh karenanya sari harus
ditambah dengan zat pengawet.
Air dapat melarutkan enzim yang dapat menyebabkan reaksi enzimatik
sehingga mengakibatkan penurunan mutu.
Untuk pengeringan diperlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
etanol
Etanol
Etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena :
Lebih selektif
Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin,
kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar, klorofil.
Kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas
Tidak beracun
Netral
Absorbsinya baik
Etanol dapat bercampur dengan air dengan berbagai perbandingan
Panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit

Kerugian etanol sebagai penyari adalah harganya yang mahal


dibandingkan air
Cara penyarian /metode penyarian/ metode ekstraksi
..\..\Metoda_ekstraksi.pdf
4. Penguapan

Penguapan adalah proses terbentuknya uap dari permukaan cairan, sehingga sari yang
tadinya berupa cairan akan berubah kekentalannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan


Suhu
Suhu berpengaruh pada kecepatan penguapan, makin tinggi suhu makin cepat penguapan.
Akan tetapi adanya panas yang tinggi juga dapat mempengaruhi kerusakan zat aktif,
misalnya glikosida dan alkaloid yang akan mudah teruai.
Waktu
Penerapan suhu yang relatif tinggi untuk waktu yang singkat kurang menimbulkan kerusakan
dibandingkan dengan bila dilakukan pada suhu rendah tetapi memerlukan waktu yang lama.
Kelembapan
Beberapa senyawa kimia lebih mudah terurai bila kelembapan tinggi, terutama pada
kenaikan suhu.
Cara penguapan
Misal dengan menggunakan rotary evaporator, water bath, dengan bantuan kipas angin
Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi akan mengakibatkan kenaikan titik didih larutan tersebut.
Dengan kenaikan suhu dan kadar zat padat akan memperbesar resiko kerusakan.
5. Pengeringan

Pengeringan merupakan salah satu proses yang dapat menentukan baik buruknya
mutu produk yang dihasilkan. Oleh karena itu proses pengeringan harus
memperhatikan sifat-sifat zat aktif, cara pemanasan, tinggi suhu dan lamanya
pemanasan.
Pengeringan yang baik adalah yang dapat menghasilkan produk dengan zat aktif
yang maksimal
Fraksinasi
Ekstrak awal merupakan campuran dari berbagai senyawa. Ekstrak awal sulit dipisahkan
melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal.

Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan
ukuran molekul yang sama.

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa - senyawa berdasarkan tingkat


kepolaran.

Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda beda tergantung pada
jenis tumbuhan.
Fraksinasi dapat dilakukan dengan metode ektraksi cair-cair atau dengan kromatografi cair
vakum (KCV), kromatografi kolom (KK), size-exclution chromatography (SEC), solid-phase
extraction (SPE)

Pada prakteknya dalam melakukan fraksinasi digunakan dua metode yaitu


denganmenggunakan corong pisah dan kromatografi kolom

Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam
ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara
dua fase pelarut dengan massa jenis berbeda yang tak tercampur.
Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa pelarut organik
lipofilik seperti eter, diklorometan, kloroform, etil asetat, heksan dll.

Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air keculai pelarut yang memiliki atom dari
unsur halogen
Gambar corong pisah
Contoh skema fraksinasi
10 gram ekstrak

Ditambah 100 ml aquadest

Difraksinasi dengan 100 ml n-heksan

Fraksi n-heksan Fraksi air

Diuapkan di Difraksinasi dengan


waterbath 100 ml etil asetat

Fraksi etil asetat Fraksi air

Diuapkan di waterbath Diuapkan di


waterbath

Fraksi kental n-
Heksan Fraksi kental etil Fraksi kental air
asetat
Gambar kromatografi kolom
Isolasi Senyawa Fitokimia
Isolasi atau pemisahan senyawa dalam simplisia dapat dilakukan dengan
menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan dari teknik
tersebut.
Keempat teknik kromatografi tersebut adalah :
Kromatografi kertas (KKt)
Kromatografi lapis tipis (KLT)
Kromatografi gas cair (KCG)
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
Kromatografi kertas (KKt)

KKt dapat digunakan terutama bagi kandungan tumbuhan yang mudah larut dalam air
seperti karbohidrat, asam amino, basa asam nukleat, asam organik dan senyawa fenolat

Keuntungan KKt : Mudah dan sederhana dalam pengerjaan hanya perlu kertas saring
sbg media pemisahan dan penyangga. Biasanya digunakan kertas saring Whatman No.1

Untuk mencapai pemisahan dengan teknik kromatografi tertentu, dalam perdagangan


tersedia berbagai jenis kertas saring yang sdh dimodifikasi. Misalnya, sifat polar selulosa
dapat dikurangi dengan memadukan asam silikat atau alumina ke dalam kertas sehingga
lebih cocok untuk memisahkan lipid.

Untuk sekala besar dapat diberi lembaran kertas saring kromatografi yang tebal
(Whatman No 3) dan kerttas ini dapat menampung beberapa mg senyawa per lembar .

Pada KKt senyawa biasanya dideteksi sebagai bercak berwarna atau bercak
berfluorosensi –UV setelah direaksikan dengan pereaksi
Kromatografi lapis tipis (KLT)

Kelebihan KLT dibanding dengan KKt diantaranya adalah :


1. Keserbagunaan
Selain selulosa, sejumlah penyerap yang berbeda-beda dapat disaputkan pada plat yang
digunakan untuk kromatografi.
Penyerap yang sering digunakan adalah silika gel. Selain itu dapat pula digunakan
alumunium oksida, celite, kalsium hidroksida, magnesium fosfat, poliamida.

2. Kecepatan
Disebabkan oleh sifat penyerap yang lebih padat bila disaputkan pada pelat dan
merupakan keuntungan bila menelaah senyawa yang labil

3. Kepekaan
Dapat memisahkan bahan yang jumlahnya lebih sedikit dari ukuran µg
Pelat yang digunakan dalam KLT dapat mengandung indikator fluorosensi atau tidak .
indikator fluorosensi adalah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika disinari dengan
sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar uv . Jadi lapisan yang mengandung
indikator fluorosensi akan bersinar
Jika senyawa mengandung ikatan rangkap terkonjugasi atau cincin aromatis maka hasilnya
adalah bercak gelap dengan latar belakang yang bersinar.
Penambahan indikator ini memungkinkan pendeteksian semua senyawa yang
memadamkan fluorosensi bila pelat diamati dengan disinari sinar UV berpanang
gelombang 254 nm.

Pada saat akan melakukan KLT, bejana / chamber harus dijenuhkan lebih dulu dengan
eluen. Proses penjenuhan dibantu dengan kertas saring.

Deteksi senyawa pada pelat KLT biasanya dilakukan dengan penyemprotan penampak
bercak
Klt preparatif merupakan cara yang ideal untuk pemisahan cuplikan kecil (50 mg sampai
1 gram)

Klt preparatif sebagai penyerapnya digunakan lapisan tebal (sampai 1 mm)


Senyawa kimia yang akan di deteksi ditotolkan membentuk pita. Setelah noda tertarik
pada penyerap dapat diperoleh dengan mengerok penyerap lalu serbuk dilarutkan
dengan pelarut misalnya eter dan di vortex untuk menghilangkan penyerapnya.

Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa murni
untuk telaah pendahuluan, untuk menyiapkan cuplikan analisis, untuk meneliti bahan
alam yang lazaimnya berjumlah kecil dan campurannya rumit dan untuk memperoleh
cuplikan yang murni untuk mengalibrasi KLT kuantitatif
Kromatografi gas-cair (KGC)

Kromatografi Gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya


dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan serapan
(sorben) yang diam.

Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat
pada zat padat penunjangnya

Kromatografi gas terkadang juga dikenal sebagai uap-tahap kromatografi (VPC), atau gas-
cair kromatografi partisi (GLPC
Kelebihan :

1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggal.

2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang
tinggi.

3. Gas mempunyai vikositas yang rendah.

4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga analisis relatif
cepat dan sensitifitasnya tinggi.

5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang sangat
beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran.

·
Kekurangan :

1. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap

2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam


jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan pada
tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton
sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.

3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap
fase diam dan zat terlarut.
Pemurnian Senyawa Fitokimia
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan proses pemisahan dan pemurnian yang
didasarkan pada perbedaan adsorpsi dan daya partisi serta kelarutan dari
komponen-komponen kimia yang bergerak mengikuti kepolaran eluen.
Adsorben yang umum digunakan adalah silika gel dan alumina. Sedangkan partisi
adalah kelarutan tiap-tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen) dimana
arah gerakannya disebabkan oleh interaksi komponen dengan eluen sehingga
komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda dan
menyebabkan terjadinya pemisahan (Hostettmann et al., 1995).
Caranya :

1. Campuran yang akan dipisahkan dengan KLT dilarutkan pada suatu pelarut yang
sesuai, lalu ditotolkan pada bagian bawah plat KLT menggunakan pipa kapiler dan
dikeringkan.

2. Plat selanjutnya dielusi dalam suatu bejana yang berisi sistem pelarut yang jenuh
dengan uap eluen.

3. Pelarut kemudian naik hingga bagian tertentu dari plat selanjutnya dikeringkan.

4. Proses penampakan noda pada plat KLT dapat dilakukan dengan penyinaran dengan
sinar ultraviolet, uap amonia atau dengan penyemprotan menggunakan senyawa kimia
tertentu, misalnya 2,4-dinitrofenilhidrazin dan ninhidrin (Gritter et al., 1991).

5. Kemurnian senyawa dapat diketahui dari bentuk noda pada plat, jika noda yang tampak
berupa noda tunggal, maka senyawa tersebut sudah tidak bercampur dengan senyawa
lainnya.

Uji kemurnian dengan metode ini harus dilakukan pada berbagai eluen yang berbeda
(Poole dan Salwa, 1991).
Identifikasi kandungan kimia tumbuhan
Pada identifikasi suatu kandungan kimia tumbuhan, Setelah kandungan senyawa-
senyawa kimia tumbuhan tsb diisolasi dan dimurnikan , pertama-tama harus di
tentukan dulu golongannya kemudian baru ditentukan jenis senyawanya.

Golongan senyawa biasanya dapat ditentukan dengan uji warna, penentuan


kelarutan, bilangan Rf, dan ciri spektrum uv.

Identifikasi lengkap dalam golongan senyawa dibandingkan dengan data-data


pustaka atau dengan senyawa pembanding atau baku standar
Gugus fenol
Sifat –sifat senyawa fenol
• Senyawa fenol memiliki kecenderungan mudah larut
dalam air karena pada umumnya berikatan dengan
gula sebagai glikosida.
• Kelarutan fenol dalam air akan bertambah,
jika gugus hidroksil makin banyak.
• Dalam keadaan murni, senyawa fenol berupa
zat padat yang tidak berwarna, tetapi jika
teroksidasi akan berubah menjadi gelap.
Penggolongan senyawa fenolik
• Ribuan senyawa fenolik alam telah diketahui
strukturnya, antara lain flavonoid, fenol
monosiklik sederhana, fenil propanoid,
polifenol (lignin, melanin, tannin), dan kuinon
fenolik.
Fenolik Sederhana

• Golongan senyawa-senyawa yang termasuk


fenolik sederhana antara lain meliputi
guaiakol, vanilli dan kresol.
• Dari segi biogenetik, senyawa fenol dapat
dibedakan atas dua jenis utama ,yaitu :
1. Senyawa fenol yang berasal dari jalur asam
sikhimat
2. Senyawa fenol yang berasal dari jalur asam
asetat-malonat
1. Senyawa fenol dr jalur asam
sikhimat
Asam sikhimat 
asam prefenat 
fenilalanin (asam
amino
aromatik)asam
sinamat
(merupakan
senyawa
fenilpropanoid) 
flavanoid,
kumarin, lignin,
benzokuinon
• Asam sikhimat merupakan prekursor asam
sederhana untuk banyak bahan alam seperti
asam amino aromatik termasuk fenilalanin,
tirosin, triptofan, asam sinamat, aldehid
aromatik seperti vanilin dan benzaldehid yang
berperan memberikan aroma tajam
pada berbagai tanaman
Asam sinamat (Fenilpropanoid)
• Fenilpropanoid adalah senyawa fenol alam yang
mempunyai cincin aromatik dengan rantai
samping yang terdiri atas tiga atom karbon .

• Secara biosintesis senyawa ini turunan asam


amino aromatik yaitu fenilalanin oleh enzim
fenilalanin amonia liase untuk menghasilkan
pembentukan asam sinamat. Asam sinamat akan
mengalami reaksi perpanjangan untuk
menghasilkan berbagai fenilpropan.
2. Senyawa fenol dari jalur asetat -
malonat
• Jalur metabolisme
flavonoid (robinson,
214)
Identifikasi Senyawa Fenol
• Identifikasi senyawa fenol secara umum
dengan menambahkan larutan besi (III) klorida
1% dalam air/etanol  menimbulkan warna
hijau (turunan katekol), biru (turunan pirogalol)
atau hitam-biru yang kuat (galokatekin)
• Reduksi dengan magnesium dan asam klorida
pekat : merah (flavonol, flavanon, flavanonol
dan xanton). Warna merah segera setelah
ditambah asam (kalkon dan auron).
• Flavon memberikan sedikit warna tapi
intensitasnya lebih rendah dari flavonol. Hijau
ke merah (4-fenilkumarin)
• Kebanyakan senyawa fenol (terutama flavonoid)
dapat dideteksi pada kromatogram berdasarkan
warnanya atau fluorosensinya di bawah sinar
UV, warnanya diperkuat atau berubah bila
diuapi amonia.
• Fenol dapat terdeteksi pada gelombang 254
nm dan dapat dideteksi dengan pereaksi yang
lebih khas dengan :
1. Pereaksi Folin-Ciocalteu : fenol jenis katekol
atau hidrokuinon  bercak biru.
Fenol lainnya memberikan bercak biru
sampai kelabu
2. Vanilin – HCl (1 gram vanilin dalam 10 ml HCl
pekat) atau Vanilin- H2SO4 pekat (2:1) :
turunan resorsinol dan floroglusinol 
merah muda
• Kromatografi kertas
1. Eluen yang biasa digunakan adalah :
butanol:asam asetat:air (4:1:5)
benzena-asam asetat-air (6:7:3)
natrium format:asam format:air (10:1:200)
(harborne,1987)
Catt :
Catt:
 kromatografi kertas : fase diam berupa zat cair
yang tersuspensi pd serat dr selembar kertas
saring bermutu tinggi, biasanya digunakan
kertas Watman.
• Kromatografi Lapis Tipis
Eluen yang biasa dipakai adalah butanol:asam
asetat:air (4:1:5) :
- Perhatikan bercak yang kelihatan  antosianin,
kalkon, auron
- Periksa di bawah sinar UV pada panjang
gelombang 365 nm  berfluorosensi (flavonol,
kalkon), bercak gelap (antosianin, flavon,
glikosida flavonol)
- Uapi dengan uap amonia dan periksa di
bawah sinar UV (glikosida flavon dan flavonol
berfluorosensi kuning), flavanon (kuning
pucat), katekin (biru pucat)
- Periksa lagi di bawah cahaya biasa dan d uapi
uap amonia  flavon (kuning), antosianin
(kelabu-biru), kalkon dan auron (merah jingga)
Flavonoid
• Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok
senyawa fenol terbesar yang ditemukan di
alam.
• Senyawa-senyawa flavonoid ini merupakan zat
warna merah, ungu, biru dan kuning.
• Flavonoid terdapat di dalam tumbuhan sebagai
campuran, yakni sebagai glikosida dan jarang
sebagai senyawa tunggal.
• Flavonoid mengandung sistem aromatik yang
terkonjugasi, oleh karena itu menunjukkan pita
serapan kuat pada daerah spektrum UV dan
pektrum tampak
• Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin
aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin
tengah berupa heterosiklik yang mengandung
oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini
dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam
sub-sub kelompoknya .

• Sistem penomoran digunakan untuk


membedakan posisi karbon di sekitar
molekulnya
• Sistem penomoran untuk turunan flavonoid
adalah sebagai berikut :
Sifat – sifat Flavonoid
1. Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Flavonoid

 Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga


bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan
dapat larut dalam basa

 Merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil)


maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalam
pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air,
butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida.

 Dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada


gugus flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid
mudah larut dalam air.
2. Kelarutan Flavonoid
a. Flavonoid polimetil atau polimetoksi larut dalam
heksan, petroleum eter (PE), kloroform, eter, etil
asetat, dan etanol. Contoh: sinersetin (nonpolar).

b. Aglikon flavonoid polihidroksi tidak larut dalam


heksan, PE dan kloroform; larut dalam eter, etil
asetat dan etanol; dan sedikit larut dalam air.
Contoh: kuersetin (semipolar).

c. Glikosida flavonoid tidak larut dalam heksan, PE,


kloroform, eter; sedikit larut dalam etil asetat dan
etanol; serta sangat larut dalam air. Contoh: rutin.
Klasifikasi Flavonoid
menurut Robinson (1995)
1. Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida,
biasanya 3-glikosida, dan aglikon flavonol
yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan
mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan
dan antiimflamasi
2. Flavon
Flavon yang paling sering dijumpai adalah
apigenin dan luteolin.

Flavon dianggap sebagai induk dalam


nomenklatur kelompok senyawa flavonoid
3. Isoflavon
Contoh isoflavon adalah daidzein yang
memberikan warna biru muda dengan sinar
uv bila diuapi amonia
4. Flavanon
Terdapat di dalam kayu, daun dan bunga .
Flavanon glikosida merupakan konstituen utama
tanaman genus buah jeruk dan anggur.
Dua glikosida yang paling lazim adalah
neringenin dan hesperidin dalam buah anggur
dan jeruk
5. Flavononol
Senyawa ini berkhasita sbg antioksidan dan
hanya sedikit sekali jika dibandingkan
flavonoid lain
6. Katekin
Banyak terdapat pada ekstrak Uncaria gambir
dan daun teh kering
Berkhasiat sbg antioksidan
7. Leukoantosianidin
Contoh : melaksidin, apirol
8. Antosianin
Merupakan pewarna yang paling penting dan
tersebar luas dalam tumbuhan.
Merupakan pigmen warna yang kuat dan larut
dalam air
Memberikan warna merah jambu, merah marak,
ungu, biru dalam daun, bunga, buah tumbuhan
tinggi
Secara kimia semua antosianin merupakan turunan
suatu sruktur aromatik tunggal yaitu sianidin
dengan penambahan atau pengurangan gugus
hidroksil atau metilasi atau glikosilasi
9. Khalkon
Merupakan pigmen fenol kuning dan berwarna
coklat kuat dengan sinar UV pada KKt
10. Auron
Berupa pigmen kuning emas pada bunga, pada
KKt tampak bercak kuning, dgn sinar UV warna
kuning kuat berubah menjadi jingga bila diberi
uap amonia
Metoda Isolasi Senyawa Flavonoid

metode Charaux-Paris.
Ekstrak pekat etanol dilarutkan dalam
air,disaring kemudian diekstraksi dengan n-
heksana, fraksi n-heksana dikumpulkan dan di
pekatkan, diperoleh fraksi n-heksana pekat.
Kemudian fraksi air diekstraksi dengan n-
butanol, fraksi n-butanol dikumpulkan dan
dipekatkan,sehingga diperoleh fraksi n-
butanol pekat.
Fraksi air diekstrasi lagi dengan etil asetat, fraksi
etil asetat dikumpulkan dan dipekatkan,
diperoleh fraksi etil asetat pekat.
Contoh skema fraksinasi
10 gram ekstrak

Ditambah 100 ml aquadest

Difraksinasi dengan 100 ml n-heksan

Fraksi n-heksan Fraksi air

Diuapkan di Difraksinasi dengan


waterbath 100 ml etil asetat

Fraksi etil asetat Fraksi air

Diuapkan di waterbath Diuapkan di


waterbath

Fraksi kental n-
Heksan Fraksi kental etil Fraksi kental air
asetat
Lanj..
 Setelah diketahui bahwa fraksi yang mengandung jenis flavonoid
terbanyak adalah fraksi n-butanol I, maka dilakukan

isolasi senyawa flavonoid dengan cara kromatografi kertas preparatif.


- Cairan pengembang
yang digunakan : n-butanol–asam asetat–air (4:1:5)
- Jarak rambat : 40 cm
- Teknik pengembangan : Menurun.
- Penotolan : Bentuk pita.
- Pendeteksi : Sinar UV 254/ 366

 Masing-masing pita kromatogram dipisahkan, dipotong kecil-kecil dan


diekstraksi dengan metanol. Untuk pemurnian
isolat dilakukan pengembangan kedua secara kromatografi kertas
preparatif.
- Cairan pengembang : Asam asetat 2 % dalam air
- Jarak rambat : 20 cm
- Teknik pengembangan : Menurun
- Penotolan : Bentuk pita
- Pendeteksi : Sinar UV 254/366
Lanj…
Setiap pita kromatogram yang diperoleh kemudian diekstraksi dengan
metanol, sehingga diperoleh beberapa isolat dari senyawa
flavonoid.
Identifikasi senyawa golongan flavonoid dilakukan dengan mengamati
warna fluoresensi di bawah sinar ultraviolet sebelum dan sesudah
penambahan uap amonia terhadap bercak isolat yang diperoleh

Kemudian dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet dilihat


geseran batokromik setelah setiap isolat dalam larutan metanol
diberikan pereaksi geser natrium hidroksida, aluminium klorida,
asam klorida, natrium asetat, dan asam borat secara bergantian.

Dengan melihat geseran batokromik tersebut dapat diidentifikasi jenis


flavonoid
Penentuan Struktur Flavonoid
• Spektrum flavonoid biasanya ditentukan dalam larutan
dengan pelarut metanol atau etanol.
• Spektrum khas terdiri atas dua spektrum pada rentang
240-285 nm (Pita II) dan 300-500 nm (Pita I).
• Kedudukan yang tepat dan kekuatan spektrum tersebut
memberikan informasi yang berharga mengenai sifat
flavonoid dan pola oksigenasinya.
• Keragaman dalam rentang maksimal ini akan
bergantung pada pola hidroksilasi dan pada derajat
substitusi gugus hidroksil (Markham, 1988: 39).
Interpretasi spektrum
• Langkah pertama
menentukan jenis flavonoid dengan
memperhatikan bentuk umum spektrum
metanol dan panjang gelombang pita serapan
• Langkah kedua
mempertimbangkan arti perubahan spektrum
yang disebabkan oleh berbagai pereaksi geser.
Pereaksi geser (Markham, 1988)
Pereaksi geser terdiri dari : Metanol, NaOH, NaOAc,
campuran NaOAc dan H3BO3, AlCl3, dan campuran
AlCl3 dan HCl.
1. NaOH
untuk mendeteksi gugus hidroksil yang lebih asam
dan tidak tersubstitusi.
2. NaOAc
untuk mendeteksi adanya gugus hidroksil flavonoid
yang paling asam, terutama untuk mendeteksi
gugus 7-hidroksil bebas
3. H3BO3
berfungsi menjembatani kedua gugus hidroksil
pada gugus o-dihidroksi
4. AlCl3
untuk mendeteksi adanya gugus keton dan
hidroksil yang bertetangga, serta adanya
gugus orto-dihidroksil.
5. HCl
untuk melihat pengaruh kompleks hidroksi-keto.
Rentang Serapan Spektrum UV-Vis
Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis Flavonoid
250-280 310-350 Flavon

250-280 330-360 Flavonol (3-OH tersubtitusi)

250-280 350-385 Flavonol (3-OH bebas)

245-275 310-330 Isoflavon


bahu Isoflavon(5-deoksi-6,7
320 puncak dioksigenasi)

275-295 300-330 Flavonon dan dihidroflavonol


bahu
230-270 (kekuatan 340-390 Khalkon
rendah)
230-270 (kekuatan 380-430 Auron
rendah)
270-280 465-560 Antosianidin dan antosianin
Rentang Spektrum dan Penafsiran Serapan Spektrum UV-Vis
Rentang Serapan Spektrum UV-Vis
• Penafsiran Spektrum NaOMe
Jenis Flavonoid Pergeseran yang tampak Petunjuk penafsiran
Pita I Pita II
Flavon Kekuatan menurun terus (artinya penguraian) 3,4’-OH, o-diOH pada cincin A; pada cincin B: 3
Flavonol OH yang berdampingan

Mantap +45 sampai 65 nm 4’-OH


kekuatan tak menurun
Mantap +45 sampai 65 nm 3-OH, tak ada 4’-OH bebas
Kekuatan menurun
Pita baru (bandingkan dengan MeOH), 320-335 nm 7-OH

Isoflavon Tak ada pergeseran Tak ada OH pada cincin A


Flavanon Kekuatan menurun o-diOH pada cincin A (penurunan lambat: o-
Dihidroflavonol dengan berjalannya diOH pada cincin B isoflavon)
waktu
Bergeser dari k. Flavanon dan dihidroflavonol dengan 5,7-OH
280 nm ke k. 325 7-OH, tanpa 5-OH bebas
nm, kekuatan naik
tetapi ke 330-340 nm
Khalkon +80 sampai 95 nm 4’OH (auron)
Auron (kekuatan naik) 6-OH tanpa oksigenasi
+60 sampai 70 nm pada 4’ (auron)
(kekuatan naik) 6-OH dengan oksigenasi
Pergeseran lebih kecil pada 4’ (auron)
+60 sampai 100 nm 4’-OH (khalkon)
(kekuatan naik) 2-OH atau 4’-OH dan
(tanpa kenaikan kekuatan) tanpa 4-OH
+40 sampai 50 nm 4’-OH (2”-OH atau 4-OR juga ada)
Antosianidin Semuanya terurai kecuali Nihil
Antosianin 3-deoksiantosianin
• Penafsiran Spektrum NaOAc
Jenis Flavonoid Pergeseran yang tampak Petunjuk penafsiran

Pita I Pita II

Flavon +5 sampai 7-OH


+20 nm (berkurang
Flavonol
bila ada oksigenasi
pada 6 atau 8)

Kekuatan berkurang dengan Gugus yang peka terhadap


bertambahnya waktu basa, mis. 6,7 atau 7,8 atau
3,4’-diOH

Flavanon +35 nm 7-OH (dengan 5-OH)

Dihidroflavonol +60 7-OH (tanpa 5-OH)

Kekuatan berkurang dengan Gugus yang peka terhadap


bertambahnya waktu basa, mis. 6,7 atau 7,8-
diOH

Khalkon Pergeseran batokrom atau bahu pada 4’ dan/ atau 4-OH


panjang gelombang yang lebih panjang (khalkon) 4’ dan/atau 6-
Auron
OH (auron)
• Penafsiran Spektrum NaOAc/H3BO3
Jenis Flavonoid Pergeseran yang tampak Petunjuk penafsiran

Pita I Pita II

Flavon

Flavonol +12 sampai 36 nm o-diOH pada cincin B

Auron (nisbi terhadap spektrum o-diOH pada cincin A


MeOH) Pergeseran lebih kecil
Khalkon (6,7 atau 7,8)

Isoflavon +10 sampai 15 o-diOH pada cincin


nm (nisbi A(6,7 atau 7,8)
Flavonol
terhadap
Dihidroflavonol spektrum
MeOH)
• Penafsiran spektrum Alumunium Klorida dan Alumunium Klorida/Asam Klorida
(AlCl3 dan AlCl3/HCl)
Jenis flavonoid Pergeseran yang tampak Petunjuk penafsiran
(pereaksi)
Pita I Pita II
Flavon dan +35 sampai 55 nm 5-OH
flavonol +17 sampai 20 nm 5-OH dengan
(AlCl3/HCl) Tak berubah oksigenasi pada 6
(AlCl3) Mungkin 5-OH
dengan gugus prenil
pada 6
+50 sampai 60 Mungkin 3-OH
Pergeseran AlCl3/HCL (dengan atau tanpa 5-
tambah 30 sampai 40 nm OH) o-diOH pada
cincin B
Pergeseran AlCl3/HCl o-diOH pada cincin
tambah 20 sampai 25 nm A (tambahkan pada
pergeseran o-diOH
pada cincin B)
Isoflavon Flavanon, dan +10 sampai 14 nm 5-OH (isoflavon)
Dihidroflavonol +20 sampai 26 nm 5-OH (flavanon,
(AlCl3/HCl) dihidroflavonol)
(AlCl3) Pergeseran AlCl3/ o-diOH
HCl, tambah 11 pada cincin
sampai 30 nm A
(6,7 dan
7,8)
Pergeseran AlCl3/ Dihidroflavonol
HCl, tambah 30 tanpa 5-OH
nm sampai 38 nm (tambahan pada
(peka terhadap sembarang
NaOAc) pergeseran o-diOH)
Auron +48 sampai 64 nm 2’-OH (khalkon)
Khalkon +40 nm 2’-OH (khalkon)
(AlCl3/HCl) dengan oksigenasi
pada 3’
AlCl3 +60 sampai 70 nm 4-OH (auron)
Pergeseran AlCl3/HCl o-diOH pada cincin
tambah 40 sampai 70 nm B
Penambahan lebih kecil Mungkin o-diOH
pada
cincin A
Antosianidin +25 sampai 35 nm (pada pH 2-4) O-diOH
Antosianin
(AlCl3)
Pergeseran lebih besar Banyak o-diOH atau
o-diOH (3-deoksi
antosianidin)
CONTOH
Pergeseran
Spektrum Pita I Pita II Penafsiran
Pita I Pita II

MeOH 354,2 269,0 - - ?

NaOMe 405,2 273,6 + 51 + 4,6

NaOMe 5’ 405,4 273,6 + 51,2 +4,6

NaOAc 394,4 274,2 + 40,2 + 5,2

H3BO3 372,0 268,4 + 17,8 - 0,6

AlCl3 421,6 277,2 + 20,2 + 5,6

AlCl3/HCl 401,4 271,6 + 47,2 + 2,6


TANIN
• Tannin berasal dari bahasa Prancis “tannin” suatu
senyawa yang bersifat “tanning” yang dapat
dipergunakan untuk menyamak kulit hewan.

• Ada juga yang mengatakan berasal dari bahasa German


kuno yang tinggi (Old High German) “tanna” artinya
pohon cemara yang merupakan sumber atau asal-usul
suatu senyawa yang bisa dipakai untuk menyamak kulit
hewan

• Tanin adalah senyawa polimer fenolat yang dapat


ditemukan pada tanaman, diturunkan dari jalur sichikimic
acid.
Klasifikasi Tanin
Berdasarkan oleh strukturnya, tanin
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

1. Condenssed tannin (tanin yang terendapkan)


Condenssed tannin apabila dipanaskan dengan
asam kuat dan ion metal sebagai katalis akan
menghasilkan zat warna monomer
antosianidin.
Hal-hal yang berhubungan dengan Condenssed
tannin :
• terdapat dalam paku-pakuan dan
Gymnospermae
• tersebar dalam Angiospermae, terutama pada
tumbuhan berkayu
• nama lain untuk tanin terkondensasi ialah
protoantosianida
2. Hydrolysable tannin (tanin yang terhidrolisa)
• Hydrolysable tannin itu sendiri adalah tanin
yang mempunyai inti karbohidrat,
• Struktur dasar dari hydrolsable tannin adalah
suatu polinol, biasanya D-glukose, dimana
grup hidroksilnya diesterifikasi oleh asam
galat.
Hal-hal yang berhubungan dengan Hydrolysable
tannin :
• penyebarannya terbatas pada tumbuhan
berkeping dua
• terdiri dari 2 kelas yaitu :
1) gallatanin bila dihidrolisis menjadi asam galat
dan tanin
2) ellagatanin bila dihidrolisis menjadi asam
elagat dan tanin
Sifat kimia Tanin :
1. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran
polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.
2. Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.
3. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia,
antiseptic dan pemberi warna.
4. Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi
asam dan sepat .
5. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
6. Mampu mengoksidasi oksigen.
7. Mengendapkan protein
Hidrolisa Tanin :
Tanin apabila dihidrolisa akan menghasilkan
fenol polihidroksi yang sederhana.
Hidrolisa :
1. Asam Gallat akan terurai menjadi senyawa
pirogalol
2. Asam Protokatekuat akan terurai menjadi
senyawa Katekol
Biosintesa tanin
biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenil propanoid
Isolasi dan identifikasi tanin dari kulit
batang kelapa gading
1 gr ekstrak larutkan dgn aseton-air (7:3) 
totolkan pada plat KLT dan dielusi dengan n-
butanol:as.asetat:air (4:1:5) bercak d amati
pada 254 dan 366 nm serta penampak bercak
FeCl3 1%  Rf
3. Isolasi senyawa dgn cara yg sama dgn KLTP dgn
ukuran plat silika gel GF 254 10x20 cm  bercak
yang diduga tanin dikerok dan dilarutkan dlm
aseton :air (7:3)  sentrifus isolat berupa
supernatan dipekatkan
Uji kemurnian

Uji kemurnian isolat dilakukan dengan KLT dua


dimensi dengan cara menotolkan sampel pada
lempeng KLT lalu dikembangkan dengan pertama,
yaitu aseton.

Lempeng selanjutnya diangkat, dikeringkan, diputar


90º, dan diletakkan ke dalam bejana kromatografi
yang berisi pengembang kedua, yaitu metanol yang
mempunyai kepolaran lebih tinggi dari aseton.

Jika hasil dari pengujian hanya menghasilkan satu


bercak, maka isolat dapat dikatakan murni (Gholib,
2007)
Identifikasi Tanin

1. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna


coklat.
2. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan
Kalium Bikromat berwarna coklat.
3. Sampel ditambahi air panas yang kemudian dikocok
dan ditambahkan NaCl 10% lalu disaring. Filtratnya
kemudian ditambahkan FeCl3. Jika hasilnya
• berwarna hijau kehitaman maka itu adalah tannin
pirogalol
• berwarna biru kehitaman maka itu adalah tannin
katekol
4. Sejumlah simplisia ditambahkan 10 ml aquadest, dididihkan
selama 15 menit, saring setelah dingin, filtrat dibagi dalam
2 tabung reaksi.
• Filtrat A ditambah 1ml FeCL3 1%.
Hasil positif jika terbentuk warna biru tua atau hijau
kehitaman.
• Filtrat B ditambahn 15 ml reagen Stiasny (Formaldehid 30%
: HCL = 2:1), dipanaskan dalam penangas.
Jika terbentuk endapan merah muda simplisia positif
mengandung tannin katekuat.
• Endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan natrium asetat,
ditambah 5 tetes FeCL 1%. Jika terbentuk warna biru tinta
simplisia positif mengandung tannin galat.
Alkaloid
• Alkaloid adalah senyawa yang berasal dari alam
yang bersifat alkali atau basa karena adanya
gugus amina, mempunyai daya kerja kuat pada
SSP (susunan saraf pusat).

• Menurut Hegnafer, alkaloid adalah senyawa


relatif toksik atau racun yang bekerja pada SSP,
bersifat alkalis, mengandung atom nitrogen,
heterosiklis, disintesis dalam tumbuhan dari asam
amino atau turunannya.
SIFAT ALKALOID
Ciri dan sifat umum yang khas :
a. Sifat fisis
• Umumnya tidak larut dalam air atau sedikit
larut dalam air.
• Dengan asam membentuk garam, larut dalam
air dan tidak larut dalam pelarut organik.
b. Sifat kimia
• Mengandung atom nitrogen satu atau lebih.
• Bersifat alkalis dan sifat kimianya bersifat
seperti amoniak.
• Umumnya mengendap dengan beberapa
pereaksi sifat Hg, Pt, Au, dan Ag.
Klasifikasi

Alkaloid

True Alkaloid Proto Alkaloid Pseudo Alkaloid

Tidak
Heterosiklik Heterosiklik
Heterosiklik
dengan Cincin N dengan Cincin N
dengan Cincin N

Turunan Asam Bukan turunan


Amino Asam Amino
Alkaloid Sejati

Alkaloid ini dibentuk dari asam amino, mempunyai unsur N heterosiklik,

memiliki aktivitas biologis (Kokain, kuinin, morfin),

rasa pahit, berbentuk padatan warna putih, (kecuali nikotin cairan berwarna
coklat)

Dalam tumbuhan kelompok ini dapat ditemunkan dalam bentuk bebas, garam
atau oksida-N.

Prekusor alkaloid ini adalah asam amino seperti ornitin, lisin, fenilalanin/tirosin,
triptopan dan histidin.
Protoakaloid

Alkaloid yang memiliki unsur N bukan dalam sistem


heterosiklik, beraal bukan dari asam amino heterosiklik,
seperti asam amino L-tirosin dan L Triptopan.

Struktur sederhana, biasanya merupakan alkaloid minor,


sebagai contoh efedrin, meskalin, hordenin
Pseudoalkaloid

Senyawa yang memiliki unsur N dalam kerangka karbon yang


bukan berasal dari asam amino.

Kelompok ini dapat berasal dari prekusor yang bukan asam


amino (asam stearat, geraniol, asam ferulat, adenin/guanin)

Senyawa yang termasu kelompok pseudoalkaloid adalah turunan


xantin (kofein, teobromin, teofilin), solasodin, capcaisin.
Identifikasi Alkaloid
Analisa kualitatif dari sampel dengan
menggunakan pereaksi HCl 2N, lalu
ditambahkan air kemudian ditambahkan
1. Meyer dimana hasil positifnya berwarna putih
2. Dragendorf dimana hasil positifnya berwarna
jingga
3. Wagner dimana hasil positifnya berwarna
coklat.
Penetapan kadar alkaloid total
• Penetapan kadar alkaloid total dilakukan dengan metode
kompleks Bromocresol green (BCG) secara spektrofotometri
Visible.
• dari metode ini adalah penetapan kadar alkaloid
berdasarkan pembentukan kompleks antara alkaloid
dengan reagen BCG yang akan membentuk senyawa
berwarna kuning.
Larutan standar reserpin dengan konsentrasi 25 μg/mL
diambil 4,0 ; 5,0 ; 6,0 ; 7,0 ; 8,0 ; 9,0 ; 10,0 mL

masukkan dalam corong pisah ditambah dengan 5,0 mL


dapar fosfat pH 2,2 dan 5,0 mL larutan BCG,

diekstraksi dengan 5,0 mL kloroform (2 kali) dan


diambil fase kloroform.

Hasil ekstraksi dikumpulkan dalam labu takar 10,0 mL,


kemudian tambahkan dengan kloroform sampai tanda

diperiksa absorbansinya pada panjang gelombang


maksimum dan OT

Salamah, et al (2017)
TERPENOID
• Sebagian besar terpenoid mempunyai
kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau
lebih unit C-5 yang disebut isopren.
• Klasifikasi terpenoid ditentukan dari unit
isopren atau unit C-5 penyusun senyawa
tersebut.
Pengelompokan senyawa terpenoid

Jenis senyawa Jumlah atom karbon Sumber


monoterpenoid 10 Minyak atsiri
Seskuiterpenoid 15 Minyak atsiri
Diterpenoid 20 Resin pinus
Triterpenoid 30 Damar
Tetraterpenoid 40 Zat warna karoten
Politerpenoid ≥ 40 Karet alam
Monoterpenoid
• Merupakan senyawa “essence” dan memiliki
bau yang spesifik yang dibangun oleh 2 isopren
atau dengan jumlah atom karbon 10.
• Banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik,
ekspektoran, spasmolitik dan sedatif serta
sebagai bahan pemberi aroma makan dan
parfum
• Terdapat dalam minyak atsiri, geraniol, mentol,
citral
Monoterpena

CH2OH
OH

Mirsen Sitronelol Mentol -pinen


Seskuiterpen
• Merupakan senyawa terpenoid yang dibangun
oleh 3 unit isopren dengan kerangka dasar
naftalen
• Berfungsi sebagai hormon, antimikroba,
antibiotik dan toksin
• Terutama dari familia compositae, baik bagian yg
tidak menguap spt lactucin, cnicin, artabsin
maupun bagian yg mudah mnguap spt azulen.
• Bisabolen dari Zingiberaceae, eudesmol pada
Santonin, tadeonal pada zat pedas merica
polygonum
Seakuiterpena

OH
OH
Farnesol Bisabolen Eudesmol
Diterpenoid
• Merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom
karbon dan dibangun oleh unit isopren
• Dalam balsam dan resin, grayanotoksin (zat
beracun dari Ericaceae), jiberelin (zat untuk
pertumbuhan), zat pahit kolumbin
• Mempunyai bioaktifitas yang cukup luas yaitu
sebagai hormon pertumbuhan tanaman,anti
serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis,
anti karsinogen
Contoh

Diterpena
OH

COOH
Manool Asam abiatet Pimaradien
Triterpenoid
• Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka
karbonnya berasal dari enam satuan isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari
hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen
• Triterpen yg diturunkan dr skualen dinyatakan
sbg senyawa difarnesol
• Triterpen dibagi mjd 2 gol besar yaitu steroid
dan triterpena
contoh
Tetraterpen
• Merupakan senyawa yang mempunyai 40 atom
karbon dan dibangun oleh unit isopren
• Secara umum berasal dari zat warna karotenoida,
lycopersen
• Biasanya berasal dari Famili: Solanaceae misal
tomat (Solanum lycopersicum L) , Umbelliferae
misal wortel (Daucus carota L ), Cucurbitaceae
misal labu kuning (Curcubita moschata Duch)
Lycopen
politerpen
• Merupakan senyawa yang dibangun oleh
banyak unit isopren
• Dari tanaman Hevea braziliensis dari famili
Euphorbiaceae atau dari tanaman
Castillaelastica family Moraceae.
Terpenoid tak teratur
Identifikasi Terpenoid
• Sampel 0,5 gram dicampur dengan eter, kemudian disaring dan diambil filtratnya. Filtrat tersebut
diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu ditambah eter 2 tetes asam asetat
anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (Harbone, 1987). Larutan merah, pink atau ungu positif
triterpenoid. Biru atau hijau positif steroid (Fendy dkk., 2015).

• Sampel ditotolkan pada lempeng KLT (silika gel GF 254) lalu dielusi dengan eluen toluene:
kloroform: etanol (40:40:10) dengan penampak bercak anisaldehid-H2SO4(p). Terbentuknya noda
berwarna biru-violet menunjukkan adanya senyawa triterpenoid

• Sampel diuapkan hingga kering, residu kemudian ditambahkan dengan etanol yang kemudian
diuapkan kembali. Jika residu tetap berbau enak menunjukkan ekstrak positif mengandung minyak
atsiri (Indrayani dkk, 2006)

• Klt minyak atsiri : Sampel ditotolkan pada lempeng KLT (silika gel GF 254) lalu dielusi dengan Fase
gerak toluene : etil asetat (93:7) dengan penampak bercak vanilin- asam sulfat
Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari
gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan
bukan gula (aglikon)

Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan


berupa jembatan Oksigen, jembatan Nitrogen,
jembatan Sulfur, maupun jembatan Carbon.

Glikosida mudah terhidrolisa menjadi gula dan


bagian bukan gula oleh adanya pengaruh asam,
basa, enzim, air dan panas.
Pengelompokan Glikosida
Berdasarkan Struktur Aglikonnya
GLIKOSIDA FAMILI

Glikosida Steroid Scrophulariaceae, Apocynaceae,


Liliaceae

Glikosida Antrakuinon Leguminosae, Polygonaceae, Liliaceae


Glikosida Saponin Liliaceae, Leguminosae
Glikosida Resin Convalaceae
Glikosida Tanin Theaceae, Rubiaceae
Glikosida Sianopora Euphorbiacea, Leguminosae,
Rosaceae, Linaceae

Glikosida Isotiosianat Cruciferae


Glikosida Flavonol Rutin, Ginkgoaceae, Labiatae

GLIKOSIDA FAMILI

Glikosida Sianhidrin Rosaceae, Linaceae


Glikosida alkohol, aldehida, lakton, fenol Meloidae, Ericaceae
I. GLIKOSIDA STEROID = GLIKOSIDA JANTUNG
Glikosida steroid adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid.

A. Jenis-Jenis Glikosida Jantung

1) Glikosida dari Digitalis


a. Digoksin
Diperoleh dari Digitalis purpurea, Digitalis lanata dan spesies lain dari Digitalis
Guna : tonikum jantung yang meningkatkan irama otot jantung, untuk pengobatan CHF
(Congestif Heart Failure)

b. Digitoxin
Diperoleh dari Digitalis purpurea
Guna : sebagai reagen, karena digitonin dapat digunakan sebagai pengikat kolesterol karena
mampu
membentuk kompleks dengan kolesterol dalam plasma darah, cairan empedu dan jaringan
c. Digoxin
Diperoleh dari Digitalis lanata
Guna : sebagai kardiotonikum / tonikum jantung

d. Lanatoside C
Diperoleh dari Digitalis lanata
Guna : kardiotonikum/tonikum jantung
2) Glikosida dari Strophantus
a. Stropantin = K-Strophantin
• Diperoleh dari biji masak Strophantus kombe,
S. hispidus atau S. courmantii (Apocynaceae).

• Glikosida utamanya adalah K-stropantosida


yang juga dikenal sebagai strofosida.
• Strukturnya terdiri atas bagian aglikon
strofantidin dan bagian gula trisakarida yang
terdiri dari simarosa, beta-glukosa dan alfa-
glukosa.

• Biji masak Strophantus courmontii sama dengan


S. kombe tetapi karena pada S. courmontii
terkandung banyak Calsium oxalat sehingga
dengan H2SO4 memberikan warna merah
sedangkan S. kombe karena tidak terdapat
Calsium oxalat memberikan hasil hijau.
3) Apocynum
• adalah akar dan rimpang tanaman Apocynum
cannabinum, A. Androsaemifolium
(Apocynaceae).
• Konstituen utamanya adalah simarin,
apokanosida, lapokanida dan sianokanosida.
II. GLIKOSIDA ANTRAKUINON
a. Struktur :
Bila dihidrolisa glikosida antrakuinon akan terurai menjadi aglikon
dihidroksi antrakinon, trihidroksi antrakuinon atau tetrahidroksi
antrakuinon.

b. Turunan :
Untuk identifikasi turunan antrakuinon dapat digunakan reaksi
Borntrager,
caranya : serbuk yang diuji dimaserasi dengan larutan organik,
kemudian filtrat ditambahkan amoniak atau larutan KOH, apabila
muncul warna merah jambu, merah atau violet maka menunjukkan
adanya turunan antrakuinon bebas.
• Bila dalam bentuk glikosidanya maka harus
dihidrolisis terlebih dahulu dengan larutan
KOH dalam etanol atau dengan asam encer,
sementara bila bentuk glikosidanya sangat
stabil atau termasuk tipe antranol tereduksi
maka reaksi borntragernya akan negatif.
Contoh tanaman yang mengandung glikosida antrakuinon :
1) Aloe
Adalah cairan atau getah yang keluar dari potongan daun
segar Aloe sp.

Ada 2 jenis Aloe yaitu :


1. Aloe Curacao yaitu cairan atau getah yang berasal dari
Aloe barbadensis, Aloe vera

2. Aloe Cape yaitu cairan atau getah yang berasal dari Aloe
ferox dan hibridanya, Aloe africana, Aloe spicata
a. Kandungan kimia :
Aloe mengandung C-glikosida dan resin yaitu aloin, barbaloin
dan isobarbaloin

b. Identifikasi :
Reaksi Sconteten, reaksi asam nitrat, reaksi asam nitrit, reaksi
borntrager

c. Kegunaan :
Aloe digunakan sebagai pencahar.
Getah segar dari daun A. vera digunakan untuk mengobati
luka baru, luka bakar, lecet dan iritasi pada kulit.
2) Rheum = Rhei Radix = Kelembak
Rimpang dan akar yang telah dihilangkan jaringan peridermnya dan
dikeringkan dari Rheum officinale, Rheum palmatum, Rheum rhaponticum
(Polygonaceae)

a. Kandungan kimia :
Rheum mengandung antrakuinon tanpa gugus karboksil, misal krisofanol,
aloeemodin, antrakuinon bentuk glikosidanya seperti krisofanein dan gluk-
aloeemodin, antrakuinon atau diantron dari krisofanol atau emodin atau
aloe-emodin atau fision glikosida diantron dari rein (senosida A dan B)
serta heterodiantron yang berasal dari dua molekul anron yang berbeda.

b. Kegunaan :
Digunakan sebagai stomakhikum pahit dan dalam diare, daya pencaharnya
diikuti dengan efek adstringensia.
3) Sennae Folium
adalah daun kering dari tanarnan Cassia senna atau C. angustifolia
(Leguminosae).

a. Kandungan kimia :
mengandung turunan antrakuinon, aloe emodin dan rhein. Senosida A
dan B yang bila mengalami hidrolisa kedua glikosida akan
memberikan dua molekul glukosa dan aglikon senidin A dan B.

b. Kegunaan :
sebagai purgativa dalam kasus konstipasi
4) Kaskara sagrada
adalah kayu kulit kering dari tanaman Rhamnus purshiana
(Rhamnaceae)

a. Kandungan kimia :
Dua aloin, barbaloin, heterodiantron serta palmidin A, B dan C.
Aloe-emodin, krisofanol dan emodin dalam keadaan bebas.

b. Kegunaan :
Glikosida primer lebih aktif daripada aloin. Sementara antrakuinon
bebas mempunyai aktivitas pencahar yang kecil.
5) Frangula
Adalah kulit kayu dari tanaman Rhamnus frangula
(Rhamnaceae).
a. Kandungan kimia :
Frangula mengandung 2-4% turunan antrakuinon,
terutama berbentuk glikosida yaitu rhamnosida
frangulosida atau frangulin.
b. Kegunaan :
Kaskara digunakan untuk purgativa
III. GLIKOSIDA SAPONIN
Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin,
yang melalui reaksi asetilasi dapat dimurnikan dan digunakan
sebagai prazat (senyawa awal pembentukan) hormon steroid.

Ciri-ciri senyawa saponin :


• membentuk larutan koloid dengan air yang apabila digojog
menimbulkan buih yang stabil
• berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan sering
mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir
• menghemolisa sel darah merah
• bersifat racun bagi hewan berdarah dingin
a. Struktur :
Berdasarkan aglikonnya (sapogenin) saponin dapat dibedakan menjadi dua yaitu tipe
steroid dan tipe triterpenoid.
Kedua senyawa ini memiliki hubungan glikosidik pada atom C dan memiliki asal-usul
biogenika yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.

b. Kegunaan :
• menurunkan tegangan permukaan sehingga bisa bersifat sebagai surfaktan, oleh
karenanya dapat digunakan untuk pengemulsi atau suspending agent.
• dapat menimbulkan iritasi selaput lendir dan bersifat merangsang keluarnya sekret
dari bronkial sehingga dapat digunakan sebagai ekspektoran dan bahan
sekretolitik.
• Meningkatkan absorpsi senyawa-senyawa diuretikum (terutama yang berbentuk
garam) dan tampaknya juga merangsang ginjal untuk lebih aktif.
c. Reaksi Identifikasi :
Penentuan kuantitatif, Indeks buih, Indeks
hemolisis

d. Pengelompokkan Saponin : Saponin steroid


dan Saponin triterpenoid
Sapogenin Steroid dan Sumber
Tanaman Penghasilnya

Sapogenin Tanaman Penghasil

Diosgenin
Dioscorea sylvatica, D. Mexicana, D. Composita,
Dioscorea sp lain; Trillium sp; Trigonella foenumgraecum

Hecogenin Agave sisalana, Agave , Hechtia texensis

Sarsapogenin Yucca sp; Smilax aristolochiaefolia (Liliaceae)

Sarmentogenin Strophanthus sp
Saponin triterpenoid dapat dibedakan menjadi 3
golongan yang diwakili oleh 3 senyawa yaitu :
• Alfa Amirin
• Beta Amirin
• Lupeol
Berbagai Turunan Saponin
Triterpenoid dan Asal Tanaman
Saponin Aglikon Tanaman

Aesin Aesgenin Aesculus hippocastanum


Aralin Aralidin Aralia japonica
Kalendula Asam oleanolat Calendula officinale
Siklamin Belum diketahui Cyclamen europaeum
Asam glisirhizat Asam glisiretinat Glycyrrhiza glabra
Guaiak Asam oleanolat Guaiacum sp
Gypsophylla sp
Gipsofila Gypsogenin
(Caryophyllaceae)
Hederakosida Hederragenin Hedera helix (Araliaceae)
Primula Primulagenin Primula sp
Kuilaya Asam kuillayat Quillaia saponaria
(hidroksi hipsogenin)
Timus Asam oleanolat Thymus vulgaris
Contoh tanaman yg mengandung saponin triterpenoid :
1). Glycyrrhizae Radix = Liquorice Root = Radix Liquiritiae
akar dan batang bawah tanah Glycyrrhizae glabra atau Succus
liquiritae (Leguminosae)

a. Kandungan kimia :
Asam glisirinat yang mempunyai struktur triterpenoid.

b. Kegunaan :
Sebagai korigen odoris, demolsen, ekspektoransia.
2). Senegae Radix
akar dan rimpang dari Polygala senega (Polygalaceae)
a. Kandungan kimia :
Mengandung saponin triterpenoid, bila dihidrolisa
menghasilkan glukosa dan presenegenin, senegenin, asam
senegat dan asam poligalat (hidroksi-senegenin) senegenin
merupakan senyawa triterpenoid yang dalam struktur
kimianya mengandung klor.

b. Kegunaan :
Sebagai ekspektoransia dan stimulansia dalam bronkitis
kronis.
IV. GLIKOSIDA SIANOPORA
adalah glikosida yang bila dihidrolisis akan terurai
menjadi bagian-bagiannya dan menghasilkan
asam sianida (HCN)

Struktur :
Banyak diantara glukosida sianopora berasal dari
nitrit dan asam mandelat meski mengandung
nitrogen, tetapi struktur sebagai glikosida adalah
0-glikosida bukan N-glikosida.
Contoh Glikosida Sianopora Beserta
Tanaman Penghasilnya

Glikosida Tanaman Penghasil Famili

Amygdalin Prunus amygdalus Rosaceae


Linamarin Linum usitatissinum Linaceae
Prulaurasin Prunus laurocerasus Rosaceae
Manihot sp Euphorbiaceae
Manihotoxcin
Sorghum vulgare Graminae
Dhurrin Sorghum vulgare Graminae
Sambucus nigra Caprifoliaceae
Sambunigrin Vicia angustifolia Leguminosae
Prunus serotina Rosaceae
Vicianin Vicia angustifolia Leguminosae
Prunasin Prunus serotina Rosace
V. GLIKOSIDA ISOTIOSIANAT
• Banyak biji dari beberapa tanaman keluarga
Cruciferae mengandung glikosida yang
aglikonnya adalah isotiosianat.
• Aglikon ini merupakan turunan alifatik atau
aromatik.
• Senyawa-senyawa yang penting secara farmasi
dari glikosida ini adalah sinigrin (Brassica
nigra), sinalbin (Sinapis alba) dan glukonapin.
a. Struktur :
Bila dihidrolisis akibat enzim mirosin akan menghasilkan minyak
mustard tanaman yg mengandung glikosida isotiosianat

Sumber : biji kering dari Brassica nigra atau B. juncea (Crucifera)

a. Kandungan kimia :
mengandung sinigrin & mirosin

b. Kegunaan :
Mustard biasanya digunakan dalam bentuk plaster, rubefasien dan
bahan konter iritasi. Dosis besar mempunyai daya kerja emetikum.
VI. GLIKOSIDA FLAVONOL
a. Rutin
terdapat pada daun Ruta graveolens (Rutaceae), daun Fagopyrum
esculentum (Polygonaceae), bunga Sophora japonica
(Leguminosae), daun Eucalyptus macroryncha (Myrtaceae)

b. Hesperidin = Citrin = Vitamin p = Citrus bioflavonoid


terdapat pada kulit buah yang belum masak Citrus sp (Rutaceae)

c. Quercitrin
merupakan glikosida flavonol (quercetin 3-1-rhamnoside) yang diisolasi
dari Quercus tinctoria (Fagaceae)
VII. GLIKOSIDA ALKOHOL
Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki
gugus hidroksi
a. Salicin
adalah glikosida yang diperoleh dari Salix purpurea, Salix fragilis,
Populus cardiacans, Populus balsamivera (Salicaceae).
Salicin oleh emulsin dihidrolisis menjadi glukosa dan saligenin
(salisilalkohol)
Salisin memiliki khasiat antirematik dan daya kerjanya sangat mirip
dengan asam salisilat.

b. Cantharidin
simplisia yang diperoleh dari hewan Cantharis vesicatoria (Meloidea)
VIII. GLIKOSIDA ALDEHID
a. Salinigrin
salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor
terdiri dari glukosa yang diikat oleh m-
dihidroksibenzaldehida sehingga merupakan
glikosida yang aglikonnya suatu aldehide.
b. Vanili
adalah aglikon yang diperoleh dari proses fermentasi buah Vanila
planifolia dan V. tahiferisis (Orchidaceae)

Buah vanila yang dipanen adalah buah yang belum masak dihangatkan
dengan sinar matahari atau dicelup cepat dalam air panas.
Selanjutnya dibungkus dan difermentasi  vanilin akan dibebaskan
dari bentuk glikosidanya.

Buah vanila segar mengandung glikosida yaitu glukovanilin (vanillosida)


dan bentuk alkohol dari glukovanilat.

Glukovanilin pada hidrolisis akan menghasilkan glukosa dan vanilin.


IX. GLIKOSIDA LAKTON
a. Coumarin
• adalah lacton dari asam o-hidroksi sinamat
• Ditemukan pada tanaman antara lain : Coumarouna
odorata, C. oppositifolia (Leguminosae).
• Penggunaannya sebagai flavoring agent.

b. Santonin
• berasal dari tanaman antara lain Artemisia cina, A.
maritima, A. vulgaris (Compositae)
• Digunakan untuk anthelmintik
X. GLIKOSIDA FENOL
a. Uva ursi
adalah daun kering dari tanaman Arcostaphylos
uva-ursi (Ericaceae).
Mengandung : arbutin, metil arbutin.
Yang digunakan untuk diuretik dan adstringen

Anda mungkin juga menyukai