CULTURE)
COURSE: D III TLB XII BRAVO
OLEH: SUPRIYANTO
1. Daerah Tertutup.
2. Daerah Terbatas.
3. Daerah Publik
Garda terdepan dalam hal
pengamanan penerbangan
Tugas Avsec sangat berat karena menjadi dan menjamin keselamatan para
calon penumpang di darat ataupun para penumpang di udara. Banyak aspek
yang harus diperhatikan yang mengacu kepada regulasi International yang
ketat. Personel Avsec harus memahami berbagai macam karakter dan sifat-
sifat para pengguna jasa baik dalam masalah penanganan masalah
pengamanan ataupun pelayanan. Belum lagi jika ada benda-benda atau barang
yang bisa membahayakan keselamatan, kenyamanan, atau mengancam para
calon penumpang yang sudah naik pesawat. avsec harus bisa menanganinya
dengan professional dan tepat yang kembali mengacu kepada regulasi yang
ketat.
PERATURAN PENGAMANAN
PENERBANGAN SIPIL
Pengamanan penerbangan mulai dikenal setelah terjadinya pembajakan pesawat
udara yang pertama di Peru tanggal 21 Februari 1931. Organisasi penerbangan
sipil International (International Civil Aviation Organization/ICAO).
1. Dibentuk berdasarkan Konvensi Penerbangan Sipil International yang
ditandatangani di Chicago pada tanggal 14 Desember 1944.
2. Dibentuk oleh 52 negara peserta kompensasi Chicago.
3. Indonesia menjadi anggota ICAO pada bulan Juni 1950.
4. Hingga saat ini sudah ada 18 Annex yang dikeluarkan oleh ICAO.
5. Pengamanan Penerbangan Sipil tertuang dalam Annex 17 dengan judul
Security- Safeguarding International Civil Aviation Against Acts of Unlawful
in Deference, dan pada December 1973 yang merupakan petunjuk teknisnya
Security Manual.
Peraturan-peraturan Internasional
1. Tokyo Convention 1963 (Doc. 8364) Convention on Offences and Certain Act Committed
on Board Aircraft.
2. The Hague Convention 1970 (Doc. 8920) Convention for the Suggestion ofUnlawful
Seizure ofAircraft. Montreal Convention 1971 (Doc. 8946) Convention for the
Suggestion ofUnlawful Acts a Gaits.
3. Montreal Protocol `1988 (Doc.9518) Supplementary Montreal Convention 1971. Protocol
for the Suppression of Unlawful Act of Violence at Airport Serving International Civil
Aviation.
4. Montreal Convention 1991 (Doc. 9571) Convention on the Marking of Plastic Explosives
for the Purpose of Detection.
5. Annex 17 Security- Safeguarding Civil Aviation Against Acts Unlawful Interference.
6. Doc. 8973 Security Manual for Safeguarding Civil Aviation Against Act ofUnlawful
Interference. CASR – Part92 Safe Transport Danger Goods by Air.
Peraturan-peraturan Nasional
PENGAMANAN
BANDAR UDARA
(AIRPORT SECURITY)
KLASIFIKASI DAERAH PENGAMANAN
Check–in Area :
Boarding Lounge :
Pengamanan Daerah Perimeter:
Pengamanan Daerah Terminal:
Ruang Kedatangan
Ruang Keberangkatan
Penumpang,
Barang bawaan Penumpang,
Bagasi,
Kargo dan Pos.
MALFUNCTION
PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN SECURITY/PAM
TINDAKAN PENANGGULANGAN PEMERIKSAAN TERBATAS
X-Ray
CABIN
X-Ray Manual
(Back-Up) Procedure
CABIN
≤ 10 “/ cabin ≤ 30 “/ cabin
Berakibat terhadap:
X-RAY CABIN • Delay Dep. Sched. Flight
•Antrian panjang
MALFUNCTION Penambahan Petugas Minimal
3 Personil
PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN SECURITY/PAM
TINDAKAN PENANGGULANGAN PEMERIKSAAN TERBATAS
X-Ray
BAGASI
X-Ray Manual
(Back-Up) Procedure
BAGASI
Berakibat terhadap:
X-RAY BAGASI • Delay Dep. Sched. Flight
•Antrian panjang
MALFUNCTION Penambahan Petugas Minimal
4 Personil
HAL YANG SEGERA DILAKUKAN
X-Ray
KARGO
X-Ray Manual
(Back-Up) Procedure
KARGO
Berakibat terhadap:
X-RAY KARGO • Delay Dep. Sched. Flight
•Antrian panjang
MALFUNCTION Penambahan Petugas Minimal
4 Personil
Tgl.24/11/2017
PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN
SECURITY/PAM
TINDAKAN PENANGGULANGAN MONITORING TERBATAS
Limited Security Operation Procedure
CCTV Penyebaran
Informasi melalui
MALFUNCTION komunikasi HT
PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN SECURITY/PAM
TINDAKAN PENANGGULANGAN PROSEDUR OPERASI TERBATAS
Manual Procedure
SCALE
SCALE (Timbangan
(Back-Up)
Darurat/ Dacin)
Meminta Bantuan
Bus, Truk kepada
POLRI/TNI
AKSES JALAN TOL
SEDYATMO BANJIR
Membuka pintu
masuk M1 untuk
MALFUNCTION umum dan
pemberitahuan
melalui Radio
Elshinta
PENGAMANAN TERHADAP PENUMPANG
DAN BAGASI
1. Jika pesawat digunakan untuk charter flight dan seluruh penumpangnya naik dari
terminal Bandar udara, seluruh penumpang dan barang miliknya (bagasi, barang kabin)
harus melalui screening seperti diberlakukan kepada penumpang dan barang miliknya pada
penerbangan regular.
2. Diperlukan penanganan khusus untuk penerbangan kategori VIP atau penerbangan
charter, melakukan koordinasi secara menyeluruh dengan pihak airlines, bandar udara,
pemerintah, penegak hukum, maupun staf protokol dari penumpang VIP tersebut.
3. Melakukan pengaturan khusus terhadap pengaman pesawat, bagasi, catting, cargo, dan
sebagainya yang terkait dengan penumpang/penerbangan VIP tersebut.
4. Check in secara kelompok/groups hanya diperbolehkan apabila pimpinan kelompok/group
leader dapat mengidentifikasi setiap bagasi dengan nama anggotanya dan jumlah masing-
masing bagasi. Setiap bagasi harus disertai dengan tag/label yang menjelaskan nama
penumpang, tujuan dan nama kelompok/group.
5. Setiap pimpinan kelompok/group leader bertanggung jawab untuk kebenaran data saat
check in dan harus dinyatakan dengan tertulis. Pimpinan kelompok/groups harus terbang
bersama dengan kelompok/groups-nya
6. Apabila penumpang membawa senjata (security item), harus diserahkan kepada
petugas check in, tidak dibawa sendiri oleh penumpang yang bersangkutan.
7. Senjata tidak boleh dibawa di ruang penumpang (cabin penumpang) atau
charter yang dioperasikan oleh airline. Senjata yang secara sah dimiliki
penumpang sesuai izin yang berlaku di suatu negara, harus diperlakukan dan di
proses sebagai “security item”.
8. Senjata api harus dikosongkan dan amunisi/peluru dapat diangkut sebagai
dangerous goods pada pesawat dengan ketentuan-ketentuan ICAO
diberlakukan dan dokumen dokumen persyaratan airline/pengangkut harus
dipenuhi, dan/atau sepanjang tidak melanggar peraturan negara negara yang
dilalui.
9. Peraturan Pemerintah Indonesia melarang senjata api pribadi dimasukkan ke
wilayah Indonesia, kecuali ada izin persetujuan dari pejabat berwenang/dan
atau Kepolisian Republik Indonesia..
10. Pada saat penumpang menyerahkan bagasinya untuk diangkut, airline
sesuai peraturan setempat harus mengingatkan kewajiban penumpang
untuk menyatakan bila ia (penumpang) membawa senjata dan atau benda
pengancam lainnya di dalam bagasi miliknya/checked baggage.
11. Pemberitahuan kepada penumpang dapat secara lisan atau menggunakan
pemberitahuan yang berbunyi: “Peraturan pemerintah Indonesia
mewajibkan setiap senjata yang ada pada bagasinya diberitahukan
/dinyatakan oleh pemiliknya (penumpang) dan diserahkan dalam keadaan
kosong (tanpa peluru) dan atau pemerintah Negara Indonesia melarang
dibawa masuknya senjata api ke dalam wilayah Negara Indonesia (kecuali
telah ada izin persetujuan dari pejabat berwenang dan/atau Kepolisian
Republik Indonesia, penumpang yang mengabaikan peringatan ini
mempunyai potensi/ kemungkinan untuk dikenakan tuduhan melanggar
peraturan.”
12. Penyerahan senjata dan/atau benda pengancam (security item) tersebut
dilakukan dengan tanda bukti berupa tanda terima yang di tanda tangani
petugas check in dan nama jelas terdiri rangkap 3 masing-masing,
a. lembar 1 untuk penumpang yang bersangkutan,
b. lembar 2 untuk petugas check in,
c. lembar 3 untuk security item ke tujuan.
13. Security item dibawa oleh petugas security ke pesawat untuk ditempatkan
dalam security item box atau tempat lain yang telah disediakan oleh airline.
14. Petugas security yang mengetahui adanya security item segera mencatat
dalam catatan tersendiri baik jenis, jumlah maupun tujuan dari security item.
PIC harus mendapat informasi perihal tersebut melalui NOTOC.
15. Masukkan security item ke dalam security item box.
16. Di tempat tujuan barang/bahan/alat tersebut akan diturunkan
sebagaimana bagasi yang lain dan melalui pemeriksaan standar (termasuk
pihak pabean/bea cukai).Bila security item tersebut berwujud senjata api
dan atau bahan peledak, dan bila diharuskan oleh peraturan setempat
penyerahannya kepada penumpang/pemilik. Diperlukan kesaksian law
enforcement officer setempat di pintu keluar kedatangan.
17. Penanganan senjata api yang dibawa Air Marshall.
18. Petugas security masuk terlebih dahulu setelah pax disebarkan untuk
melakukan serah terima senjata api dengan Air Marshall.
19. Melakukan serah terima senjata api meliputi: jenis, jumlah, senjata api,
jumlah peluru, dan kondisinya.
20. Setelah dilakukan serah terima dengan Air Marshall dan menandatangani
berita acara serah terima, petugas security tetap berada dalam pesawat
bersama dengan senjata api yang sudah diserahkan sempai senjata api
tersebut diserahterimakan kembali dengan Air Marshall pengganti.
21. Pada saat akan boarding petugas security menyerahkan senjata api dan
peluru kepada Air Marshall di kabin pesawat dengan dibuatkan berita
acara.
BARANG-BARANG BERBAHAYA
7. Material radioaktif.
8. Bahan kimia/zat beracun: arsenic, sianida, pembasmi hama/serangga, produk
biologis yang berbahaya.
9. Koper dengan instalasi perangkat alarm, atau dilengkapi baterai lithium
dan/atau material pironik.
10. Kendaraan kecil yang menggunakan baterai lithium seperti airwheel, solowheel,
hoverboard, mini-segway, balance wheel, dan lain-lain tidak diperbolehkan
dibawa dalam kabin pesawat.
11. Alat pelumpuh: pistol pengejut, alat kejut listrik, tongkat pukul listrik,
termasuk alat pelumpuh untuk hewan.
12. Semprotan bela diri: gas air mata dan semprotan asam fosfor
Benda/barang dibawah ini dapat dibawa
oleh penumpang hanya dalam bagasi
tercatat
1. Benda bermata pisau dan berujung tajam: kapak, busur, alat pendaki, tombak,
pemecah es, semua jenis pisau (pisau lipat, pisau saku, pisau bedah, pisau
pemotong daging): parang, pedang, keris, silet, gunting, huriken, alat-alat
perkakas (bor, cutter, gergaji, palu, obeng), dan benda lainnya yang berujung
tajam.
2. Instrumen pemukul: peralatan olah raga (pemukul baseball and softball, segala
jenis stik billiard, snooker, golf, hoki, tongkat kriket, tongkat lacrosse, segala
jenis raket: tenis, bulu tangkis dan squash); tongkat pemukul, pentungan, alat
pemancing ikan, dayung kayak dan kano, tongkat tongsis, peralatan bela diri
(gelang tinju, stik, tongkat pendek, double stik, kubatons) dan benda lainnya
yang menyebabkan cedera.
3. Benda kategori senjata: senapan angin, animal humane killer (tanpa peluru):
senjata panah, pelontar tombak, senjata semprot merica, replica atau senjata
imitasi, air soft gun (dibawa tanpa memasang gas), ketapel, dan senjata mainan
semua jenis..