Anda di halaman 1dari 47

BUDAYA KEAMANAN (SECURITY

CULTURE)
 COURSE: D III TLB XII BRAVO

 OLEH: SUPRIYANTO

 POLITEKNIK PENERBANGAN SURABAYA


 2018
PEMERIKSAAN KEAMANAN
BANDARA
1. Untuk memasuki ke non public area dan restricted area di bandara ada
beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh para calon penumpang atau
petugas yang bekerja di dalamnya.
2. Bagi calon penumpang mereka harus memiliki tiket dan di tunjukkan pada
saat akan masuk melewati pintu pemeriksaan pihak keamanan bandara atau
Security Check Point (SCP).
3. Hal yang sangat penting di bandara adalah pemeriksaan keamanan Security
Check Point. Pemeriksaan keamanan ini biasanya berlangsung dua kali yaitu
di Security Check Point (SCP 1) saat kita masuk ke dalam terminal untuk
melaporkan tiket kita ke check in counter dan pada Security Check Point
(SCP 2) saat akan memasuki ruang tunggu/boarding gate.
4. Semua penumpang dan petugas harus melalui proses pemeriksaan itu
semua.
1. Semua barang yang kita bawa seperti bagasi, tas jinjingan, dan semua barang-
barang yang berasal dari logam seperti hand phone, kunci, ikat pinggang, jam
tangan dan lain sebagainya pada saat kita memasuki/melewati sinar x-ray
harus dimasukkan kedalam pemeriksaan sinar x-ray.
2. Sehingga harus benar-benar bahwa kita sudah aman.
3. Untuk bagasi yang telah dilakukan pemeriksaan sinar x-ray oleh petugas
keamanan bandara/aviation security akan diberikan sticker security checked.
4. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan sinar x-ray yang dilakukan
sebelum Anda memasuki ruang tunggu atau pemeriksaan di SCP2.
5. Pemeriksaannya sama saat kita memasuki pertama di terminal keberangkatan.
Pemeriksaan ini sangat penting bagi para calon penumpang yang akan menuju ke
pesawat untuk persiapan boarding.
PENGAMANAN TERHADAP
PENUMPANG DAN BAGASI
1. Avsec atau Aviation Security bukan security biasa pada umumnya seperti
satpam, security mall, ataupun security bank. Untuk pendidikannya atau
pelatihannya sangat berbeda dengan security lainnya.
2. Untuk menjadi seoarang Avsec harus mempunyai sertifikat/lisensi/STKP
(Surat Tanda Kecakapan Khusus) terlebih dahulu, karena masalah
pekerjaannya yang dihadapi bukan hanya bersifat teknikal, tetapi juga
masalah-masalah tentang pelayanan yang baik bagi pengguna jasa, maka
dari itu petugas Avsec dibekali juga pendidikan yang bersifat
pelayanan/service excellence.
3. Perbedaan utama antara Avsec dan satpam bandara adalah satpam
bertugas pada pengamanan fisik asset perusahaan di bandara dan tidak
pada perlindungan yang berhubungan dengan penerbangan sipil.
Tujuan pengamanan penerbangan sipil:

1. Menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan, keteraturan, dan


efisiensi penerbangan sipil dari tindakan melawan hukum.
2. Memberikan perlindungan terhadap awak pesawat udara, penumpang, para
petugas di darat, masyarakat, dan instalasi di bandar udara dari tindakan
melawan hukum.
3. Memberikan perlindungan kepada perusahaan angkutan udara dari
tindakan melawan hukum.
4. Memenuhi standard dan rekomendasi international.
Tujuan utama Aviation Security:

1. Keselamatan penumpang, awak pesawat, petugas, dan masyarakat umum


terhadap tindakan melawan hukum dengan mencegah terangkutnya barang-
barang yang dapat membahayakan penerbangan.
2. Penerapan pemeriksaan terhadap: a. pemeriksaan penumpang; b.
pemeriksaan awak pesawat; c. pemeriksaan bagasi.
3. Penerapan pengawasan terhadap: a. pengawasan kargo, po, dll.; b.
pengawasan access control ke sisi udara.
4. . Tugas Avsec sangat berat karena menjadi
Ruang Lingkup Pengamanan Aviation
Security

1. Daerah Tertutup.
2. Daerah Terbatas.
3. Daerah Publik
Garda terdepan dalam hal
pengamanan penerbangan
 Tugas Avsec sangat berat karena menjadi dan menjamin keselamatan para
calon penumpang di darat ataupun para penumpang di udara. Banyak aspek
yang harus diperhatikan yang mengacu kepada regulasi International yang
ketat. Personel Avsec harus memahami berbagai macam karakter dan sifat-
sifat para pengguna jasa baik dalam masalah penanganan masalah
pengamanan ataupun pelayanan. Belum lagi jika ada benda-benda atau barang
yang bisa membahayakan keselamatan, kenyamanan, atau mengancam para
calon penumpang yang sudah naik pesawat. avsec harus bisa menanganinya
dengan professional dan tepat yang kembali mengacu kepada regulasi yang
ketat.
PERATURAN PENGAMANAN
PENERBANGAN SIPIL
 Pengamanan penerbangan mulai dikenal setelah terjadinya pembajakan pesawat
udara yang pertama di Peru tanggal 21 Februari 1931. Organisasi penerbangan
sipil International (International Civil Aviation Organization/ICAO).
1. Dibentuk berdasarkan Konvensi Penerbangan Sipil International yang
ditandatangani di Chicago pada tanggal 14 Desember 1944.
2. Dibentuk oleh 52 negara peserta kompensasi Chicago.
3. Indonesia menjadi anggota ICAO pada bulan Juni 1950.
4. Hingga saat ini sudah ada 18 Annex yang dikeluarkan oleh ICAO.
5. Pengamanan Penerbangan Sipil tertuang dalam Annex 17 dengan judul
Security- Safeguarding International Civil Aviation Against Acts of Unlawful
in Deference, dan pada December 1973 yang merupakan petunjuk teknisnya
Security Manual.
Peraturan-peraturan Internasional

1. Tokyo Convention 1963 (Doc. 8364) Convention on Offences and Certain Act Committed
on Board Aircraft.
2. The Hague Convention 1970 (Doc. 8920) Convention for the Suggestion ofUnlawful
Seizure ofAircraft. Montreal Convention 1971 (Doc. 8946) Convention for the
Suggestion ofUnlawful Acts a Gaits.
3. Montreal Protocol `1988 (Doc.9518) Supplementary Montreal Convention 1971. Protocol
for the Suppression of Unlawful Act of Violence at Airport Serving International Civil
Aviation.
4. Montreal Convention 1991 (Doc. 9571) Convention on the Marking of Plastic Explosives
for the Purpose of Detection.
5. Annex 17 Security- Safeguarding Civil Aviation Against Acts Unlawful Interference.
6. Doc. 8973 Security Manual for Safeguarding Civil Aviation Against Act ofUnlawful
Interference. CASR – Part92 Safe Transport Danger Goods by Air.
Peraturan-peraturan Nasional

1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1976 tentang Pengesahan Konvensi TOKYO


1963, The Hague 1970, dan Konvensi Montreal 1971.
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1976 tentang Perluasan Tindak Pidana
Kejahatan Penerbangan.
3. Undang–undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan
Keselamatan Penerbangan.
5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 9 Tahun 2010 tentang Program
Keamanan Penerbangan Nasional.
6. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/100/VII/2003
tentang Petunjuk Teknis Penangan Penumpang Pesawat Udara Sipil yang
Membawa Senjata Api Beserta Peluru dan Tata Cara KEAMANAN Pengawalan
Tahanan dalam Penerbangan Sipil.
7. SKEP 2765/XII/2010 Tata Cara Pemeriksaan Keamanan Penumpang, Personel
Pesawat Udara, dan Barang Bawaan yang Diangkut dengan Pesawat Udara dan
Orang Perseorangan.
8. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/253/XII/2005
tentang Evaluasi Efektifitas Program Nasional Keamanan Penerbangan Sipil.
9. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/43/III/2007
tentang Penanganan Cairan, Aerosol, dan Gels yang Dibawa Penumpang dalam
Kabin Pesawat Udara Pada Penerbangan International.
10. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP /95/IV/2008
tentang Petunjuk Teknis Penanganan Personel Keamanan dalam Penerbangan
(In Flight Security Officer/Air Marshall) pesawat udara niaga berjadwal
asing.
11. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/161/VIII/2008
tentang revisi SKEP/252 /XII/2005 tentang Program Nasional Pendidikan dan
Pelatihan Pengamanan Penerbangan Sipil..
12. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
SKEP/161/VIII/2008 tentang revisi SKEP/252 /XII/2005 tentang
Program Nasional Pendidikan dan Pelatihan Pengamanan Penerbangan Sipil.
13. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
SKEP/47/IV/2010 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Kargo dan Pos
yang Diangkut dengan Pesawat Udara Sipil dan Tata Cara Pemberian
Sertifikat sebagai Regulated Agent.
14. SKEP 275/XII/1998 tentang Pengangkutan Bahan atau Barang Berbahaya
di Pesawat Udara.
15. SKEP 293/XI/1999 tentang Sertifikat Kecakapan Petugas Penanganan
Pengangkutan Barang Berbahaya..
KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB
PETUGAS PENGAMANAN PENERBANGAN

1. Mengawasi dan memelihara pergerakan penumpang dan barang barangnya yang


masuk/keluar gedung terminal.
2. Melaksanakan kerja sama dengan pihak pengangkut (airline/operator) dalam
melakukan pemeriksaan /screening penumpang, bagasi, jinjingan, kargo, dan
pos sebelum di muat ke pesawat udara.
3. Mengawasi dan memeriksa tanda pengenal (identitas) orang dan kendaraan
yang mempunyai hubungan ke/dari daerah steril dan kawasan sisi udara lainnya
terutama di sekitar pesawat udara.
4. Melaksanakan survey pengamanan bandar udara dan melaporkan kepada Komite
Pengamanan Bandar Udara.
5. Melakukan pengawasan/pengendalian/penjagaan/ pengamatan/patroli di
daerah batas bandar udara (perimeter).
6. Menjaga instalasi/ bangunan penting seperti: VIP room, gedung listrik, tempat
penampungan/pompa air, fasilitas alat bantu navigasi udara (lampu dan lain-lain
), fasilitas bahan bakar minyak pesawat udara dan lain-lain.
7. Mengumpulkan dan meneruskan/menyebarkan informasi yang berhubungan
dengan masalah pengamanan penerbangan.
8. Melakukan penyelidikan kejadian kejadian/pelanggaran yang terjadi di
bandar udara dan melaporkan kepada Komandan Pimpinan Satuan
Pengamanan Bandar Udara/Komite Pengamanan Bandar Udara.
9. Membina hubungan dengan instansi-instansi lain yang terkait di bandar
udara (misalnya, perusahaan angkutan. udara, imigrasi, bea dan cukai, dan
lain-lain)
10. Melakukan/memelihara koordinasi dengan bagian Perencanaan Bandar
Udara, sehingga semua aspek yang menyangkut pengamanan penerbangan
mendapat perhatian dalam perencanaan/desain/renovasi bangunan dan
fasilitas bandar udara.
11. Melakukan latihan pengamanan penerbangan di bandar udara secara
teratur sedikitnya sekali setahun.
12. Mengalihkan tanggung jawab kepada pihak kepolisian, bilamana terjadi
tindak kriminal di bandar udara.
13. Bekerja sama dan mengalihkan pengendalian bilamana terjadi peningkatan
ancaman keamanan di bandar udara kepada TNI/POLRI sesuai
kesepakatan.
14. Melakukan kerja sama dengan pihak-pihak terkait dan melaksanakan
tindak penanggulangan dalam keadaan gawat darurat.
PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN SECURITY/PAM
ALUR TINDAKAN PENANGGULANGAN

PENGAMANAN
BANDAR UDARA
(AIRPORT SECURITY)
KLASIFIKASI DAERAH PENGAMANAN

 NON PUBLIC AREA (NPA)

(ADC, Boarding Lounge, Cargo Area, Fueling Storage, Meteorologi


Building, MPS, Platform, Radar Head Building, Tx/Rx Station, PKP-PK
Stat. dll.)
 RESTRICTED PUBLIC AREA (RPA)

(Check-in Area, Shopping Arcade, Common Dep. Hall, Cargo Area


Adm.)
 PUBLIC AREA (PA)
(Pelataran terminal, parkir kendaraan,dll)
 WILAYAH PENGAMANAN
SECURITY BANDARA

Check–in Area :
Boarding Lounge :
Pengamanan Daerah Perimeter:
Pengamanan Daerah Terminal:
 Ruang Kedatangan
 Ruang Keberangkatan

Pengamanan Daerah Kargo


PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN
SECURITY/PAM

ALUR TINDAKAN PENANGGULANGAN

 Peralatan Security merupakan perangkat vital yang berfungsi untuk


memeriksa:

 Penumpang,
 Barang bawaan Penumpang,
 Bagasi,
 Kargo dan Pos.

Sehingga tercipta situasi yang dianggap aman.


PERALATAN PENUNJANG
OPERASIONAL
 X – Ray Cabin
 X – Ray Bagasi
 X – Ray Kargo/ Pos
 Walk Through Metal Detector (WTMD)
 Hand Held Metal Detector
 CCTV Security System
PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN SECURITY/PAM
TINDAKAN PENANGGULANGAN PEMERIKSAAN TERBATAS

Limited Security Operation Procedure

WTMD Body Search/


WTMD (Back-Up) HHMD/Manual

Normal Performance Level Manual Performance Level


≤ 5 “/ pax ≤ 15 “/ pax
Penambahan
Petugas Pemeriksa /
Screening Operator,
WTMD Minimal 3 Personil

MALFUNCTION
PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN SECURITY/PAM
TINDAKAN PENANGGULANGAN PEMERIKSAAN TERBATAS

Limited Security Operation Procedure

X-Ray
CABIN
X-Ray Manual
(Back-Up) Procedure
CABIN

Normal Performance Level Manual Performance Level

≤ 10 “/ cabin ≤ 30 “/ cabin

Berakibat terhadap:
X-RAY CABIN • Delay Dep. Sched. Flight
•Antrian panjang
MALFUNCTION Penambahan Petugas Minimal
3 Personil
PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN SECURITY/PAM
TINDAKAN PENANGGULANGAN PEMERIKSAAN TERBATAS

Limited Security Operation Procedure

X-Ray
BAGASI
X-Ray Manual
(Back-Up) Procedure
BAGASI

Normal Performance Level Manual Performance Level

≤ 10 “/ bagasi ≤ 120 “/ bagasi

Berakibat terhadap:
X-RAY BAGASI • Delay Dep. Sched. Flight
•Antrian panjang
MALFUNCTION Penambahan Petugas Minimal
4 Personil
HAL YANG SEGERA DILAKUKAN

 Pemberitahuan kepada penumpang

 Perbaikan peralatan secara cepat


PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN SECURITY/PAM
TINDAKAN PENANGGULANGAN PEMERIKSAAN TERBATAS

Limited Security Operation Procedure

X-Ray
KARGO
X-Ray Manual
(Back-Up) Procedure
KARGO

Normal Performance Level Manual Performance Level

≤ 60 “/ kargo ≤ 180 “/ kargo

Berakibat terhadap:
X-RAY KARGO • Delay Dep. Sched. Flight
•Antrian panjang
MALFUNCTION Penambahan Petugas Minimal
4 Personil
Tgl.24/11/2017
PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN
SECURITY/PAM
TINDAKAN PENANGGULANGAN MONITORING TERBATAS
Limited Security Operation Procedure

Pemberitahuan Melakukan Patroli


CCTV kepada seluruh di Wilayah
jajaran petugas jangkauan CCTV
Security,

CCTV Penyebaran
Informasi melalui
MALFUNCTION komunikasi HT
PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN SECURITY/PAM
TINDAKAN PENANGGULANGAN PROSEDUR OPERASI TERBATAS

Limited Airport Operation Procedure


Manual Procedure Manual Procedure

CIS/ FIDS (Menyebarkan (Menuliskan di


data hard copy Schedule Papan
DFS) Pengumuman)

CIS / FIDS Manual Procedure


(Melakukan
MALFUNCTION Announcement)
PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN SECURITY/PAM
TINDAKAN PENANGGULANGAN PEMERIKSAAN TERBATAS

Limited Airport Operation Procedure

Manual Procedure
SCALE
SCALE (Timbangan
(Back-Up)
Darurat/ Dacin)

SCALE Manual Procedure


(Membobot
MALFUNCTION dengan mengira-
ira)
PROSEDUR CONTINGENCY ACTION PLAN
SECURITY/PAM
TINDAKAN PENANGGULANGAN PROSEDUR OPERASI TERBATAS
Limited Airport Operation Procedure
Menggerakan
Menggunakan Bus Satuan Bus/Truk
BANJIR DAMRI, Blue Bird, dari Airline
PT.Mandira

Meminta Bantuan
Bus, Truk kepada
POLRI/TNI
AKSES JALAN TOL
SEDYATMO BANJIR
Membuka pintu
masuk M1 untuk
MALFUNCTION umum dan
pemberitahuan
melalui Radio
Elshinta
PENGAMANAN TERHADAP PENUMPANG
DAN BAGASI

 Ground Handling menjamin setiap dokumen perjalanan termasuk tiket cocok


dengan penumpangnya (passenger screening and reconciliation and
passenger profiling dan security questioning), dengan cara:
1. Lakukan pemeriksaan terhadap karakteristik calon penumpang, laporkan
kepada supervisor atau atasan apabila menemukan calon penumpang dengan
perilaku yang tidak wajar seperti:
a. nervous atau gelisah;
b. agresif atau terlalu bersahabat;
c. pasif, menghindari tatapan mata.
2. Lakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen
penerbangan. Dokumen penerbangan (tiket, paspor, Visa, dan sebagainya)
harus sesuai dengan calon penumpang. Setiap penumpang harus dapat
menunjukkan dokumen penerbangan yang berlaku. Lakukan pemeriksaan antara
lain pada:
a. masa berlaku tiket dan paspor;
b. area berlakunya Visa.
3. Lakukan pemeriksaan kesesuaian tiket dengan penumpang, penumpang dapat
diminta menunjukkan tanda pengenalnya.
4. Pastikan penumpang yang melewati pemeriksaan dan telah berada di daerah
steril dan tidak tercampur dengan orang/penumpang yang belum diperiksa.
5. Checked baggage/bagasi hanya akan diterima melalui check in counter yang
resmi (sudah ditentukan alokasi peruntukannya) untuk di angkut ke tujuan
sesuai dengan tujuan penumpang, serta diangkut dengan pesawat yang sama
dengan pemiliknya. Setiap penyimpangan hendaknya dilakukan pencacatan.
6. Checked baggage/bagasi hanya akan diterima dari penumpang bertiket,
dan hanya akan diterima oleh petugas resmi dari airlines dan atau Ground
Handling Agent.
7. Melakukan pertanyaan (security question) kepada penumpang, antara lain:
a. Apakah bagasi ini milik bapak/ibu?
b. Apakah bapak/ibu mengemas sendiri bagasi ini?
c. Apakah bapak/ibu membawa barang-barang untuk orang lain?
8. Penumpang harus dijelaskan mengenai ketentuan LAGs (Liquid, Aerosol, and Gels) untuk
penumpang tujuan international atau penumpang dengan penerbangan terhubung dengan
penerbangan international, di mana terdapat pembatasan yang diperbolehkan:
a. tiap item maksimal 100 ml;
b. LAGs ditempatkan dalam kantong plastik transparan resalable yang isinya bila di jumlah
tidak lebih dari 1 liter dengan ukuran 30 x 40 cm;
c. kemasan LAGs lebih besar dari 100 ml tidak diizinkan meskipun tidak berisi penuh;
d. setiap penumpang hanya diperbolehkan membawa 1 (satu) kantong;
e. pembelian LAGs dari airport duty free shop harus dimasukkan dalam security tamper
evident bag (STEB) kantong plastik transparan dan tersegel, serta menunjukkan bukti
pembelian;
f. LAGs yang terdeteksi dan tidak sesuai dengan ketentuan ICAO Recommended Practices
akan disita.
9. Semua checked baggage/bagasi harus dilengkapi dengan tag/label yang
menunjukkan nomor penerbangan, tujuan, maupun berat bagasi.
Keterangan dalam tag/label harus terdokumentasi.
10. Checked baggage/bagasi harus dilindungi dan diawasi mulai dari saat
penerimaan bagasi sampai di pesawat terbang.
11. Checked baggage/bagasi harus dilindungi dan diawasi dari tindak gangguan
melawan hukum dan bagasi akan diterimakan kepada pemiliknya di tujuan.
Pengamanan di Area Baggage Make
Up
 1. Area baggage make up harus selalu dalam pengawasan dan pengamanan.
 2. Akses menuju area tersebut harus selalu dalam pengawasan di mana tidak
setiap orang dapat memasuki area baggage make up.
 3. Setiap pengiriman bagasi dari area baggage make up menuju pesawat dan
sebaliknya berada di bawah tanggung jawab operator. Operator
bertanggung jawab terhadap keamanan bagasi yang ditangani.
Pengamanan untuk Bagasi
Transfer/Transferred Checked Baggage

 1. Transfer baggage tidak dilakukan di area terbuka, cukup penerangan dan


selalu dalam pengawasan
 2. Pelaksanaan transfer baggage harus disertai dengan dokumen pendukung yang
mudah ditelusur

Pengawasan Bagasi yang


Tertinggal.
 1. Bagasi yang tertinggal/hold baggage harus selalu tercatat dan tersimpan
dalam ruangan yang terkunci dan selalu dalam pengawasan sebelum
diambil/dikembalikan kepada pemilik atau dipindahkan ke airlines lainnya.
 2. Rush baggage tidak dapat diberangkatkan ke tujuan, kecuali disertai dengan
laporan/berita tentang kehilangan bagasi dari stasiun/kantor cabang lain.
Pengamanan Penyimpanan Bagasi

 1. Bagasi yang tidak diketahui pemiliknya harus dicatat diamankan ke daerah


tertentu yang tidak dapat diakses setiap orang.
 2. Bagasi wajib diperiksa ulang jika diperlukan.

 Penanganan Bagasi yang


Mencurigakan.
 1. Bagasi yang mencurigakan tidak dapat diangkut dengan pesawat sebelum
dilakukan pemeriksaan secara manual.
 2. Pemeriksaan secara manual dilakukan dengan penumpang/pemilik bagasi
oleh pihak security atau pihak berwenang lainnya..
Beberapa hal yang harus diperhatikan

1. Jika pesawat digunakan untuk charter flight dan seluruh penumpangnya naik dari
terminal Bandar udara, seluruh penumpang dan barang miliknya (bagasi, barang kabin)
harus melalui screening seperti diberlakukan kepada penumpang dan barang miliknya pada
penerbangan regular.
2. Diperlukan penanganan khusus untuk penerbangan kategori VIP atau penerbangan
charter, melakukan koordinasi secara menyeluruh dengan pihak airlines, bandar udara,
pemerintah, penegak hukum, maupun staf protokol dari penumpang VIP tersebut.
3. Melakukan pengaturan khusus terhadap pengaman pesawat, bagasi, catting, cargo, dan
sebagainya yang terkait dengan penumpang/penerbangan VIP tersebut.
4. Check in secara kelompok/groups hanya diperbolehkan apabila pimpinan kelompok/group
leader dapat mengidentifikasi setiap bagasi dengan nama anggotanya dan jumlah masing-
masing bagasi. Setiap bagasi harus disertai dengan tag/label yang menjelaskan nama
penumpang, tujuan dan nama kelompok/group.
5. Setiap pimpinan kelompok/group leader bertanggung jawab untuk kebenaran data saat
check in dan harus dinyatakan dengan tertulis. Pimpinan kelompok/groups harus terbang
bersama dengan kelompok/groups-nya
6. Apabila penumpang membawa senjata (security item), harus diserahkan kepada
petugas check in, tidak dibawa sendiri oleh penumpang yang bersangkutan.
7. Senjata tidak boleh dibawa di ruang penumpang (cabin penumpang) atau
charter yang dioperasikan oleh airline. Senjata yang secara sah dimiliki
penumpang sesuai izin yang berlaku di suatu negara, harus diperlakukan dan di
proses sebagai “security item”.
8. Senjata api harus dikosongkan dan amunisi/peluru dapat diangkut sebagai
dangerous goods pada pesawat dengan ketentuan-ketentuan ICAO
diberlakukan dan dokumen dokumen persyaratan airline/pengangkut harus
dipenuhi, dan/atau sepanjang tidak melanggar peraturan negara negara yang
dilalui.
9. Peraturan Pemerintah Indonesia melarang senjata api pribadi dimasukkan ke
wilayah Indonesia, kecuali ada izin persetujuan dari pejabat berwenang/dan
atau Kepolisian Republik Indonesia..
10. Pada saat penumpang menyerahkan bagasinya untuk diangkut, airline
sesuai peraturan setempat harus mengingatkan kewajiban penumpang
untuk menyatakan bila ia (penumpang) membawa senjata dan atau benda
pengancam lainnya di dalam bagasi miliknya/checked baggage.
11. Pemberitahuan kepada penumpang dapat secara lisan atau menggunakan
pemberitahuan yang berbunyi: “Peraturan pemerintah Indonesia
mewajibkan setiap senjata yang ada pada bagasinya diberitahukan
/dinyatakan oleh pemiliknya (penumpang) dan diserahkan dalam keadaan
kosong (tanpa peluru) dan atau pemerintah Negara Indonesia melarang
dibawa masuknya senjata api ke dalam wilayah Negara Indonesia (kecuali
telah ada izin persetujuan dari pejabat berwenang dan/atau Kepolisian
Republik Indonesia, penumpang yang mengabaikan peringatan ini
mempunyai potensi/ kemungkinan untuk dikenakan tuduhan melanggar
peraturan.”
12. Penyerahan senjata dan/atau benda pengancam (security item) tersebut
dilakukan dengan tanda bukti berupa tanda terima yang di tanda tangani
petugas check in dan nama jelas terdiri rangkap 3 masing-masing,
 a. lembar 1 untuk penumpang yang bersangkutan,
 b. lembar 2 untuk petugas check in,
 c. lembar 3 untuk security item ke tujuan.
13. Security item dibawa oleh petugas security ke pesawat untuk ditempatkan
dalam security item box atau tempat lain yang telah disediakan oleh airline.
14. Petugas security yang mengetahui adanya security item segera mencatat
dalam catatan tersendiri baik jenis, jumlah maupun tujuan dari security item.
PIC harus mendapat informasi perihal tersebut melalui NOTOC.
15. Masukkan security item ke dalam security item box.
16. Di tempat tujuan barang/bahan/alat tersebut akan diturunkan
sebagaimana bagasi yang lain dan melalui pemeriksaan standar (termasuk
pihak pabean/bea cukai).Bila security item tersebut berwujud senjata api
dan atau bahan peledak, dan bila diharuskan oleh peraturan setempat
penyerahannya kepada penumpang/pemilik. Diperlukan kesaksian law
enforcement officer setempat di pintu keluar kedatangan.
17. Penanganan senjata api yang dibawa Air Marshall.
18. Petugas security masuk terlebih dahulu setelah pax disebarkan untuk
melakukan serah terima senjata api dengan Air Marshall.
19. Melakukan serah terima senjata api meliputi: jenis, jumlah, senjata api,
jumlah peluru, dan kondisinya.
20. Setelah dilakukan serah terima dengan Air Marshall dan menandatangani
berita acara serah terima, petugas security tetap berada dalam pesawat
bersama dengan senjata api yang sudah diserahkan sempai senjata api
tersebut diserahterimakan kembali dengan Air Marshall pengganti.
21. Pada saat akan boarding petugas security menyerahkan senjata api dan
peluru kepada Air Marshall di kabin pesawat dengan dibuatkan berita
acara.
BARANG-BARANG BERBAHAYA

 Barang-barang yang dilarang. Untuk alasan keselamatan dan keamanan,


penumpang tidak diperbolehkan membawa benda/barang yang tercantum
dibawah ini kedalam bagasi kabin maupun tercatat:
1. Material korosif : merkuri (terdapat dalam termometer), asam sulfat,
alkali, dan aki kendaraan.
2. Bahan peledak : semua tipe granat, detonator, sumbu, alat peledak.
3. Gas bertekanan (tidak dan yang mudah terbakar, atau yang beracun):
propane, butane, aerosol iritan kimiawi.
4. Cairan mudah terbakar : Bahan bakar, cat, thinner, perekat (lem), cairan
pemantik api, methanol.
5. Benda padat mudah terbakar: kembang api, petasan, suar.
6. Zat oksidasi: bubuk pemutih, peroksida.

7. Material radioaktif.
8. Bahan kimia/zat beracun: arsenic, sianida, pembasmi hama/serangga, produk
biologis yang berbahaya.
9. Koper dengan instalasi perangkat alarm, atau dilengkapi baterai lithium
dan/atau material pironik.
10. Kendaraan kecil yang menggunakan baterai lithium seperti airwheel, solowheel,
hoverboard, mini-segway, balance wheel, dan lain-lain tidak diperbolehkan
dibawa dalam kabin pesawat.
11. Alat pelumpuh: pistol pengejut, alat kejut listrik, tongkat pukul listrik,
termasuk alat pelumpuh untuk hewan.
12. Semprotan bela diri: gas air mata dan semprotan asam fosfor
Benda/barang dibawah ini dapat dibawa
oleh penumpang hanya dalam bagasi
tercatat
1. Benda bermata pisau dan berujung tajam: kapak, busur, alat pendaki, tombak,
pemecah es, semua jenis pisau (pisau lipat, pisau saku, pisau bedah, pisau
pemotong daging): parang, pedang, keris, silet, gunting, huriken, alat-alat
perkakas (bor, cutter, gergaji, palu, obeng), dan benda lainnya yang berujung
tajam.
2. Instrumen pemukul: peralatan olah raga (pemukul baseball and softball, segala
jenis stik billiard, snooker, golf, hoki, tongkat kriket, tongkat lacrosse, segala
jenis raket: tenis, bulu tangkis dan squash); tongkat pemukul, pentungan, alat
pemancing ikan, dayung kayak dan kano, tongkat tongsis, peralatan bela diri
(gelang tinju, stik, tongkat pendek, double stik, kubatons) dan benda lainnya
yang menyebabkan cedera.
3. Benda kategori senjata: senapan angin, animal humane killer (tanpa peluru):
senjata panah, pelontar tombak, senjata semprot merica, replica atau senjata
imitasi, air soft gun (dibawa tanpa memasang gas), ketapel, dan senjata mainan
semua jenis..

Anda mungkin juga menyukai