Anda di halaman 1dari 19

Disampaikan oleh:

Dra. Togi Junice Hutadjulu, Apt. MHA


Direktur Pengawasan Napza
Badan Pengawas Obat dan Makanan

Dalam Kegiatan Diseminasi Pedoman Pengelolaan


Prekursor Farmasi
Jakarta, 29 – 30 November 2012
DASAR HUKUM PENGAWASAN NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR
DASAR HUKUM PENGAWASAN NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR

 Ordonansi tentang obat keras (St. No. 419) Th 1942


 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 Peratuan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 tentang Prekursor
 Permenkes Nomor 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar
Farmasi
 Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.05.3.0522 Tahun 2003 tentang Penerapan Pedoman Cara
Distribusi Obat yang Baik;
 Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.053.0027 Tahun 2006 tentang Penerapan Cara Pembuatan Obat
yang Baik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.09.10.9030
Tahun 2010;
PENGERTIAN
Narkotika:
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan
(Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika)

Psikotropika:
Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika)
Prekursor Narkotika
Zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam
pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabel sebagaimana terlampir
dalam Undang-Undang ini
(Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika)
PENGGOLONGAN

PENGGOLONGAN NARKOTIKA

I II III
Hanya untuk
IPTEK • PETIDIN
• KODEIN
Dilarang utk • MORFIN
• ETILMORFINA
pengobatan • FENTANIL
• BUPRENORFIN
• Tanaman PAPAVER, • METADON
• OPIUM • dll
• HEROIN/PUTAW (14) Perpindahan
• KOKAIN/ CRACK dari Gol III
(86)
• GANJA/MARIHUANA/ Psikotropika
CANNABIS
• OPIUM OBAT
• CAMP. OPIUM OBAT
Perpindahan
DG BAHAN LAIN
dari Gol II (Doveri tab/ pulvis) Perpindahan seluruh Gol I & sebagian
Narkotika • besar Gol 2 Psikotropika
MDMA
• AMFETAMIN
5
(65)
PENGGOLONGAN
PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA

I II III IV
•NIMETAZEPAM
•AMOBARBITAL •ALPRAZOLAM
•METIL FENIDAT •FLUNITRAZEPAM •DIAZEPAM
•BROMAZEPAM
•SEKOBARBITAL •DLL
•LORAZEPAM
(0)
•TRIAZOLAM
(2) (8) •DIETIL PROPION
•KLORDIAZEPOKSIDA
•NITRAZEPAM
•DLL
(60)

(UU Nomor 5 tahun 1997 Tentang Psikotropika)


Dipindahkan Dipindahkan sebagian
sebagai sebagai narkotika
narkotika golongan I
golongan I
PENGGOLONGAN
PENGGOLONGAN PREKURSOR
Tabel I
1. N-Acetylanthranilic Acid. Tabel II
2. Ephedrine. 1. Acetone.
3. Ergometrine. 2. Anthranilic Acid.
4. Ergotamine. 3. Ethyl Ether.
5. Isosafrole. 4. Hydrochloric Acid.
6. Lysergic Acid. 5. Methyl Ethyl Ketone.
7. 3,4-Methylenedioxyphenyl-2- 6. Phenylacetic Acid.
propanone. 7. Piperidine.
8. Norephedrine. 8. Sulphuric Acid.
9. 1-Phenyl-2-Propanone. 9. Toluene.
10. Piperonal.
11. Pseudoephedrine.
12. Safrole. (UU Nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika)
13. Potassium Permanganat.
14. Acetic Anhydride.
PENGAWASAN
TUJUAN PENGAWASAN

 Menjamin keamanan, khasiat dan mutu narkotika,


psikotropika, dan prekursor yang digunakan dalam
pelayanan kesehatan.
 Mencegah kebocoran dan penyimpangan (diversi)
narkotika, psikotropika, dan prekursor yang digunakan
dalam pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dari jalur legal ke ilegal atau
sebaliknya.

RUANG LINGKUP PENGAWASAN

Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor untuk


kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jalur Illicit Jalur Licit
Badan
POM

Shabu,
Ekstasi PBF & SPK INDUSTRI FARMASI
Triheksifenidil
Ketamin
dll
PENGAWASAN NPP
•Revitalisasi Regulasi
•Penyusunan NSPK
•Sosialisasi Regulasi
•Stakeholder Regulator (Pusat & Daerah)
•Stakeholder Lain :
•Asosiasi Profesi
•Pelaku Usaha

Penyalahgunaan NPP
X
Law Enforcement
TEMUAN KASUS PENYIMPANGAN NPP

Temuan Codein palsu di


sarana pelayanan kesehatan

Meningkatnya temuan
Pseudoefedrin tablet di
clandestine lab
Penyerahan
psikotropika tanpa
resep
PENCEGAHAN
DIVERSI NPP
PENGAWASAN NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA & PREKURSOR
SECARA KOMPREHENSIF
IMPOR PRODUKSI PENYALURAN PENYERAHAN PENGGUNAAN

PBF/ APT/RS/PKM/
IMPORTIR INDUSTRI Dr / KLINIK
IFP LAPAS/RUTAN

MONITORING & EVALUASI PENGAWASAN

AUDIT KOMPREHENSIF

KASUS

INSPEKSI TERPADU (dengan unit lain)

PENCEGAHAN DIVERSI
TINDAK LANJUT HASIL
PENGAWASAN NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA & PREKUSOR
SECARA KOMPREHENSIF

DIVERSI NON DIVERSI

PENERAPAN PENERAPAN
SANKSI PIDANA SANKSI ADMINISTRATIF
1. Memberikan kepastian hukum bagi pengelola prekursor
farmasi untuk mencegah terjadinya kebocoran dan
penyimpangan
2. Meningkatkan deteksi terhadap diversi dan kebocoran
prekursor farmasi sedini mungkin
3. Mengembangkan dan memperkuat sistem monitoring dan
evaluasi pada seluruh tahap pengelolaan prekursor
farmasi
4. Meningkatkan kerja sama lintas sektor di lingkungan
pemerintah dengan pengelola prekursor farmasi untuk
mencegah diversi dan kebocoran prekursor farmasi dari
jalur legal ke jalur ilegal atau sebaliknya

Anda mungkin juga menyukai