Anda di halaman 1dari 28

Konsep Hospitalisasi

1
By : Ns. Titin Hidayatin
Definisi
Hospitalisasi

Proses yang karena Masuknya individu ke


suatu alasan yang RS sebagai seorang
berencana / pasien karena
keadaan darurat berbagai alasan :
atau trauma anak pemeriksaan
harus tinggal di diagnostik, prosedur
rumah sakit dan ini tindakan,
mengakibatkan pembedahan,
stress pada anak kegawatdaruratan,
dan keluarga pemberian medikasi
( Ball & Bindler, dan stabilisasi.
2003) (Costello, 2008)
2
Hospitalisasi

STRESS

Anak Keluarga

3
Stress Hospitalisasi
Stressor

Takut akan
kematian
Injuri pada
Kehilangan tubuh 
kontrol dan tidak
otonomi nyaman
Takut dan nyeri
karena
sesuatu
Perpisah yang tidak
an diketahui
dengan
orang
tua

4
Reaksi anak saat hospitalisasi
• Dipengaruhi oleh :
Usia perkembangan anak

Pengalaman yg lalu ttg sakit, perpisahan &


hospitalisasi

Keterampilan koping

Diagnosis penyakit

Support system

5
Reaksi anak saat hospitalisasi
1. Masa bayi ( 0 – 1 tahun)
• Masalah utama adalah dampak dari perpisahan
 gangguan pembentukan rasa percaya & kasih
sayang
• Anak usia > 6 bulan  stranger anxiety (cemas
bila berhadapan dengan orang yang tidak
dikenalnya & cemas karena perpisahan)
• Reaksi yang muncul  menangis, marah &
banyak melakukan gerak sebagai sikap stranger
anxiety dan ekspresi wajah yang tidak
menyenangkan
6
2. Masa toddler ( 2 – 3 tahun)
• Bereaksi sesuai dengan sumber stress
• Sumber stress yang utama 
perpisahan. Respon perilaku :
a. Tahap protes : perilaku  menangis kuat,
menjerit memanggil orang tua atau
menolak perhatian yang diberikan orang
lain

7
b. Tahap despair (putus asa) :
perilaku  tangisan berkurang,
anak tidak aktif, kurang
menunjukkan minat untuk bermain
dan makan, sedih serta apatis
c. Tahap detachment : secara samar
mulai menerima perpisahan,
membina hubungan yang dangkal
& anak mulai terlihat menyukai
lingkungannya.
8
• Pembatasan gerak
 Anak akan kehilangan
kemampuannya untuk
mengontrol diri & menjadi
tergantung pada lingkungannya
 Anak akan kembali mundur pada
kemampuan sebelumnya atau
regresi

9
• Perlukaan
 Anak mengalami nyeri karena
tindakan invasif  seperti
pemasangan infus, injeksi,
pengambilan darah, anak akan
menangis, menggigit bibir &
memukul
 Anak dapat menunjukkan rasa
nyeri & mengkomunikasikan rasa
nyerinya
10
3. Masa pra sekolah ( 3 – 6 tahun)
• Hospitalisasi memaksa anak untuk
berpisah dari lingkungan yang dirasakan
aman, penuh kasih sayang &
menyenangkan, yaitu
 Lingkungan rumah
 Permainan
 Teman sepermainan
• Reaksi terhadap perpisahan : menolak
makan, sering bertanya, menangis
walaupun secara perlahan & tidak
kooperatif terhadap petugas kesehatan

11
• Anak merasa kehilangan kontrol terhadap
dirinya
• Anak merasa kehilangan kekuatan dirinya
• Anak mempunyai persepsi sebagai hukuman
sehingga anak merasa malu, bersalah dan
takut
• Takut terhadap tindakan & prosedur yang
mengancam integritas tubuhnya
• Respon  reaksi agresif dengan marah &
berontak, ekspresi verbal mengucapkan kata
– kata marah, tidak mau bekerja sama
dengan perawat dan ketergantungan pada
orang tua
12
4. Masa sekolah ( 6 - 12 tahun)
• Anak cemas berpisah dengan keluarga
dan terutama kelompok sosialnya
• Adanya pembatasan aktivitas  anak
merasa kehilangan kontrol
• Kehilangan kontrol berdampak :
 Pada perubahan peran dalam
keluarga
 Kehilangan kelompok sosialnya
 Perasaan takut mati dan adanya
kelemahan fisik

13
• Reaksi terhadap perlukaan atau rasa
nyeri  ditunjukkan dengan ekspresi
baik secara verbal atau non verbal
karena akan sudah dapat
mengkomunikasikannya
• Anak dapat mengontrol perilakunya
jika merasa nyeri dengan menggigir
bibir atau memegang sesuatu dengan
erat

14
5. Masa sekolah ( 12 – 18 tahun)
• Hospitalisasi menimbulkan perasaan cemas
karena berpisah dengan teman sebayanya
• Pembatasan aktivitas mengakibatkan anak remaja
kehilangan kontrol dan menjadi bergantung pada
keluarga atau petugas kesehatan
• Reaksi yang muncul  menolak perawatan /
tindakan yang dilakukan padanya, tidak kooperatif
dengan petugas kesehatan atau menarik diri atau
menolak kehadiran orang lain

15
Reaksi orangtua terhadap
hospitalisasi anak
1. Perasaan cemas & takut
• Cemas dengan prosedur yang menyakitkan anak
• Takut akan kehilangan anak
• Perasaan berduka
• Informasi buruk tentang diagnosis medis
• Pengalaman sebelumnya
• Reaksi orangtua  mengangis karena tidak tega
melihat prosedur invasif pada anaknya

16
2. Perasaan sedih
• Pada kondisi anak dengan penyakit terminal
• saat menghadapi anaknya menjelang ajal
• Orangtua dituntut untuk berada disamping anak &
memberi bimbingan spiritual anaknya tetapi disisi lain
orang tua menghadapi ketidakberdayaan karena
perasaan terpukul & sedih yang amat sangat
• Perilaku orang tua  isolasi, tidak mau didekati orang
lain & tidak kooperatif dengan petugas kesehatan

17
2. Perasaan frustasi
• Muncul saat anak telah dirawat cukup
lama dan dirasakan tidak mengalami
perubahan
• Tidak adekuatnya dukungan psikologis
• Putus asa
• Perilaku  tidak kooperatif, putus asa,
menolak tindakan  pulang paksa

18
Reaksi saudara kandung
terhadap perawatan anak di RS
• Marah  karena orang tua dinilai tidak memperhatikannya
• Cemburu  orang tua lebih mementingkan saudaranya
yang sakit
• Benci  pada saudaranya yang dirawat & situasi yang
tidak menyenangkan
• Rasa bersalah  karena anak berpikir mungkin
saudaranya sakit akibat kesalahannya
• Rasa takut & cemas  karena ketidaktahuan tentang
kondisi saudaranya
• Rasa sepi  situasi di rumah tidak seperti biasanya ketika
anggota keluarga lengkap berada di rumah

19
Prinsip asuhan keperawatan
pada hospitalisasi anak
1. Mencegah atau memperkecil perpisahan
2. Memperkecil kehilangan kendali / kontrol
3. Memperkecil cidera
4. Pengkajian & manajemen nyeri
5. Bermain untuk mengurangi stress
6. Memperbesar keuntungan hospitalisasi
7. Dukungan anggota keluarga

20
Keluarga / orangtua
membutuhkan
• Support
• Informasi yang akurat, berulang – ulang,
jelas sesuai permintaan
• Berpartisipasi dalam perawatan

21
Upaya meminimalkan stressor
1. Mencegah atau mengurangi dampak
perpisahan
2. Mencegah perasaan kehilangan kontrol
3. Mengurangi rasa takut terhadap
perlukaan tubuh dan rasa nyeri

22
Mencegah atau mengurangi
dampak perpisahan
1. Melibatkan orang tua dalam perawatan anak
dengan cara tinggal bersama (rooming in)
2. Jika tidak mungkin rooming in beri kesematan
orang tua untuk melihat anak setiap saat
3. Modifikasi ruang perawatan  seperti
lingkungan rumah
4. Mempertahankan kontak dengan kegiatan
sekolah; teman sekolah dan guru

23
Mencegah perasaan kehilangan
kontrol
• Hindarkan pembatasan fisik jika anak
kooperatif
• Buat jadual kegiatan untuk prosedur terapi,
latihan, bermain & aktivitas dalam
menghadapi perubahan kebiasaan
• Fokuskan intervensi keperawatan pada
upaya untuk mengurangi ketergantungan
dengan cara memberi kesempatan anak
untuk mengambil keputusan

24
Mengurangi rasa takut terhadap
perlukaan tubuh & rasa nyeri
• Mempersiapkan psikologis anak & ortu
untuk tindakan / prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri
• Lakukan permainan lebih dahulu
• Pertimbangkan untuk menghadirkan ortu
saat tindakan
• Tunjukkan sikap empati
• Untuk tindakan khusus, lakukan persiapan
khusus

25
Memaksimalkan manfaat
hospitalisasi
• Membantu perkembangan ortu & anak
dalam menjalankan tumbuh kembang anak
• Media belajar untuk ortu
• Meningkatkan kemampuan kontrol diri guna
memberi kesempatan mengambil
keputusan
• Fasilitas anak untuk tetap menjaga
hubungan sosialnya baik sesama pasien
dan teman sekolah

26
Mempersiapkan anak untuk
dapat perawatan di RS
1. Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan
perkembangan anak
2. Lakukan orientasi ke RS sebelum di rawat
• Kenalkan pada perawat
• Orientasikan anak & keluarga pada ruang rawat &
fasilitas
• Kenalkan pada anak / pasien lain
• Berikan identitas pada anak
• Jelaskan aturan RS
• Laksanakan pengkajian perawatan
• Lakukan pemfis & pemeriksaan lain sesuai dengan
program

27
28

Anda mungkin juga menyukai