Anda di halaman 1dari 68

Peran Balai Besar Tekstil

dalam Mewujudkan Industri TPT


Berwawasan Ramah Lingkungan
Tim Lingkungan-Energi
Tatang Wahyudi; Doni Sugiyana; Mulia Hendra

BALAI BESAR TEKSTIL


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Disampaikan pada:
PENGEMBANGAN INDUSTRI AKTA JAWA BARAT
Grand Tjokro Hotel Bandung, 15-16 April 2019
2
Outline

1. Balai Besar Tekstil Kementerian Perindustrian


2. Industri TPT Berwawasan Lingkungan
3. Peran Balai Besar Tekstil
Balai Besar Tekstil
Kementerian Perindustrian
Balai Besar Tekstil

Kementerian Perindustrian RI

Staf Ahli BPSDMI Setjen Irjen Dirjen


BPPI
(Badan Penelitian dan Pengembangan Industri)

Pustan IHLH Puslitbang Agro


Puslitbang IKFTLMATE

Baristand BBKB BBTPPI BBIHP BBKKP BBK BBLM BBPK BBIHP BBIA

BBT (Balai Besar Tekstil)


Institusi litbang dalam bidang tekstil di bawah
Kementerian Perindustrian
Tugas utama Balai Besar Tekstil
1. Penelitian dan pengembangan
2. Pelayanan jasa pada industri
Penelitian dan Pengembangan
Fokus litbang:
 Functional textile: tekstil medis, geotekstil, smart
apparel, tekstil teknik.
 Green textile: sustainable material & process,
natural fibers.
Jasa layanan pada Industri
 Kerjasama Litbang
 Pengujian Tekstil dan Lingkungan
 Sertifikasi
 Kalibrasi
 Konsultansi
 Pelatihan
 Desain Engineering
Industri TPT Berwawasan Lingkungan
Tantangan Industri Tekstil
Energi
BBM;
batubara; Air
gas; B. Kimia
listrik; jumlah;
uap sumber. z.warna dan pigmen;
pengolahan z.organik pembantu;
z.kimia umum

PROSES PRODUKSI TEKSTIL


BAHAN BAKU PRODUK
Limbah Panas jenis & jumlah
Jenis & jumlah: serat,
benang, kain jenis & jumlah

Emisi Gas
sumber, jenis, jumlah

Limbah Padat
jenis & jumlah

Limbah Cair
volume; karakteristik; beban
Industri Hijau
DASAR HUKUM
UU No. 3/2014 tentang Perindustrian pasal 77 - 83

DEFINISI
Industri yang dalam proses produksinya
mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya secara berkelanjutan
sehingga mampu menyelaraskan pembangunan
industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat.
Karakteristik Industri Hijau

PROSES PRODUKSI DAMPAK


Penggunaan bahan baku dan
bahan penolong yang efisien Tingkat reject rendah

Penggunaan air yang efisien Timbulan limbah lebih sedikit


Penggunaan energi yang efisien Pengelolaan limbah lebih
mudah dan rendah biaya
Proses produksi yang efektif
Emisi gas rumah kaca rendah
Kemasan yang aman dan ekonomis
Image sebagai industri hijau
Recycle air dan energi alternatif
Strategi Pengembangan
Industri Hijau
Greening of Existing Industries
Mengembangkan Industri yang
sudah ada menuju Industri Hijau

Creating of New Green Industries


Membangun Industri baru dengan
prinsip Industri Hijau
STANDAR INDUSTRI HIJAU
 Tahun 2014 : 8 SIH yaitu:
1. Ubin Keramik
2. Tekstil Pencelupan, Pencapan dan Penyempurnaan
3. Semen Portland
4. Pulp dan Pulp Terintegrasi Kertas
5. Pupuk Buatan Tunggal Hara Makro Primer
6. Susu Bubuk
7. Karet Remah (Crumb Rubber)
8. Karet Konvensional (Ribbed Smoked Sheet Rubber/RSS)

 Tahun 2015 -2017 : 9 SIH yaitu gula kristal putih, kaca pengaman
berlapis, kaca pengaman diperkeras, barang lainnya dari kaca, kaca
lembaran, penyamakan kulit, pengawetan kulit, baja flat product,
dan baja long product.
STANDAR INDUSTRI HIJAU
SIH 13132.1:2015
INDUSTRI TEKSTIL
PENCELUPAN, PENCAPAN
DAN PENYEMPURNAAN
Kepmenperin No.515/M-IND/KEP/12/2015

14
VOLUNTARY DAN
1. Perkembangan IPTEK
MANDATORY 2.Tuntutan Konsumen
3.Usulan dari Asosiasi
DALAM SIH 4.Konsensus Semua Pihak
1 2
Penerapan Penerapan
Standar Industri Standar Industri
Hijau Sukarela Hijau Wajib

Memenuhi Tidak Memenuhi

Pemberian Fasilitas
Peran Balai Besar Tekstil
 Sertifikasi Industri Hijau
 Produksi bersih
 Optimalisasi kinerja IPAL
 Konservasi energi
Sertifikasi Industri Hijau

 Dalam mendukung penerapan SIH, saat ini telah dibentuk


Lembaga Sertifikasi Industri Hijau/LSIH (PP No. 29 2018
tentang pemberdayaan industri).
 SIH pada awalnya akan diberlakukan secara sukarela
(voluntary); namun akan diberlakukan wajib (mandatory).
 Bagi perusahaan yang telah memenuhi kriteria SIH, maka
akan mendapatkan sertifikat Industri Hijau dan berhak
menggunakan logo Industri Hijau.
Diagram Alir Proses Sertifikasi Industri Hijau
18
Sertifikasi Industri Hijau

 Perusahaan industri yang telah mendapatkan Sertifikat Industri Hijau berhak


menggunakan Logo Industri Hijau
 Logo Industri Hijau boleh digunakan di tempat yang mudah terlihat
 Logo Industri Hijau diharapkan dapat meningkatkan brand value suatu
produk karena logo tersebut merupakan jaminan bahwa perusahaan
industry telah menerapkan proses produksi yang berkelanjutan
20
Ruang lingkup
Sertifikasi Industri Hijau
Persyaratan Teknis Persyaratan Manajemen
1) Bahan baku 1) Kebijakan dan organisasi
2) Bahan penolong 2) Perencanaan strategis
3) Energi 3) Pelaksanaan dan pemantauan
4) Air
5) Proses produksi
6) Produk
7) Kemasan
8) Limbah
9) Emisi gas rumah kaca
21 1. Bahan Baku
1.1. Sumber bahan baku
o Alami : Tersedia sertifikasi dari pihak berwenang
o Sintetik : Tersedia sertifikasi dari pihak berwenang

1.2. Spesifikasi bahan baku


Spesifikasi bahan baku diketahui

1.3. Penanganan bahan baku


Tersedia SOP dalam prosedur penanganan bahan baku yang
dijalankan secara konsisten

1.4. Rasio produk terhadap penggunaan bahan baku


Minimum 90 %

Sumber: Kepmenperin No.515, 2015


22
2. Bahan Penolong

2.1. Kandungan zat warna berbahaya:


Zat warna azo yang tereduksi menghasilkan senyawa amina grup MAK
IIIA1 dan MAK IIIA2
Tidak terdeteksi

2.2. Kandungan zat berbahaya:


a. Formaldehida
Tidak terdeteksi
b. Logam terekstraksi Cd; Ni; Cu; Pb
Cd : Maksimum 0,1 ppm
Ni : Maksimum 1 ppm
Cu : Maksimum 25 ppm
Pb : Maksimum 0,2 ppm
Sumber: Kepmenperin No.515, 2015
23
3. Energi

3.1. Konsumsi energi listrik spesifik


Maksimum 1.100 kWh/ton produk

3.2. Konsumsi energi panas spesifik


Maksimum 3.500 kWh/ton produk

Sumber: Kepmenperin No.515, 2015


24
4. Air

4.1. Penggunaan air proses


Maksimum 120 m3/ton produk

4.2. Rasio daur ulang air proses pencelupan,


pencapan, dan penyempurnaan tekstil.
Minimum 1 %

Sumber: Kepmenperin No.515, 2015


25
5. Proses Produksi

5.1. Kinerja peralatan yang dinyatakan dalam OEE


Minimum 75%

5.2. Tingkat kegagalan produksi (reject rate) per


tahun
Maksimum 5%

Sumber: Kepmenperin No.515, 2015


26
6. Produk

6.1. Standar mutu produk tekstil


Sesuai kriteria yang tertera pada standar internasional
Oeko-Tex 1000 atau SNI 2014 kriteria ekolabel atau
revisinya.

6.2. Kandungan PFOS


Diketahui

Sumber: Kepmenperin No.515, 2015


27
7. Kemasan

Kandungan PVC/PVDC

Maksimum 50%

Sumber: Kepmenperin No.515, 2015


28
8. Limbah
8.1. Pemenuhan parameter limbah cair terhadap baku
mutu Lingkungan sesuai ketentuan Peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Sesuai ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
8.2. Sarana pengelolaan limbah cair
o Memiliki Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) yang
dikeluarkan Pemerintahan Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota
o Memiliki IPAL mandiri atau IPAL yang dikelola oleh pihak
ketiga yang memiliki izin.

Sumber: Kepmenperin No.515, 2015


29
8. Limbah
8.3. Sarana pengelolaan limbah B3
Memiliki izin pengelolaan dan diserahkan pada pihak ketiga yang
memiliki izin.

8.4. Sarana pengelolaan limbah padat


Mengacu pada rencana pengelolaan limbah padat yang tertuang
dalam dokumen lingkungan yang telah disetujui

8.5. Sarana pengelolaan emisi gas buang dan udara


Mengacu pada rencana pengelolaan kualitas udara (udara
ambient dan emisi gas buang)
Sumber: Kepmenperin No.515, 2015
30
9. Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

Emisi CO2 spesifik


Maksimum: 2,03 ton CO2/ton produk

Sumber: Kepmenperin No.515, 2015


31
Ruang lingkup
Sertifikasi Industri Hijau
Persyaratan Teknis Persyaratan Manajemen
1) Bahan baku; 1) Kebijakan dan organisasi;
2) Bahan penolong; 2) Perencanaan strategis;
3) Energi; 3) Pelaksanaan dan Pemantauan;
4) Air;
5) Proses produksi;
6) Produk;
7) Kemasan;
8) Limbah;
9) Emisi gas rumah kaca
32
1. Kebijakan dan organisasi

1.1. Kebijakan industri hijau


Memiliki kebijakan tertulis atas penerapan industri hijau

1.2. Organisasi industri hijau


o Keberadaan organisasi dan tim pelaksana penerapan industri
hijau
o Program pelatihan/peningkatan kapasitas SDM tentang
industri hijau

1.3. Sosialisasi kebijakan dan organisasi industri hijau


Terdapat kegiatan sosialisasi kebijakan dan organisasi industri
hijau
Sumber: Kepmenperin No.515, 2015
33
2. Perencanaan strategis

2.1. Tujuan dan sasaran industri hijau


Penetapan tujuan dan sasaran yang terukur dari kebijakan
penerapan industri hijau

2.2. Perencanaan Strategis dan Program


Kepemilikan Rencana Strategis (Renstra) dan program untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang terukur dari kebijakan
penerapan Industri Hijau

Sumber: Kepmenperin No.515, 2015


34 3. Pelaksanaan dan pemantauan

3.1. Pelaksanaan program


Penetapan tujuan dan sasaran yang terukur dari kebijakan
penerapan industri hijau

3.2. Pemantauan program


Pemantauan program dilaksanakan secara berkala dan hasilnya
dilaporkan sebagai bahan tinjauan manajemen puncak dan
masukan dalam melakukan perbaikan berkelanjutan

Sumber: Kepmenperin No.515, 2015


Peran Balai Besar Tekstil
 Sertifikasi Industri Hijau
 Produksi bersih
 Optimalisasi kinerja IPAL
 Konservasi energi
Konsep Produksi Bersih

UP-THE-PIPE END-OF-PIPE
END-OF-PIPE
PENCEGAHAN PENGURANGAN DAUR PENGOLAHAN
TIMBULNYA LIMBAH TIMBULNYA LIMBAH ULANG LIMBAH

Produksi bersih
37 7 Karakteristik Industri Hijau

 Efisiensi penggunaan material input


 Menggunakan alternatif material input
 Rendahnya intensitas energi Resources
(Sumber daya)
 Rendahnya intensitas air
 Sumber daya manusia yang kompeten
 Minimisasi limbah yang dihasilkan
Waste
 Teknologi rendah karbon (Limbah)
Program RECP
(Resouces Efficient & Cleaner Production)

38
UNIDO bekerjasama dengan Balai Besar Tekstil Kemenperin,
mengimplementasikan RECP di 14 industri tekstil di Jawa Barat
pada periode tahun 2015-2016.

Resource Efficient and Cleaner Production (RECP)


Programme Indonesia in Textile Sector
Funded by Implemented by In partnership with
Konsep RECP
Aplikasi yang terintegrasi
dan berkelanjutan dari
kegiatan
 Konservasi lingkungan;
 Produktivitas industri
(proses, produk dan jasa)
untuk meningkatkan
efisiensi; dan
 Mengurangi efek negatif
pada masyarakat dan
lingkungan.
Praktek RECP
Metode RECP menyediakan kategori solusi yang dapat
diaplikasikan secara individual atau kombinasi untuk
implementasi RECP di industri

Input Efficient Sustainable


Process Material Technologies Product Design
Housekeeping
Optimization Substitution

Easier Difficult
Praktek RECP
1 2 3 4

Peningkatan Modifikasi
Tata kelola Substitusi pengendalian
area kerja bahan peralatan
proses

5 6 7 8

Guna ulang
Penggantian dan daur ulang Pemanfaatan Modifikasi
teknologi di lokasi produk samping produk
sendiri
1. Tata kelola area kerja

Perubahan pada Solusi Tipikal


prosedur operasional  Mematikan yang tidak digunakan
dan manajemen  Memperbaiki yang rusak
lingkungan kerja  Menjaga lingkungan kerja
untuk mengurangi terorganisir dan bersih
sampah/limbah  Meminimisasi dan mengatur
inventory
 Mengkonfirmasi prosedur kerja
yang benar
 Menjaga motivasi staf
2. Substitusi bahan

Menggunakan input Solusi Tipikal


alternative dan/atau  Menggunakan energi baru/
material bukan B3 terbarukan
dan terbarukan  Menggunakan material terbarukan
sehingga lebih sedikit dan sustainable
masalah limbah yang  Menggunakan material sekunder
ditimbulkan  Menggunakan material tepat guna
 Menggunakan bahan bukan B3
 Menggunakan bahan baku lokal
3.Peningkatan Pengendalian
Proses
Solusi Tipikal
Memperbaiki kendali  Pemantauan pada proses operasi
pada proses dan standar
peralatan dengan  Pengukuran konsumsi air, energi
operasi kontinyu pada dan material
efisiensi terbaik dan  Kontrol terotomatisasi (auto shut
lebih rendah limbah off)
 Pemeliharaan preventif
4. Modifikasi Peralatan

Solusi Tipikal
Meningkatkan  Insulasi
kualitas peralatan  Penempatan line produksi dengan
produksi untuk benar
mencegah limbah dan  Memperbaiki temperatur, tekanan,
meningkatkan kecepatan, putaran proses
efisiensi  Rasionalisasi sistem utility dan
distribusi
 Mengkombinasikan langkah proses
5. Penggantian Teknologi
Solusi Tipikal
 Boiler, motor, kipas, kompresor
Penggantian yang lebih efisien
teknologi (proses)  Peralatan dengan siklus recovery
dengan teknologi terintegrasi
 Proses separasi advanced
lebih efisien dan
 Pemanasan/pendinginan dengan
rendah/tanpa limbah proses tenaga matahari
6. Guna Ulang dan Daur Ulang
di Lokasi Sendiri

Pemanfaatan Solusi Tipikal


limbah (material,  Penggunaan air dan energy
countercurrent atau cascaded
energi,air) dalam
 Recovery panas dan kondensat
perusahaan yang
 Penggunaan kemasan dari bahan
sama untuk datang untuk produk keluar
penggunaan yang
sama atau alternatif
7. Pemanfaatan Produk Samping

Solusi Tipikal
Mengkonversi  Provisi cooling water untuk
material limbah penggunaan heating/cooling
menjadi material eksternal (gedung, perikanan, dsb)
input substitusi untuk  Segregasi bahan dapat daur ulang
untuk recycle eksternal dan
pengguna/pabrik lain recovery sumber daya (misal
makanan hewan)
 Simbiosis industri, reuse pada
proses industri.
8.Modifikasi Produk

Solusi Tipikal
Desain ulang produk
 Desain untuk lifetime produk yang
untuk mengurangi optimal
dampak lingkungan  Desain untuk konsumsi minimum
selama proses air, energi, dsb.
produksi,penggunaan  Desain untuk manufaktur yang
dan/atau rendah limbah
pembuangan  Desain untuk memungkinkan
recycle,refurbishment dsb.
Indikator RECP
Indikator RECP
Output produksi
Output per satuan
konsumsi energi Output
produksi per
(ton produk / produksi per
satuan
kWh) satuan
konsumsi
konsumsi air
material
(ton produk /
(ton produk /
m3 air)
ton material)

Timbulan
Timbulan limbah cair per
limbah per satuan output
satuan output Emisi udara produksi
produksi per satuan (m3 limbah
(ton limbah output cair/
padat / produksi ton produk)
ton produk) (ton CO2/
ton produk)
Review Implementasi RECP di Industri TPT
PT. A – Garmen

5 techno-economic viable options with an investment 66,802 USD


Review Implementasi RECP di Industri TPT
PT. A – Garmen
Review Implementasi RECP di Industri TPT
PT. B – Dyeing Finishing

22 techno-economic viable options with


an investment of US$ 2.015 million
Review Implementasi RECP di Industri TPT
PT. B – Dyeing Finishing
Review Implementasi RECP di Industri TPT
PT. C – Spinning

10 techno-
economic
viable options
with an
investment
56,000US$
Review Implementasi RECP di Industri TPT
PT. C – Spinning
Peran Balai Besar Tekstil
 Sertifikasi Industri Hijau
 Produksi bersih
 Optimalisasi kinerja IPAL
 Konservasi energi
Optimalisasi IPAL industri tekstil

Influen Koagulan Flokulan

Efluen

Koagulasi Flokulasi
Ekualisasi Lumpur aktif Kolam ikan
Clarifier
kimia
Clarifier
biologi

Thickener
Dewatering

Tipikal proses pengolahan IPAL industri tekstil


Optimalisasi IPAL industri tekstil

Influen Koagulan Flokulan

Efluen

Koagulasi Flokulasi
Ekualisasi Lumpur aktif Kolam ikan
Clarifier
kimia
Clarifier
biologi

Proses ekualisasi:
Thickener
 Segregasi Dewatering
 Manajemen lumpur
 Penyesuaian pH, DO, temperatur
Optimalisasi IPAL industri tekstil

Influen Koagulan Flokulan

Efluen

Koagulasi Flokulasi
Ekualisasi Lumpur aktif Kolam ikan
Clarifier
kimia
Clarifier
biologi

Proses biologi lumpur aktif:


Thickener
Dewatering
 BOD : N : P
 Nutrisi
 Dissolved oksigen
 MLSS dan umur lumpur
Optimalisasi IPAL industri tekstil

Influen Koagulan Flokulan

Efluen

Koagulasi Flokulasi
Ekualisasi Lumpur aktif Kolam ikan
Clarifier
kimia
Clarifier
biologi

Proses koagulasi-flokulasi:
Thickener
 Konsentrasi koagulan-flokulan
Dewatering
 pH
 Manajemen lumpur
 Waktu kontak
Optimalisasi IPAL industri tekstil

Influen Koagulan Flokulan

Efluen

Koagulasi Flokulasi
Ekualisasi Lumpur aktif Kolam ikan
Clarifier
kimia
Clarifier
biologi

Proses post-treatment:
Thickener
 Filtrasi Dewatering
 Adsorpsi
 Advanced oxidation
Peran Balai Besar Tekstil
 Sertifikasi Industri Hijau
 Produksi bersih
 Optimalisasi kinerja IPAL
 Konservasi energi
65 Audit konservasi energi
Ruang lingkup :
 Evaluasi penggunaan energi
 Identifikasi potensi penghematan energi
 Rekomendasi peningkatan efisiensi penggunaan
energi
Audit konservasi energi
TARGET :
– Memetakan pola konsumsi energi
• Fluktuasi konsumsi energi (influencing factors)
• Distribusi/neraca energi (input = output ?)
• Efisiensi konsumsi energi

– Identifikasi sumber energi terbuang dan memformulasikan


langkah preventif.
• Energi terbuang dan pemanfaatannya (reduce, reuse, recycle)
• Rasionalisasi dan optimalisasi konsumsi energi.

– Merekomendasikan basis peningkatan efisiensi konsumsi energi.


• Perbaikan manajemen operasional dan pemeliharaan peralatan konversi
energi.
• Perbaikan peralatan.
• Instalasi peralatan/teknologi baru hemat energi.
Audit konservasi energi
Target audit konservasi energi termal dan elektrik
(tipikal):
1. Boiler
2. Chiller
3. Kompressor
4. Transformator
5. Power factor dan tegangan
6. Sistem pencahayaan
7. Inverter
8. Perpipaan dan kebocoran
9. Ventilasi
68
Terima Kasih

Contact :

Dr. Doni Sugiyana, M.Eng.


Balai Besar Tekstil
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
dsugiyana@kemenperin.go.id/081322997369

Anda mungkin juga menyukai