Anda di halaman 1dari 11

Obat antijamur

Disusun oleh kelompok 4


Endang Rizky Aprilia P07124119020
Husnul Khotimah P07124119031
Sintia Wulandari P07124119088
Siti Nur Hindah P07124119090
A. Definisi AntiJamur
Anti Jamur adalah suatu golongan obat yang bersifat fungsida atau fungistatik
yang dapat digunakan untuk mengobati dan mencegah mikosis seperti kutu air,
kurap, kandidiasis, infeksi sistemik serius seperti meningitis kriptokokus, dan lain-
lain. Biasanya obat anti jamur diberikan dengan resep dokter, tetapi beberapa ada
yang tersedia secara bebas (over-the-Counter). (Wikipedia)
B. Tujuan

Berfungsi untuk menyembuhkan infeksi pada tubuh akibat jamur atau


fungsi. (Alodokter.com)

C. Jenis-Jenis Antijamur

a. Antijamur cream, digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagin yang termasuk
Antijamur golongan azole, yang dapat membunuh berbagai jenis jamur. Contoh: ketoconazole,
fenticonazole, miconazole
b. Antijamur peroral, Nystatin dan amphotericin dalam bentuk cairan dan lozenges. Obat-obatan ini
tidak terserap melalui usus kedalanm tubuh. Obat tersebut digunakan untuk mengobati infeksi
Candida (guam) pada mulut dan tenggorokan.
c. Antijamur injeksi, Amphotericin, plocytosine, intraconazole, voriconazole dan caspofungin
adalah obat-obatan antijamur yang sering digunakan dalam injeksi (Farmakologi Dian Husada)
D. Anti Jamur Untuk Infeksi Sistemik
1. Amfoterisin B
Farmakokinetik :
• Sedikit sekali diserap melalui saluran cerna
• Waktu paruh 24 - 48 jam
• Dapat menembus sawar uri
• Ekreksi melalui ginjal

Efek Samping :
• Infus amfoterisin B sering menimbulkan kulit panas, keringat, sakit kepala, demam, menggigil,
nyeri otot, slebitis, kejang, dan penurunan faal ginjal
• Reaksi dapat ditekan dengan hidrokortison 25 – 50 mg.
• Flebitis dan diatasi dengan menambahkan heparin 1000 unit didamlam infus
• Gejala efek Samping berkurang bila obat dihentikan
Indikasi :
• Untuk infeksi jamur deperti koksidiodomikosis, kandidosis, aspergilus, kromoblastomikosis.
• Pemakaian topical juga efektif untuk keratis mikotik
• Pasien yang mendapat terapi amforerisin B harus dirawat dirs. Karna diperlukan pengawasan yang
ketat, bila terjadi insufisiensi ginjal, pengobatan harus dihentikan
Dosis :
• Injeksi dalam vial yang mengandung 50mg bubuk dilarutkan dalam 10ml aquades steril kemudian
dimasukan dalam infus. Dosisnya 0,3 – 0,5 mg/kg BB selama 6 minggu.
2. Flusitosin
Farmakokinetik :
• Diabsorpsi dengan cepat dan baik melalui saluran cerna
• Pemberian bersama makanan memperlambat penyerapan
• Kadar puncak dalam plasma setelah 1-2 jam, waktu paruh 2-5 jam
• Distribusi keseluruh jaringan, dalam saliva kadar obat ½ dari kadar obat didarah

Efek Samping :
• Kurang toxic disbanding amfoterisin B, tapi dapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan
trobositopenia
• Mual, muntah, diare, dan enterkolits.
• Kadang terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan halusinasi.
Indikasi
1. Umumnya diberian dikonbinasi dengan amfoterisin B karena sering resisten.
2. Pemberian tunggal hanya untuk kromoblastomikosis
3. Untuk menginitis karena Cryptococcus, kombinasi dengan amfoterisin B

Dosis : 50mcg/ml 20% flusitosin ini terikat dngan protein


3. Ketokonazol
Farmakokinetik:
• Absorpsi baik melalui pemberian oral, berkurang dengan pemberian bersama antacid
• 84% berikatan dengan protein plasma terutama albumin
• Ekskresi melalui empedu

Efek samping:
• Lebih ringan disbanding amfoterisin B
• Mual, pruritis, gejala akan berkurang bila diberi bersama makanan dan sebelum tidur.
• Pada pemakaian lama dapat terjadi sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrium, fotofobia, dan
kerusakan hati.
• Dosis lebuh dari 600mg/hari dapat terjadi ginekomastia, penurunan libido, infertile pada laki-laki.
• Hindari pada wanita hamil, karena pada hewan dapar menimbulkan cacat.
Indikasi:
Efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan lemak serta kriptokokosis
nonmeningeal. Tapi tidak dianjurkan untuk meningitis kriptokokosis.

Dosis:
• Tablet 200mg oral
• Untuk vagina ada 2 tablet (400mg) sekali sehari selama 5 hari.
• Untuk indikasi lain cukup 1 tablet sekali sehari dan lama pemberian bergantung pada jenis infeksi
jamur.
• Dosis anak 5mg/kgBB/hari tablet diberikan bersama makanan.
E. Antijamur untuk infeksi Dermatofit dan Mukokutan
1. Griseofulvin
Farmakokinetik:
• Penyerapan melalui saluran cerna bagian atas kurang baik
• Dosis awal 0,5g, kadar puncak plasma 1µg/ml setelah 4 jam
• Absorpsi lebih baik kalau diberikan bersama makanan berlemak
• Metabolisme di hati
• Waktu paruh 24 jam
• Ekskresi di urion dalam bentuk metabolic

Efek samping:
• Sering sakit kepala,leukopenia, granulositopenia, pandangan kabur, neuritis perifer.
Indikasi:
• Efektif untuk infeksi jamur di kulit, rambut dan kuku.
• Gejala akan berkurang 2-4 hari pengobatan, sembuh sempurna setelah beberapa minggu.
• Kadidiasis dan tinea versikolor tidak dapat diobati dengan griseofulvin

Dosis:
Dosis tinggi karsinogenik dan teratogenik sehingga pada kasus ringan tak perlu griseofulvin cukup
obat topical saja.
Anak: 10mg/kgBB/hari
Dewasa: 500mg-1000mg/hari, dosis tunggal kalau dosis tidak ditoleransi, lanjutkan dengan dosis
terbagi.

Anda mungkin juga menyukai