Anda di halaman 1dari 169

CASE REPORT SESSION

P R E S E P T O R : D R . J AT U S U L I S T Y O W AT I , S P O G

P R E S E N TA N :
I DA A S T U T I
R . AY U W U L A N D A R I S E K A R I N I ( A N N A )

Program Pendidikan Profesi Dokter FK Unisba


Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi
RSUD Al-Ihsan Bandung
IDENTITAS
Identitas Pasien Identitas Suami
– Nama : Ny. E • Nama : Tn. S
– Usia : 23 Tahun • Usia : 26 tahun
– Alamat : Cipeundey • Alamat : Cipeundey
– Pendidikan : SMA • Pekerjaan : Karyawan swasta
– Pekerjaan : IRT • Pendidikan : SMA
– Status : Menikah • Status : Menikah
– Agama : Islam • Agama : Islam
– Tanggal masuk : 17/12/2019 (03:25) • Penghasilan : 4.000.000 per bulan
– Tanggal pemeriksaan : 17/12/2019
MULAS-MULAS
S E M A K I N K U AT D A N
SERING

K E L U H A N U TA M A
ANAMNESIS KHUSUS
Pasien G1P0A0 merasa hamil 9 bulan datang ke IGD RSUD Al-Ihsan
dengan keluhan mules-mules semakin kuat dan sering sejak 1 hari SMRS.
Keluhan disertai keluar lendir yang bercampur sedikit darah dari jalan lahir.
Namun keluar air – air dari jalan lahir disangkal oleh pasien. Gerakan janin
masih dirasakan oleh ibu.
RIWAYAT PENYAKIT, PENGOBATAN, DAN
OPERASI
Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi sebelum maupun selama
hamil ini. Pasien menyangkal adanya sakit kepala hebat, pandangan kabur, dan nyeri ulu hati
selama hamil.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kelainan darah maupun riwayat perdarahan yang sulit
berhenti.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hepatitis sebelumnya.
Pasien hanya mengonsumsi obat yang diberikan oleh bidan, tidak mengonsumsi obat-obatan lain
dan jamu-jamuan selama hamil. (obat di riwayat ANC)
Pasien tidak pernah menjalani tindakan operasi apapun sebelumnya.
RIWAYAT PERNIKAHAN & HAID
PERNIKAHAN MENSTRUASI
• Riwayat Menstruasi
Riwayat Pernikahan
• Menarche : 14 Tahun
Usia awal menikah • Siklus Menstruasi : Siklus teratur
• Lamanya : 5-7 hari
Ibu : 21 Tahun • Banyaknya : 2-3 pembalut/hari
• Dismenorea : Tidak ada
Bapak : 27 Tahun
• Riwayat Kehamilan Sekarang
Pernikahan Ke : Pertama • HPHT : 13 Maret 2019
• TP : 20 Desember 2019
Lama menikah : 2 Tahun
Kehamilan Tempat Penolong Umur Cara BB JK Usia Hidup
ke Kehamilan Persalinan Lahir /Mati
1. Hamil ini

R I WAYAT O B S T ET R I
RIWAYAT KONTRASEPSI: TIDAK ADA
Riwayat PNC:

• Tempat : bidan
• Jumlah kunjungan ANC : 11 kali
• Riwayat Imunisasi TT : tidak pernah
• Obat-obatan selama kehamilan : Asam folat, zat besi
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
BB Sebelum Hamil : 47 kg
Keadaan umum : Baik
BB Saat Ini : 60 kg
Kesadaran : Kompos mentis
Kenaikan BB : 13 kg
TD : 110/86 mmHg TB : 155 cm
R : 20 kali/menit BMI : 20,81
N : 108 kali/menit
S : 36,7oC
Kepala
• Konjungtiva : anemis (-/-)
• Sklera : ikterik (-/-)

Leher
PEMERIKSAAN • KGB : tidak teraba

FISIK • JVP : tidak meningkat


• Tiroid : tidak membesar

Thorak : Bentuk dan pergerakan simetris


• Paru-paru : sonor, VBS kiri=kanan, ronki (-/-), wheezing (-/-)
• Jantung : S1S2 murni reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen : (status obstetri)
Ekstremitas : capillary refill < 2 detik, akral hangat, edema (-),
Pemeriksaan Luar
• Abdomen : linea alba (-), linea nigra (+) striae gravidarum (-), bekas
luka operasi (-)
• TFU : 33 cm
• LP : 97 cm
• TBBJ : 2.835 kg
• HIS : Frekuensi : 3-4 kali/10 menit, 30 ”, kuat
• Leopold 1 : Teraba bagian lunak, kurang bundar, tidak melenting
PEMERIKSAAN (Kesan Bokong)

OBSTETRI • Leopold 2 : Pada sisi kanan ibu teraba bagian keras, rintangan paling
tinggi, continous (Kesan PUKA)
• Leopold 3 : Teraba bagian keras, bundar, melenting (Kesan Kepala)
• Leopold 4 : divergen (Kesan sebagian kecil bagian terbawah janin
masuk pap)
• Per 5 an : 2/5
• DJJ : 130 x/menit
PEMERIKSAAN OBSTETRI
Pemeriksaan Dalam
- Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan
- Portio : Tebal, Lunak
- Pembukaan : 4 cm
- Ketuban : (+) utuh
- Bagian Terendah : Kepala, uuk; kanan belakang
- Station : 0
USULAN PEMERIKSAAN
• Hematologi rutin (Hb, eritrosit, trombosit, leukosit) , golongan darah, rhesus
HASIL PEMERIKSAAN
Darah Rutin

• Hemoglobin: 10,6 g/dl

• Hematokrit : 31,2 %
• Lekosit : 17.730 /mm3

• Trombosit : 360.000/mm3

• Eritrosit : 3,77 juta/mm3


Golongan Darah :B

Rhesus factor : positif


D IAGNOSA KERJA
G 1 P 0 A 0 P A R T U R I E N T AT E R M K A L A 1 F A S E A K T I F + I N E R S I A
U T E R I H I P OTO N I K + I N F E RT I L E P R I M E R + A N E M I A
PATOGRAF
PENATALAKSANAAN
• Informed consent
• Observasi VK
• Observasi kemajuan persalinan dan DJJ
• Oksitosin drip
DIA G NOS IS A KHIR
P 1 A 0 PA R T U S M AT U R U S S P O N TA N D E N G A N A U G M E N TA S I O K S I T O S I N D R I P
+ INFERTILE PRIMER + INERSIA UTERI HIPOTONIK + ANEMIA
PROGNOSIS

• Quo ad vitam : ad bonam

• Quo ad functionam : ad bonam

• Quo ad sanationam : ad bonam


FOLLOW UP IGD
Tanggal S O A P

17/12/2019 G1P0A0 merasa hamil 9 KU baik, CM G1P0A0 parturient Lapor dr Taufiq, sp.OG:
(03:25) bulan mengeluhkan 110/86 mmHg aterm kala I fase aktif + Observasi VK
mules-mules yang sering N = 108x/mnt inersia uteri hipotonik Observasi , DJJ
dan semakin kuat sejak R = 20x/mnt + infertil primer +
kemari. Keluhan tidak S = 36,6 anemia
disertai keluar lendir TFU :33
yang disertai sedikit LP : 97 cm
darah dari jalan lahir His : +
dan keluar air – air (-), LII : Puka
Gerak janin dirasakan DJJ : 130 x/m
aktif oleh ibu
PD
V/V tak
Portio : tebal – lunak
Pembukaan : 4 cm
Ketuban : +
Bagian Terendah: Kepala,
uuk; kanan belakang
Penurunan kepala HII,
FOLLOW UP VK
Tanggal S O A P

17/12/2019 G1P0A0 merasa hamil 9 KU baik, CM G1P0A0 parturient Lapor ulang dr.
Pukul 07.30 bulan mengeluhkan mules- TD: 110/80 mmHg aterm kala I fase Taufiq,sp.OG:
mules yang sering dan N = 96x/mnt aktif + inersia uteri • Drip oxytocin 5 iu
semakin kuat. Keluhan R = 20x/mnt hipotonik + infertil dalam RL 500cc
tidak disertai keluar lendir S = 36,6 primer + anemia • Ambacim 1gr
yang disertai sedikit darah TFU : 33 cm
dari jalan lahir dan keluar LP : 97 cm
air – air (-), Gerak janin His : Frekuensi : 3-4
dirasakan aktif oleh ibu kali/10 menit, 30 ”, kuat
DJJ : 132 x/m

PD
V/V tak
Portio : tebal – lunak
Pembukaan : 6cm
Ketuban : +
Bagian Terendah: Kepala,
uuk; kanan belakang
Penurunan kepala HII,
FOLLOW UP VK
Tanggal S O A

17/12/2019 G1P0A0 merasa hamil 9 KU baik, CM G1P0A0 parturient


Pukul 08.30 bulan mengeluhkan mules- His : Frekuensi : 3-4 aterm kala I fase aktif+
mules yang sering dan kali/10 menit, 30 ”, kuat induksi drip oxytocin +
semakin kuat. Keluhan tidak DJJ : 130 x/m inersia uteri hipotonik
disertai keluar lendir yang + infertil primer +
disertai sedikit darah dari anemia
jalan lahir dan keluar air –
air (-), Gerak janin
dirasakan aktif oleh ibu
.
Tanggal S O A

17/12/2019 G1P0A0 merasa hamil 9 bulan KU baik, CM G1P0A0 parturient aterm


Pukul 10:00 mengeluhkan mules-mules yang His : Frekuensi : 3-4 kali/10 kala I fase aktif+ induksi
sering dan semakin kuat sejak menit, 40 ”, kuat drip oxytocin + inersia
kemari. Keluhan disertai keluar DJJ : 136 x/m uteri hipotonik + infertil
lendir yang disertai sedikit primer + anemia
darah dari jalan lahir dan keluar
air – air (-), Gerak janin
dirasakan aktif oleh ibu
.
Tanggal S O A P
17/12/2019 G1P0A0 merasa hamil 9 KU baik, CM G1P0A0 parturient Persalinan dipimpin
11.30 bulan mengeluhkan mules- TD: 12/80 mmHg aterm kala I fase aktif + oleh bidan
mules yang sering dan N = 80x/mnt induksi drip oxytocin +
semakin kuat seperti ingin R = 20x/mnt inersia uteri hipotonik
BAB. Keluhan disertai S = 36,6 + infertil primer +
keluar lendir yang disertai anemia
sedikit darah dari jalan His : Frekuensi : 3-4 kali/10
lahir dan keluar air – air, menit, 40 ”, kuat
keluar air-air berwarna DJJ : 140 x/m
jernih
Gerak janin dirasakan
aktif oleh ibu PD :
V/V tak
Portio : tipis lunak
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : -
Tanggal S O A P
17/12/20 Lahir bayi laki- KU baik, CM P1A0 partus Dilakukan APN
19 laki, TD: 120/80 mmHg maturus
13.40 BBL: 2970gram N = 80x/mnt spontan +
PBL: 49cm R = 20x/mnt induksi drip
Apgar: 8/9 S = 36,6 oxytocin +
inersia uteri
hipotonik +
infertil primer
+ anemia
FOLLOW UP NIFAS
Tanggal S O A P
18/12/2019 Darah dari jalan KU baik, CM P1A0 partus Cefixime
lahir (+), BAK 110/80 mmHg maturus 2x200mg tab
(+), BAB (+), N = 90x/mnt spontan dengan Nonemi 1x1 tab
flatus (+), ASI -/- R = 20x/mnt induksi drip Keren 3x1 tab
S = 36,6 oxytocin +
TFU 2 jari inersia uteri
bawah pusat, hipotonik +
kontraksi kuat infertil primer
+ anemia
PARTOGRAF

Alat yang dipakai untuk memantau


kemajuan persalinan, keadaan ibu dan
kesejahteraan janin
POKOK-POKOK OBSERVASI

3 KOMPONEN

A. KEMAJUAN PERSALINAN
1. PEMBUKAAN SERVIKS
2. PENURUNAN KEPALA
3. H I S
a. FREKUENSI (BERAPA KALI DALAM
10 MENIT
b. LAMANYA ( DALAM DETIK )

B. KONDISI JANIN
1. DENYUT JANTUNG JANIN ( DJJ )
2. SELAPUT KETUBAN & AIR KETUBAN
3. MOLASE ( PENYUSUTAN KEPALA )

C. KONDISI IBU
1. NADI, TEKANAN DARAH, SUHU
2. URINE : VOLUME, PROTEIN, ASETON
3. OBAT-OBATAN DAN CAIRAN INFUS
4. PEMBERIAN OKSITOSIN
Partograf WHO yang sudah
dimodifikasi
SYARAT PENGISIAN PARTOGRAF
Partograf mulai diisi bila

Masuk untuk induksi persalinan :


1. pemecahan ketuban
Mereka yang masuk dalam (amniotomi) dengan atau tanpa
Masuk dengan ketuban pecah infus oksitosin
persalinan : spontan tanpa adanya his :
2. induksi medis (infus oksitosin,
1. fase aktif (pembukaan 1. bila infus oksitosin dimulai balon kateter atau pemberian
>3cm), his teratur, frekuensi 2. bila persalinan dimulai prostaglandin)
min.1x/10’, lamanya<20"
3. bila persalinan dimulai atau
induksi dimulai atau ketuban
pecah.
Partograf tidak perlu diisi
bila

saat masuk
partus akan dilakukan
rumah sakit
prematurus (Usia seksio sesar
dengan
kehamilan kurang elektif maupun
pembukaan >
dari 34 minggu) darurat
9cm
Pencatatan
lembar
Pencatatan belakang
lembar
depan

Monitoring
pada partograf
dengan ketentuan penatalaksanaan
sebagai berikut:

fase aktif :
fase laten :
1. Sebelah kiri garis waspada: akselerasi dan terapi
tidak dilakukan suportif dilakukan bila ada indikasi, sedangkan
akselerasi, terapi amniotomi boleh dilakukan atau tidak.
suportif (pemberian
2. Sebelah kanan garis waspada: akselerasi dan terapi
semangat), hidrasi
suportif dilakukan atas indikasi, sedangkan amniotomi
adekuat yang terdiri
harus dilakukan
dari glukosa dan
elektrolit, pengosongan 3. Sebelah kanan garis bertindak: akselerasi dilakukan
kandung. bila ada indikasi, terapi suportif dan amniotomi harus
dilakukan.
PENCATATAN LEMBAR DEPAN

• 1. Tanda vital: Nadi,


• 1. Pembukaan serviks Rekaman dan catatan tekanan darah, suhu
uteri tentang kondisi janin • 2. Urin: volume,
• 2. Penurunan kepala protein, dan aseton
• 3. His • 1. Denyut jantung • 3. Obat-obatan dan
janin cairan infus
• 2. Selaput ketuban • 4. Pemberian
dan air ketuban oksitosin
• 3. Molase
Rekaman dan catatan
kemajuan persalinan

Rekaman dan catatan


tentang kondisi ibu
2.
Penurunan
kepala janin
1.
Pembukaan 3. His
serviks
Rekaman
dan catatan
tentang
kemajuan
persalinan
1. PEMBUKAAN SERVIKS

• didapatkan dari hasil pemeriksaan dalam


• dilakukan pada grafik di bagian tengah partograf yang sepanjang sisi kirinya terdapat angka 0-10
pada setiap kotak.
• Setiap kotak menunjukkan pembukaan 1 cm dan sepanjang sisi horisontal terdapat angka 0-24
yang setiap kotaknya menunjukkan waktu 1 jam
Komponen grafik memusatkan perhatian pada pembukaan menurut waktu
yang terbagi 2:
1. Fase laten persalinan dimulai sejak awal persalinan sampai pembukaan
rnencapai 3 cm dengan penipisan bertahap dari serviks dan biasanya
berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
2. Fase aktif berlangsung dari 3-10 cm (pembukaan lengkap) dengan kecepatan
1 cm/1-2jam bagi primi dan 1-2 cm/jam bagi multipara.
PADA FASE INI TERDAPAT 2 GARIS
1. Garis waspada (alert line)
• Garis lurus dari pembukaan 3 cm sampai
dengan 10 cm, sesuai dengan kecepatan
pembukaan pada fase ini.
2. Garis bertindak (action line)
• Berupa garis lurus yang sejajar dengan
garis waspada dan berada 4 jam di sebelah
kanan garis waspada
2. PENURUNAN KEPALA JANIN
Pada persalinan yang lancar,
bertambahnya pembukaan akan
disertai dengan turunnya kepala
janin

Penurunan kepala janin


diperiksa dengan pemeriksaan
luar perut ibu berdasarkan
perlimaan di atas PAP (pintu
atas panggul), dan harus
dilakukan sebelum
pemeriksaan dalam
PENURUNAN KEPALA DARI PINTU
ATAS PANGGUL (PAP)
3. HIS

• Pengamatan his dilakukan setiap 1 jam dalam fase laten dan setiap ½ jam dalam fase aktif
• dengan mengamati frekuensi (jumlah his/10 menit) dan lamanya (detik) dari permulaan his
terasa pada palpasi perut sampai hilang
• His dicatat pada partograf di bawah garis waktu sesuai dengan penulisan waktu pada partograf,
yaitu pada 5 kotak kosong melintang sepanjang partograf yang sisi kirinya tertulis 'his/10 menit'.
• Satu kotak menggambarkan satu his, dan bila ada 2 his dalam 10 menit, maka ada 2 kotak yang
diarsir.
REKAMAN DAN CATATAN MENGENAI
KEADAAN JANIN
1. Frekuensi bunyi
jantung janin

2. Selaput dan air


ketuban

3. Moulage kepala
-janin
1. FREKUENSI BUNYI JANTUNG JANIN

• Waktu terbaik untuk mendengarkan bunyi jantung janin adalah segera setelah fase terkuat his
lewat, dan didengarkan selama 1 menit.
• Bunyi jantung janin dicatat pada bagian atas partograf setiap setengah jam dan satu kotak
menggambarkan setengah jam
BUNYI JANTUNG JANIN DIKATAKAN
ABNORMAL BILA:
Bunyi >160 kali/menit (takikardi) dan <120 kali/menit
(bradikardi)
• Keadaan ini dapat merupakan indikasi adanya gawat
janin

Bunyi jantung janin 100 kali/menit atau kurang,

• menunjukkan adanya gawat janin berat dan harus


segera diterminasi
2. SELAPUT DAN AIR KETUBAN
selaput ketuban utuh
• dicatat 'U'

selaput ketuban sudah pecah


• air ketuban jernih, dicatat `J'
• air ketuban diwarnai mekonium, dicatat `M' atau Hijau ‘H’
• tidak ada air ketuban, dicatat 'A' (absen) atau ‘K’ (kering)
• air ketuban bercampur darah, dicatat `D'
3. MOULAGE KEPALA -JANIN

• Pencatatan dibuat di bawah catatan keadaan air ketuban

• tulang kepala teraba terpisah satu sama lain dan


0 sutura mudah teraba

• tulang-tulang kepala saling menyentuh satu sama lain


+

• tulang-tulang kepala saling tumpang tindih


++

• tulang-tulang kepala saling tumpang tindih berat


+++
REKAMAN DAN CATATAN MENGENAI
KEADAAN IBU
2. Urin:
1. Nadi,
volume,
tensi, dan
protein,
suhu
aseton

3. Obat-
4.
obatan dan
Pemberian
cairan
oksitosin
intravena
PENCATAAN LEMBAR BELAKANG
1. Data dasar
• Mulai dari tanggal persalinan berlangsung hingga pendamping
pada saat merujuk.
2. Kala I
• Berisi pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati
garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi,
penatalaksanaan, dan hasil dari penatalaksanaan tersebut

3. Kala II
• terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,
distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya
4. Kala III
• lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak
lahir dalam waktu lebih dari 30 menit, laserasi, atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan, dan
hasilnya
5. Bayi baru lahir
• berisi informasi mengenai berat dan panjang lahir, jenis kelamin,
penilaian kondisi bayi, pemberian ASI, masalah penyerta,
penatalaksanaan terpilih, dan hasilnya
5. Kala IV
• Pemantauan tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kandung kemih (kosong/isi), dan perdarahan
pascapersalinan. dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama
setelah melahirkan dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya
PARTOGRAF
HALAMAN
BELAKANG
(INDONESIA)
Pencatatan kemajuan
persalinan abnormal

1. Fase laten lama

2. Pindah ke sebelah kanan garis


waspada

3. Pembukaan mencapai garis


bertindak atau di luar garis bertindak
ASUHAN PERSALINAN
NORMAL
• Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan

• Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan


Persalinan
melalu jalan lahir
spontan

• Persalinan dibantu dengan tenaga dari luar missal ekstrasi


Persalinan dengan forceps atau dilakukan tindakan operasi section caesarea
buatan
INERSIA ATONIA
3P

POWER PASSAGE PASSANGER


• His (kontraksi • Keadaan jalan • Keadaan janin
ritmis otot polos lahir • Letak,
uterus),
• Presentasi,
• Kekuatan
mengejan ibu, • Ukuran/berat
janin,
• Keadaan
kardiovaskular • Ada/tidak
kelainan
• Respirasi anatomik mayor
metabolik ibu.
TENAGA YANG MENDORONG JANIN
HIS
His adalah:
a. kontraksi otot-otot rahim pada persalinan
b. gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah
fundus uteri , awal gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di
dinding uterus daerah tersebut.
Terjadinya his, akibat :
1. kerja hormon oksitosin
2. regangan dinding uterus oleh isi konsepsi
3. rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa
konsepsi.
 His yang baik dan ideal meliputi :
 kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
 kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
 terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
 terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
 serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung
serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian
terbuka secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri
eksternum dan internum pun akan terbuka.
Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan adalah:
 lamanya kontraksi: 45 detik- 75 detik
 kekuatan kontraksi : menimbulkan naiknya tekanan intrauterin sampai 35 mmHg.
Kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari dapat
menekan dinding rahim ke dalam
 interval antara 2 kontraksi: Pada permulaan persalinan, his timbul sekali dalam 10
menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit
 Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :
 iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di
pleksus hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi
nyeri.
 peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan
peritoneum, menjadi rangsang nyeri.
 keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/
anxietas, atau eksitasi).
 prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress

 Pengukuran kontraksi uterus


1. amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama
peningkatan agak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
2. frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit).
3. satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap
frekuensi).
TRUE LABOR FALSE LABOR

 His terjadi dengan interval teratur  His terjadi dengan interval tidak
 Interval semakin singkat teratur
 Intensitas his semakin kuat  Interval his semakin lama
 Rasa sakit pada punggung dan  Intensitas his semakin lemah
abdomen  Rasa sakit terutama di perut bagian
 Disertai dengan dilatasi servik bawah
 Rasa sakit tidak hilang dengan  Tidak disertai dengan dilatasi servik
pemberian sedasi  Rasa sakit hilang dengan pemberian
sedasi
SIFAT HIS PADA BERBAGAI FASE
PERSALINAN
• Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik.

Kala 1
Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus
meningkat. (fase laten)
• Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60
mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks
terbuka sampai lengkap (+10cm). (fase aktif)

• Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit.

Kala 2
• Refleks mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian
terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang
menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu,
dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma,
berusaha untuk mengeluarkan bayi.

Kala 3
• Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas
uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus
ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan
tindakan aktif (manual plasenta).
Tenaga mengejan
Dimulai setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga mengejan sama
dengan tenaga pada saat buang air besar namun jauh lebih kuat
Adanya penutupan glottis + kontraksi otot perut dan menimbulkan penekanan
diafragma
PERUBAHAN UTERUS DAN JALAN LAHIR
Uterus menjadi ada dua bagian yaitu segmen atas rahim dan segmen bawah
rahim
SAR : aktif (kontraksi), semakin tebal
SBR : pasif (relaksasi), semakin tipis
Terdapat suatu batasan yang jelas disebut lingkaran retraksi fisiologis
Serviks menjadi pendek dan membuka
Faktor yang menyebabkan pembukaan servik :
Otot servik tertarik
Peregangan oleh air dan selaput ketuban
Jika ketuban telah pecah maka perannya diganti oleh bagian terendah janin.
PEMBUKAAN DAN PENDATARAN
SERVIKS
TANDA-TANDA PERSALINAN

Nyeri abdomen yang bersifat intermiten setelah usia kehamilan 22


minggu
Nyeri yang disertai lendir dan darah
Pengeluaran air-air dari vagina
Perlunakan serviks
Pembukaan serviks
PERSALINAN KALA I
DIMULAI pada waktu serviks membuka karena his
BERAKHIR pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada
periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi).
 Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I
Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung
sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm),
berlangsung sekitar 6 jam pada primigravida
– Fase aktif terbagi atas :
1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4
cm.
2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai
lengkap (+ 10 cm).
PIMPINAN KALA I
Kegiatan dalam kala I:
1. Memeriksa pasien dengan teliti
2. Melakukan observasi yang cermat apakah segala berlangsung dengan
baik
3. Mempertahankan kekuatan pasien dan moril pasien
4. Pemeriksaan luar
5. Pemeriksaan dalam
6. Kandung kemih dan rektum dikosongkan
PEMERIKSAAN DALAM

Tujuan
 Untuk menentukan apakah pasien sudah sungguh-sungguh in partu atau belum
 Untuk menentukan keadaan yang menjadi pangkal tolak dari rencana pimpinan persalinan
 Untuk lebih tepat menentukan ramalan persalinan
HAL-HAL YANG HARUS DIPERIKSA PADA PEMERIKSA AN
DAL AM
 Jari pemeriksa dimasukkan sampai meraba cervix. Penilaian cervix:
 Kaku (kerasnya seperti sayap hidung) atau lunak
 Sudah mendatar atau belum (masih panjang atau pendek)
 Bibir cervix masih tebal atau tipis
 Pembukaan
 Keadaan ketuban
Ketuban ada atau tidak
Ada: terdapat gelembung yang menonjol waktu his
Selaput sudah robek atau belum: kertas lakmus
 Tentukan presentasi dan posisi anak
Menentukan apa yang menjadi bagian depan:
Kepala: bagian keras bundar dan bersela
Bokong : lunak
 Turunnya kepala
 Periksa apakah ada bagian-bagian anak yang menumbung seperti tangan, lengan,
kaki atau tali pusat
 Periksa keadaan panggul
PERIKSA KEADAAN PANGGUL
o Apakah promontorium teraba
o Apakah linea innominata teraba seluruhnya atau sebagian dan berapa
bagian
Seluruhnya teraba: panggul sempit seluruhnya
Sebagian dari linea innominata teraba tetapi promontorium teraba:
panggul picak
o Apakah sacrum concaaf
o Keadaan dinding samping panggul lurus atau convergent
o Spina ischiadica menonjol atau tidak
o Keadaan os pubis dan arcus pubis
o Keadaan dasar panggul: kaku atau tebal
o Kalau kepala belum masuk dan promontorium teraba, tentukan conjugata
diagonalis
OBSERVASI
HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN
 Ibu dianjurkan berbaring miring ke sisi dimana punggung janin berada.
Tujuan:
 untuk mempermudah turunnya kepala dan putaran paksi dalam
 untuk mencegah tertekannya aorta abdominalis oleh massa uterus
yang dapat mengganggu vaskularisasi ke uterus dan janin
 Ibu dilarang mengedan/mengeran
 Mengisi partograf
 Mempersiapkan alat-alat bantu persalinan
PERSALINAN KALA 2
 DIMULAI pada saat pembukaan serviks telah lengkap.
 BERAKHIR pada saat bayi telah lahir lengkap.
His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat.
Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.

Peristiwa penting pada persalinan kala 2


• Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
• Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
• Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
• Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis
pubis sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan
anggota badan.
• Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk
memperbesar jalan lahir (episiotomi).
GERAK AN UTAMA PENGELUARAN JANIN PADA PERSALINAN DENGAN LETAK
BEL AK ANG KEPAL A
1.Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin
dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau
miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul
(asinklitismus anterior / posterior).
2.Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan
langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2)
tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan
diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan
menegang.
3.Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi
kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala)
menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya
kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis
pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan
diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi
setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir
berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali
sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul
dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian
dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan
dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen)
dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
M E N GEN ALI TA N DA D A N
GEJALA KALA II
1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.

 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

 Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada


rektum dan/ atau vagina

 Perineum menonjol dan menipis

 Vulva – vagina dan sfingter ani membuka


MENYIAPKAN PERTOLONGAN
PERSALINAN
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.

3. Memakai celemek plastik.

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air

mengalir.

5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam.

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan

letakan kembali
MEMASTIKAN PEMBUKAAN
LENGKAP DAN KEADAAN
JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang
telah dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke
perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai –
pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA
UNTUK MEMBANTU PROSES
BIMBINGAN MENERAN
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada
his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
MEMPERSIAPKAN
PERTOLONGAN KELAHIRAN
B AY I
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.


M E M B A N T U L A H I R N YA
KEPAL A
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk
bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain kering dan
bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu kita melakukan perasat
stenan (perasat untuk melindungi perineum dengan satu tangan, dibawah kain bersih
dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain
dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar
posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan
perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril kemudian
memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
M E M B A N T U L A H I R N YA B A H U
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan
kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
M E M B A N T U L A H I R N YA
BADAN DAN TUNGKAI
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri
diantara kedua lutut janin)
P E N A N G A N A N B AY I B A R U
LAHIR
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
MANAJEMEN AKTIF KALA III
28. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
29. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm
distal dari klem pertama.
30. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila
perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok
fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam
kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
MELAKUKAN ASUHAN PASCA
PERSALINAN
(KALA IV)
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha
kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin
minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan
dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.
INDUKSI
PERSALINAN
“LABOR INDUCTION”

• Induksi : perangsangan kontraksi sebelum onset persalinan, dengan atau tanpa ruptur membran.
• Augmentasi : perangsangan kontraksi spontan yang dianggap tidak adekuat karena serviks gagal
dilatasi dan kepala bayi tidak turun.
INDIKASI

• Keadaan darurat seperti : ruptur membran dengan koriomanionitis atau preklamsia berat.
• Adapun indikasi yang sering ditemukan yaitu :
– Ruptur membran tanpa persalinan
– Hipertensi gestasional
– Nonreassuring fetal status
– Posterm pregnancy
– Hipertensi kronis dan diabetes
KONTRAINDIKASI

FA K TO R J A N I N FA K TO R I BU
• Macrosomia • tipe insisi pada operasi uterus sebelumnya
• Multifetal gestation (bila ada)

• Hidrosefalus parah • Kelainan pada anatomi panggul

• Malpresentasi • Abnormal placentation

• Nonreassuring fetal status • Terdapat herpes genital yang aktif atau


kanker serviks
RESIKO

• Komplikasi ibu yang meningkat yang berhubungan dengan induksi persalinan :


– Operasi sesar
– Korioamnionitis
– Atoni uterus
OPERASI SESAR

• Resiko ini meningkat pada nulipara sebanyak 2-3 x dibandingkan pada multipara.
• Resiko operasi sesar dapat diperkirakan dari penilaian “Bishop score” untuk melihat
kematangan dari serviks.
• Walaupun begitu induksi untuk pematangan serviks tidak menjamin penurunan resiko dari
persalinan sesar.
KORIOMANIONITIS

• Perempuan dengan persalinan yang diinduksi memiliki resiko terkenanya korioamnionitis


dibandingkan dengan persalinan spontan.
ATONIA UTERUS

• Postpartum atony dan perdarahan postpartum adalah komplikasi yang sering terjadi pada
persalinan dengan induksi dan augmentasi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESUKSESAN
INDUKSI PERSALINAN

• Multiparitas
• BMI <30
• Serviks dengan pematangan yang baik
• Tafsiran berat janin <3500 gram
PEMATANGAN SERVIKS SEBELUM INDUKSI

• Cervical “Favorability”
– Suatu metode kuantitatif untuk memprediksikan hasil dari induksi persalinan adalah dengan “Bishop
Score”
– Apabila bishop score <4  menandakan adanya serviks yang “unfavorable”  dapat dijadikan
indikasi untuk pematangan serviks.
BISHOP SCORE

• Suatu klasifikasi objektif untuk memilih pasien yang memenuhi syarat untuk persalinan
pervaginam pada janin presentasi belakang kepala.
• Bila skor 6 atau lebih : keberhasilan induksi persalinan tinggi.
• Skor kurang dari 6 : keberhasilnya rendah
Hal ini digunakan untuk mempertimbangkan jenis persalinan nantinya, apakah pervaginam atau
perabdominal.
PHARMACOLOGICAL TECHNIQUES

• Salah satu metode untuk pematangan serviks adalah dengan pemberian obat-obatan dan cara
dilatasi serviks secara mekanik.
• Obat- obatan yang dipergunakan : Prostaglandin E2, Prostaglandin E1
• Obat yang paling sering digunakan : Misoprostol- Cytotec (100 – 200 ug) dapat digunakan secara
oral atau vaginal untuk pematangan serviks.
• Pemberian oral maupun vaginal memiliki efektivitas yang sama : 100 ug oral sama efektifnya
dengan 25 ug intravaginal.
• Penggunaan misoprostol dapat menurunkan kebutuhan untuk pemberian induksioksitosin dan
memendekan waktu induksi – persalinan.
• Apabila digunakan untuk augmentasi persalinan, 75 ug misoprostol yang diberikan secara oral
terbukti aman dan efektif.

PROSTAGLANDIN E1
• Transcervical catheter
• Foley catheter diletakan di dalam internal cervical os.
• Bagian luar Cateter direkatkan ke paha untuk memberikan tekanan kebawah pada internal
cervical os  pematangan serviks.
• Extra-amniotic saline infusion (EASI)
– Balon Kateter dikembangkan dengan larutan saline dan diletakan diantara int.cervical os dengan
membran placenta.
– Cara ini terbukti meningkatkan bishop score dan mempercepat waktu induksi – persalinan lebih cepat
dibandingkan dengan 50 ug intravaginal misoprostol tablets.

MECHANICAL TECHNIQUES
• Higroscopic cervical dilators

MECHANICAL TECHNIQUES
• Proses stripping cenderung aman dan menurunkan insidensi posterm gestation.
• Berdasarkan penilitian, terdapat peningkatan prostaglandin dengan stripping.

MEMBRANE STRIPPING FOR LABOR INDUCTION


• Membran dilepaskan (stripped) dengan cara memasukan jari pemeriksa melalui internal os.
Dan menggerakanya secara sirkular untuk melepaskan inferior pole membran dari segmen
bawah uterus.
• Resiko :
– Pasien tidak nyaman
– Infeksi
– Perdarahan dari plasenta previa
yang tidak terdiagnosa.
– Rupture of membrane
yang tidak disengaja.
INDUKSI D A N
A UGMENTASI DENGAN
OKS ITOS IN
• Tujuan : untuk dapat mempengaruhi aktivitas uterus sehingga terjadi perubahan serviks dan
penurunan janin, dan menghindari gangguan dari status janin.
• Apabila kontraksi menetap dengan frekuensi lebih dari 5kali dalam 10 menit atau 7 kali dalam
15 menit atau dengan persistent reassuring fetal heart rate  hentikan Oxytocin.
• Ketika oxy dihentikan  konsentrasinya di dalam plasma menurun cepat.
• Waktu paruh : 5 menit, konsentrasi oksitosin yang tinggi pada plasma dicapai dalam waktu 40
menit.

OKSITOSIN INTRAVENA
• 1 ml ampul, dengan 10 unit biasanya di dilusikan kedalam 1000ml larutan kristaloid dan
diberikan melalui IV.

DOSIS OXYTOCIN
AMNIOTOMI
• Indikasi tersering dari amniotomi :
– monitoring secara langsung denyut jantung janin atau kontraksi uterus, atau keduanya.
– Induksi persalinan
– Augmentasi persalinan
• Kontraindikasi :
– Vasa previa
– Adanya kontraindikasi persalinan pervaginam
– Bagian terbawah janin belum engaged
• Saat melakukan amniotomi, untuk menurunkan resiko turunya tali pusar, harus dilakukan dengan hati-
hati.
• Tekanan di fundus dan di suprapubis dapat menurunkan resiko turunya tali pusar.
• Beberapa dokter lebih menyukai untuk merobek membran saat kontraksi.
• Apabila vertex tidak terletak dengan baik pada segmen uterus  pengeluaran cairan amnion dilakukan
bertahap, biasanya dapat dilakukan dengan beberapa tusukan dengan jarum 26 gauge, dipegang dengan
ring forceps dan dilihat secara langsung menggunakan spekulum vagina.
• Saat amniotomi dilakukan, carian amnion berkurang dengan cepat  denyut jantung janin harus di
periksa sebelum dan sesudah amniotomi.

AMNIOTOMI
Amniotomi bertujuan untuk
mempercepat proses persalinan.
Amniotomi biasanya dilakukan
Amniotomi elective :
saat bukaan 5 cm dan dapat
mempercepat persalinan 1
sampai 2 jam.

Amniotomy induction
Amniotomy
Amniotomy augmentation
PROSEDUR

Persiapan alat :
• Examnination gloves
• Vaginal speculum dan spinal needle
• Amniotic membrane perforator : klem kocher/kelly
• Persiapan pasien :
• Pasien dengan posisi supinasi diatas meja persalinan
• Lutut dan panggul dalam posisi flexi / litotomi
• Tangan(dominan) pemeriksa melakukan pemeriksaan serviks, memeriksa bukaan, effacement,
posisi, dan station.
• Bagian terendah janin harus sudah enganged sebelum dilakukan amniotomi .
• Operator menggunakan gloves.
• Pegang amniotic perforator dengan tangan kiri
• Masukan 2 jari tangan kanan ke dalam vagina sampai menyentuh selaput ketuban
• Ketika memasukan hook, lindungi ujung hook dengan jari agar tidak melukai daerah sekitarnya
• Apabila hook sudah mencapai membran amnion,ujung dari hook didorong ke arah amniotic sac
dengan telunjuk atau jari tengah tangan kanan untuk menembus membran.
• Hook kemudian ditarik dari membran dengan tangan kiri untuk membuat lubang di amniotic sac.
• Ketika membran telah ruptur, lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan tali pusat tidak
prolaps.
RUPTUR
PERINEUM
DEFINISI

• Robeknya mukosa vagina dan/atau kulit badan perineum yang disebabkan oleh proses
persalinan normal, episiotomi, persalinan buatan, atau trauma lainnya
FAKTOR RESIKO

• Persalinan dengan ekstrksi forsep (7%)


• Nullipara (4%)
• Kala II lebih dari 1 jam (4%)
• Distosia ahu (4%)
• Episiotomi mediana (3%)
• Posisi oksipito posterior menetap (3%)
• Berat bayi >4000gr (2%)
• Induksi persalinan (2%)
• Analgesia epidural (2%)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RUPTUR
• Paritas
Adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun
mati bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu. Robekan
perineum hampir terjadi pada semua persalinan pertama (primipara) dan tidak jarang pada
persalinan berikutnya (multipara)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RUPTUR
• Berat lahir bayi
Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko
terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi
dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi
lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RUPTUR
• Cara mengejan
Kelahiran kepala harus dilakukan cara-cara yang telah direncanakan untuk memungkinkan lahirnya
kepala dengan pelan-pelan. Lahirnya kepala dengan pelan-pelan dan sedikit demi sedikit
mengurangi terjadinya laserasi. Penolong harus mencegah terjadinya pengeluaran kepala yang tiba-
tiba oleh karena ini akan mengakibatkan laserasi yang hebat dan tidak teratur, bahkan dapat
meluas sampai 14 sphincter ani dan rektum
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RUPTUR
• Elastisitas perineum
Perineum yang kaku dan tidak elastis akan menghambat persalinan kala II dan dapat meningkatkan
resiko terhadap janin. Juga menyebabkan robekan perineum yang luas sampai tingkat 3. Hal ini
sering ditemui pada primigravida berumur diatas 35 tahun
DIAGNOSIS - ANAMNESIS

• Tidak dapat menahan flatus, feses cair, atau lembek yang dirasakan setelah persalinan
• Feses keluar dari vagina saat BAB
• Riwayat persalinan dengan episiotomi
• Riwayat persalinan dengan bantuan alat
• Persalinan dengan dugaan trauma traktus genital
• Pernah mengalami robekan perineum sebelumnya
KLASIFIKASI

• Derajat 1 : mengenai fourchette, kulit perineum, dan membran mukosa vagina, tetapi tidak mengenai
fasia dan otot.
• Derajat 2 : mengenai kulit dan membran mukosa, fasia dan otot-otot perineum, tetapi tidak
mengenai sphincter ani.
• Derajat 3
– Derajat 3a: 50% spinchter ani externa
– Derajat 3b: >50% spinchter ani externa
– Derajat 3c: spincter ani externa & interna
• Derajat 4 : derajat 3 yang meluas sampai ke mukosa rektum sehingga lumen rektum. Menurut
Chapman (2006), robekan mengenai kulit, otot dan melebar sampai sphincter ani dan mukosa
rektum
KLASIFIKASI
EPISIOTOMI

• insisi bedah yang dibuat di perineum untuk memudahkan proses kelahiran


• Insisi tersebut dilakukan pada garis tengah (episiotomi medialis) atau ke jurusan lateral
(episiotomi mediolateralis)
• Indikasi dilakukan episiotomi adalah sebagai persiapan persalinan operatif dimana hal ini
biasanya dilakukan untuk mempermudah kelahiran dengan komplikasi distosia bahu.
• Tujuan episiotomi adalah untuk mengurangi komplikasi trauma dasar panggul saat kelahiran,
yang mencakup perdarahan, infeksi, prolaps genital, dan inkontinensia akibat OASI.
JENIS EPISIOTOMI

• Episiotomi medialis
• Tipe ini akan dilakukan insisi garis tengah vertikal dari fourchette posterior sampai ke rektum.
• Episiotomi Mediolateral
• Tipe episiotomi ini adalah pengirisan pada posisi 45 derajat terhadap fourchette posterior pada
satu sisi.
• Episiotomi lateralis
• Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum
jam.
TATALAKSANA

• Perbaikan perineum secara langsung dilakukan setelah persalinan atau maksimal 24 jam
pascasalin bila tidak ada infeksi atau inflamasi dengan golden period 6-8 jam
• Bila lebih dari 24 jam pascasalin maka perbaikan perneum dilakukan 3 bulan pascasalin
• Teknik pembedahan:
– Sfingterorafi
– Perineorafi
– Sfingteroplasti
– perineoplasti
P E N J A H I TA N
E P I S I OTO M I
MEDIAL
P E N J A H I TA N
E P I S I OTO M I
MEDIAL
PENJAHITAN STADIUM I DAN II
TEKNIK KONVENSIONAL
PENJAHITAN STADIUM III DAN IV

• aproksimasi ujung ke ujung (end toend approximation) baik dengan jahitan interuptus
(interrupted) atau jahitan angka delapan (figure of eight) Dengan inkontinensia alvi
• teknik “overlap” pada saat menjahit sfingter.
TEKNIK “END-TO-END”
TEKNIK “OVERLAP”
• Penjahitan robekan perineum derajat empat
menggunakan teknik overlap pada sfingter ani
eksterna. Epitel anus (A) dan sfingter ani
interna (E) juga telah dijahit
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai