APN Anna Ida
APN Anna Ida
P R E S E P T O R : D R . J AT U S U L I S T Y O W AT I , S P O G
P R E S E N TA N :
I DA A S T U T I
R . AY U W U L A N D A R I S E K A R I N I ( A N N A )
K E L U H A N U TA M A
ANAMNESIS KHUSUS
Pasien G1P0A0 merasa hamil 9 bulan datang ke IGD RSUD Al-Ihsan
dengan keluhan mules-mules semakin kuat dan sering sejak 1 hari SMRS.
Keluhan disertai keluar lendir yang bercampur sedikit darah dari jalan lahir.
Namun keluar air – air dari jalan lahir disangkal oleh pasien. Gerakan janin
masih dirasakan oleh ibu.
RIWAYAT PENYAKIT, PENGOBATAN, DAN
OPERASI
Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi sebelum maupun selama
hamil ini. Pasien menyangkal adanya sakit kepala hebat, pandangan kabur, dan nyeri ulu hati
selama hamil.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kelainan darah maupun riwayat perdarahan yang sulit
berhenti.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hepatitis sebelumnya.
Pasien hanya mengonsumsi obat yang diberikan oleh bidan, tidak mengonsumsi obat-obatan lain
dan jamu-jamuan selama hamil. (obat di riwayat ANC)
Pasien tidak pernah menjalani tindakan operasi apapun sebelumnya.
RIWAYAT PERNIKAHAN & HAID
PERNIKAHAN MENSTRUASI
• Riwayat Menstruasi
Riwayat Pernikahan
• Menarche : 14 Tahun
Usia awal menikah • Siklus Menstruasi : Siklus teratur
• Lamanya : 5-7 hari
Ibu : 21 Tahun • Banyaknya : 2-3 pembalut/hari
• Dismenorea : Tidak ada
Bapak : 27 Tahun
• Riwayat Kehamilan Sekarang
Pernikahan Ke : Pertama • HPHT : 13 Maret 2019
• TP : 20 Desember 2019
Lama menikah : 2 Tahun
Kehamilan Tempat Penolong Umur Cara BB JK Usia Hidup
ke Kehamilan Persalinan Lahir /Mati
1. Hamil ini
R I WAYAT O B S T ET R I
RIWAYAT KONTRASEPSI: TIDAK ADA
Riwayat PNC:
• Tempat : bidan
• Jumlah kunjungan ANC : 11 kali
• Riwayat Imunisasi TT : tidak pernah
• Obat-obatan selama kehamilan : Asam folat, zat besi
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
BB Sebelum Hamil : 47 kg
Keadaan umum : Baik
BB Saat Ini : 60 kg
Kesadaran : Kompos mentis
Kenaikan BB : 13 kg
TD : 110/86 mmHg TB : 155 cm
R : 20 kali/menit BMI : 20,81
N : 108 kali/menit
S : 36,7oC
Kepala
• Konjungtiva : anemis (-/-)
• Sklera : ikterik (-/-)
Leher
PEMERIKSAAN • KGB : tidak teraba
OBSTETRI • Leopold 2 : Pada sisi kanan ibu teraba bagian keras, rintangan paling
tinggi, continous (Kesan PUKA)
• Leopold 3 : Teraba bagian keras, bundar, melenting (Kesan Kepala)
• Leopold 4 : divergen (Kesan sebagian kecil bagian terbawah janin
masuk pap)
• Per 5 an : 2/5
• DJJ : 130 x/menit
PEMERIKSAAN OBSTETRI
Pemeriksaan Dalam
- Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan
- Portio : Tebal, Lunak
- Pembukaan : 4 cm
- Ketuban : (+) utuh
- Bagian Terendah : Kepala, uuk; kanan belakang
- Station : 0
USULAN PEMERIKSAAN
• Hematologi rutin (Hb, eritrosit, trombosit, leukosit) , golongan darah, rhesus
HASIL PEMERIKSAAN
Darah Rutin
• Hematokrit : 31,2 %
• Lekosit : 17.730 /mm3
• Trombosit : 360.000/mm3
17/12/2019 G1P0A0 merasa hamil 9 KU baik, CM G1P0A0 parturient Lapor dr Taufiq, sp.OG:
(03:25) bulan mengeluhkan 110/86 mmHg aterm kala I fase aktif + Observasi VK
mules-mules yang sering N = 108x/mnt inersia uteri hipotonik Observasi , DJJ
dan semakin kuat sejak R = 20x/mnt + infertil primer +
kemari. Keluhan tidak S = 36,6 anemia
disertai keluar lendir TFU :33
yang disertai sedikit LP : 97 cm
darah dari jalan lahir His : +
dan keluar air – air (-), LII : Puka
Gerak janin dirasakan DJJ : 130 x/m
aktif oleh ibu
PD
V/V tak
Portio : tebal – lunak
Pembukaan : 4 cm
Ketuban : +
Bagian Terendah: Kepala,
uuk; kanan belakang
Penurunan kepala HII,
FOLLOW UP VK
Tanggal S O A P
17/12/2019 G1P0A0 merasa hamil 9 KU baik, CM G1P0A0 parturient Lapor ulang dr.
Pukul 07.30 bulan mengeluhkan mules- TD: 110/80 mmHg aterm kala I fase Taufiq,sp.OG:
mules yang sering dan N = 96x/mnt aktif + inersia uteri • Drip oxytocin 5 iu
semakin kuat. Keluhan R = 20x/mnt hipotonik + infertil dalam RL 500cc
tidak disertai keluar lendir S = 36,6 primer + anemia • Ambacim 1gr
yang disertai sedikit darah TFU : 33 cm
dari jalan lahir dan keluar LP : 97 cm
air – air (-), Gerak janin His : Frekuensi : 3-4
dirasakan aktif oleh ibu kali/10 menit, 30 ”, kuat
DJJ : 132 x/m
PD
V/V tak
Portio : tebal – lunak
Pembukaan : 6cm
Ketuban : +
Bagian Terendah: Kepala,
uuk; kanan belakang
Penurunan kepala HII,
FOLLOW UP VK
Tanggal S O A
3 KOMPONEN
A. KEMAJUAN PERSALINAN
1. PEMBUKAAN SERVIKS
2. PENURUNAN KEPALA
3. H I S
a. FREKUENSI (BERAPA KALI DALAM
10 MENIT
b. LAMANYA ( DALAM DETIK )
B. KONDISI JANIN
1. DENYUT JANTUNG JANIN ( DJJ )
2. SELAPUT KETUBAN & AIR KETUBAN
3. MOLASE ( PENYUSUTAN KEPALA )
C. KONDISI IBU
1. NADI, TEKANAN DARAH, SUHU
2. URINE : VOLUME, PROTEIN, ASETON
3. OBAT-OBATAN DAN CAIRAN INFUS
4. PEMBERIAN OKSITOSIN
Partograf WHO yang sudah
dimodifikasi
SYARAT PENGISIAN PARTOGRAF
Partograf mulai diisi bila
saat masuk
partus akan dilakukan
rumah sakit
prematurus (Usia seksio sesar
dengan
kehamilan kurang elektif maupun
pembukaan >
dari 34 minggu) darurat
9cm
Pencatatan
lembar
Pencatatan belakang
lembar
depan
Monitoring
pada partograf
dengan ketentuan penatalaksanaan
sebagai berikut:
fase aktif :
fase laten :
1. Sebelah kiri garis waspada: akselerasi dan terapi
tidak dilakukan suportif dilakukan bila ada indikasi, sedangkan
akselerasi, terapi amniotomi boleh dilakukan atau tidak.
suportif (pemberian
2. Sebelah kanan garis waspada: akselerasi dan terapi
semangat), hidrasi
suportif dilakukan atas indikasi, sedangkan amniotomi
adekuat yang terdiri
harus dilakukan
dari glukosa dan
elektrolit, pengosongan 3. Sebelah kanan garis bertindak: akselerasi dilakukan
kandung. bila ada indikasi, terapi suportif dan amniotomi harus
dilakukan.
PENCATATAN LEMBAR DEPAN
• Pengamatan his dilakukan setiap 1 jam dalam fase laten dan setiap ½ jam dalam fase aktif
• dengan mengamati frekuensi (jumlah his/10 menit) dan lamanya (detik) dari permulaan his
terasa pada palpasi perut sampai hilang
• His dicatat pada partograf di bawah garis waktu sesuai dengan penulisan waktu pada partograf,
yaitu pada 5 kotak kosong melintang sepanjang partograf yang sisi kirinya tertulis 'his/10 menit'.
• Satu kotak menggambarkan satu his, dan bila ada 2 his dalam 10 menit, maka ada 2 kotak yang
diarsir.
REKAMAN DAN CATATAN MENGENAI
KEADAAN JANIN
1. Frekuensi bunyi
jantung janin
3. Moulage kepala
-janin
1. FREKUENSI BUNYI JANTUNG JANIN
• Waktu terbaik untuk mendengarkan bunyi jantung janin adalah segera setelah fase terkuat his
lewat, dan didengarkan selama 1 menit.
• Bunyi jantung janin dicatat pada bagian atas partograf setiap setengah jam dan satu kotak
menggambarkan setengah jam
BUNYI JANTUNG JANIN DIKATAKAN
ABNORMAL BILA:
Bunyi >160 kali/menit (takikardi) dan <120 kali/menit
(bradikardi)
• Keadaan ini dapat merupakan indikasi adanya gawat
janin
3. Obat-
4.
obatan dan
Pemberian
cairan
oksitosin
intravena
PENCATAAN LEMBAR BELAKANG
1. Data dasar
• Mulai dari tanggal persalinan berlangsung hingga pendamping
pada saat merujuk.
2. Kala I
• Berisi pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati
garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi,
penatalaksanaan, dan hasil dari penatalaksanaan tersebut
3. Kala II
• terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,
distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya
4. Kala III
• lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak
lahir dalam waktu lebih dari 30 menit, laserasi, atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan, dan
hasilnya
5. Bayi baru lahir
• berisi informasi mengenai berat dan panjang lahir, jenis kelamin,
penilaian kondisi bayi, pemberian ASI, masalah penyerta,
penatalaksanaan terpilih, dan hasilnya
5. Kala IV
• Pemantauan tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kandung kemih (kosong/isi), dan perdarahan
pascapersalinan. dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama
setelah melahirkan dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya
PARTOGRAF
HALAMAN
BELAKANG
(INDONESIA)
Pencatatan kemajuan
persalinan abnormal
His terjadi dengan interval teratur His terjadi dengan interval tidak
Interval semakin singkat teratur
Intensitas his semakin kuat Interval his semakin lama
Rasa sakit pada punggung dan Intensitas his semakin lemah
abdomen Rasa sakit terutama di perut bagian
Disertai dengan dilatasi servik bawah
Rasa sakit tidak hilang dengan Tidak disertai dengan dilatasi servik
pemberian sedasi Rasa sakit hilang dengan pemberian
sedasi
SIFAT HIS PADA BERBAGAI FASE
PERSALINAN
• Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik.
Kala 1
Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus
meningkat. (fase laten)
• Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60
mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks
terbuka sampai lengkap (+10cm). (fase aktif)
Kala 2
• Refleks mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian
terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang
menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu,
dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma,
berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Kala 3
• Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas
uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus
ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan
tindakan aktif (manual plasenta).
Tenaga mengejan
Dimulai setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga mengejan sama
dengan tenaga pada saat buang air besar namun jauh lebih kuat
Adanya penutupan glottis + kontraksi otot perut dan menimbulkan penekanan
diafragma
PERUBAHAN UTERUS DAN JALAN LAHIR
Uterus menjadi ada dua bagian yaitu segmen atas rahim dan segmen bawah
rahim
SAR : aktif (kontraksi), semakin tebal
SBR : pasif (relaksasi), semakin tipis
Terdapat suatu batasan yang jelas disebut lingkaran retraksi fisiologis
Serviks menjadi pendek dan membuka
Faktor yang menyebabkan pembukaan servik :
Otot servik tertarik
Peregangan oleh air dan selaput ketuban
Jika ketuban telah pecah maka perannya diganti oleh bagian terendah janin.
PEMBUKAAN DAN PENDATARAN
SERVIKS
TANDA-TANDA PERSALINAN
Tujuan
Untuk menentukan apakah pasien sudah sungguh-sungguh in partu atau belum
Untuk menentukan keadaan yang menjadi pangkal tolak dari rencana pimpinan persalinan
Untuk lebih tepat menentukan ramalan persalinan
HAL-HAL YANG HARUS DIPERIKSA PADA PEMERIKSA AN
DAL AM
Jari pemeriksa dimasukkan sampai meraba cervix. Penilaian cervix:
Kaku (kerasnya seperti sayap hidung) atau lunak
Sudah mendatar atau belum (masih panjang atau pendek)
Bibir cervix masih tebal atau tipis
Pembukaan
Keadaan ketuban
Ketuban ada atau tidak
Ada: terdapat gelembung yang menonjol waktu his
Selaput sudah robek atau belum: kertas lakmus
Tentukan presentasi dan posisi anak
Menentukan apa yang menjadi bagian depan:
Kepala: bagian keras bundar dan bersela
Bokong : lunak
Turunnya kepala
Periksa apakah ada bagian-bagian anak yang menumbung seperti tangan, lengan,
kaki atau tali pusat
Periksa keadaan panggul
PERIKSA KEADAAN PANGGUL
o Apakah promontorium teraba
o Apakah linea innominata teraba seluruhnya atau sebagian dan berapa
bagian
Seluruhnya teraba: panggul sempit seluruhnya
Sebagian dari linea innominata teraba tetapi promontorium teraba:
panggul picak
o Apakah sacrum concaaf
o Keadaan dinding samping panggul lurus atau convergent
o Spina ischiadica menonjol atau tidak
o Keadaan os pubis dan arcus pubis
o Keadaan dasar panggul: kaku atau tebal
o Kalau kepala belum masuk dan promontorium teraba, tentukan conjugata
diagonalis
OBSERVASI
HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN
Ibu dianjurkan berbaring miring ke sisi dimana punggung janin berada.
Tujuan:
untuk mempermudah turunnya kepala dan putaran paksi dalam
untuk mencegah tertekannya aorta abdominalis oleh massa uterus
yang dapat mengganggu vaskularisasi ke uterus dan janin
Ibu dilarang mengedan/mengeran
Mengisi partograf
Mempersiapkan alat-alat bantu persalinan
PERSALINAN KALA 2
DIMULAI pada saat pembukaan serviks telah lengkap.
BERAKHIR pada saat bayi telah lahir lengkap.
His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat.
Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.
oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air
mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan
letakan kembali
MEMASTIKAN PEMBUKAAN
LENGKAP DAN KEADAAN
JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang
telah dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke
perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai –
pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA
UNTUK MEMBANTU PROSES
BIMBINGAN MENERAN
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada
his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
MEMPERSIAPKAN
PERTOLONGAN KELAHIRAN
B AY I
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
• Induksi : perangsangan kontraksi sebelum onset persalinan, dengan atau tanpa ruptur membran.
• Augmentasi : perangsangan kontraksi spontan yang dianggap tidak adekuat karena serviks gagal
dilatasi dan kepala bayi tidak turun.
INDIKASI
• Keadaan darurat seperti : ruptur membran dengan koriomanionitis atau preklamsia berat.
• Adapun indikasi yang sering ditemukan yaitu :
– Ruptur membran tanpa persalinan
– Hipertensi gestasional
– Nonreassuring fetal status
– Posterm pregnancy
– Hipertensi kronis dan diabetes
KONTRAINDIKASI
FA K TO R J A N I N FA K TO R I BU
• Macrosomia • tipe insisi pada operasi uterus sebelumnya
• Multifetal gestation (bila ada)
• Resiko ini meningkat pada nulipara sebanyak 2-3 x dibandingkan pada multipara.
• Resiko operasi sesar dapat diperkirakan dari penilaian “Bishop score” untuk melihat
kematangan dari serviks.
• Walaupun begitu induksi untuk pematangan serviks tidak menjamin penurunan resiko dari
persalinan sesar.
KORIOMANIONITIS
• Postpartum atony dan perdarahan postpartum adalah komplikasi yang sering terjadi pada
persalinan dengan induksi dan augmentasi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESUKSESAN
INDUKSI PERSALINAN
• Multiparitas
• BMI <30
• Serviks dengan pematangan yang baik
• Tafsiran berat janin <3500 gram
PEMATANGAN SERVIKS SEBELUM INDUKSI
• Cervical “Favorability”
– Suatu metode kuantitatif untuk memprediksikan hasil dari induksi persalinan adalah dengan “Bishop
Score”
– Apabila bishop score <4 menandakan adanya serviks yang “unfavorable” dapat dijadikan
indikasi untuk pematangan serviks.
BISHOP SCORE
• Suatu klasifikasi objektif untuk memilih pasien yang memenuhi syarat untuk persalinan
pervaginam pada janin presentasi belakang kepala.
• Bila skor 6 atau lebih : keberhasilan induksi persalinan tinggi.
• Skor kurang dari 6 : keberhasilnya rendah
Hal ini digunakan untuk mempertimbangkan jenis persalinan nantinya, apakah pervaginam atau
perabdominal.
PHARMACOLOGICAL TECHNIQUES
• Salah satu metode untuk pematangan serviks adalah dengan pemberian obat-obatan dan cara
dilatasi serviks secara mekanik.
• Obat- obatan yang dipergunakan : Prostaglandin E2, Prostaglandin E1
• Obat yang paling sering digunakan : Misoprostol- Cytotec (100 – 200 ug) dapat digunakan secara
oral atau vaginal untuk pematangan serviks.
• Pemberian oral maupun vaginal memiliki efektivitas yang sama : 100 ug oral sama efektifnya
dengan 25 ug intravaginal.
• Penggunaan misoprostol dapat menurunkan kebutuhan untuk pemberian induksioksitosin dan
memendekan waktu induksi – persalinan.
• Apabila digunakan untuk augmentasi persalinan, 75 ug misoprostol yang diberikan secara oral
terbukti aman dan efektif.
PROSTAGLANDIN E1
• Transcervical catheter
• Foley catheter diletakan di dalam internal cervical os.
• Bagian luar Cateter direkatkan ke paha untuk memberikan tekanan kebawah pada internal
cervical os pematangan serviks.
• Extra-amniotic saline infusion (EASI)
– Balon Kateter dikembangkan dengan larutan saline dan diletakan diantara int.cervical os dengan
membran placenta.
– Cara ini terbukti meningkatkan bishop score dan mempercepat waktu induksi – persalinan lebih cepat
dibandingkan dengan 50 ug intravaginal misoprostol tablets.
MECHANICAL TECHNIQUES
• Higroscopic cervical dilators
MECHANICAL TECHNIQUES
• Proses stripping cenderung aman dan menurunkan insidensi posterm gestation.
• Berdasarkan penilitian, terdapat peningkatan prostaglandin dengan stripping.
OKSITOSIN INTRAVENA
• 1 ml ampul, dengan 10 unit biasanya di dilusikan kedalam 1000ml larutan kristaloid dan
diberikan melalui IV.
DOSIS OXYTOCIN
AMNIOTOMI
• Indikasi tersering dari amniotomi :
– monitoring secara langsung denyut jantung janin atau kontraksi uterus, atau keduanya.
– Induksi persalinan
– Augmentasi persalinan
• Kontraindikasi :
– Vasa previa
– Adanya kontraindikasi persalinan pervaginam
– Bagian terbawah janin belum engaged
• Saat melakukan amniotomi, untuk menurunkan resiko turunya tali pusar, harus dilakukan dengan hati-
hati.
• Tekanan di fundus dan di suprapubis dapat menurunkan resiko turunya tali pusar.
• Beberapa dokter lebih menyukai untuk merobek membran saat kontraksi.
• Apabila vertex tidak terletak dengan baik pada segmen uterus pengeluaran cairan amnion dilakukan
bertahap, biasanya dapat dilakukan dengan beberapa tusukan dengan jarum 26 gauge, dipegang dengan
ring forceps dan dilihat secara langsung menggunakan spekulum vagina.
• Saat amniotomi dilakukan, carian amnion berkurang dengan cepat denyut jantung janin harus di
periksa sebelum dan sesudah amniotomi.
AMNIOTOMI
Amniotomi bertujuan untuk
mempercepat proses persalinan.
Amniotomi biasanya dilakukan
Amniotomi elective :
saat bukaan 5 cm dan dapat
mempercepat persalinan 1
sampai 2 jam.
Amniotomy induction
Amniotomy
Amniotomy augmentation
PROSEDUR
Persiapan alat :
• Examnination gloves
• Vaginal speculum dan spinal needle
• Amniotic membrane perforator : klem kocher/kelly
• Persiapan pasien :
• Pasien dengan posisi supinasi diatas meja persalinan
• Lutut dan panggul dalam posisi flexi / litotomi
• Tangan(dominan) pemeriksa melakukan pemeriksaan serviks, memeriksa bukaan, effacement,
posisi, dan station.
• Bagian terendah janin harus sudah enganged sebelum dilakukan amniotomi .
• Operator menggunakan gloves.
• Pegang amniotic perforator dengan tangan kiri
• Masukan 2 jari tangan kanan ke dalam vagina sampai menyentuh selaput ketuban
• Ketika memasukan hook, lindungi ujung hook dengan jari agar tidak melukai daerah sekitarnya
• Apabila hook sudah mencapai membran amnion,ujung dari hook didorong ke arah amniotic sac
dengan telunjuk atau jari tengah tangan kanan untuk menembus membran.
• Hook kemudian ditarik dari membran dengan tangan kiri untuk membuat lubang di amniotic sac.
• Ketika membran telah ruptur, lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan tali pusat tidak
prolaps.
RUPTUR
PERINEUM
DEFINISI
• Robeknya mukosa vagina dan/atau kulit badan perineum yang disebabkan oleh proses
persalinan normal, episiotomi, persalinan buatan, atau trauma lainnya
FAKTOR RESIKO
• Tidak dapat menahan flatus, feses cair, atau lembek yang dirasakan setelah persalinan
• Feses keluar dari vagina saat BAB
• Riwayat persalinan dengan episiotomi
• Riwayat persalinan dengan bantuan alat
• Persalinan dengan dugaan trauma traktus genital
• Pernah mengalami robekan perineum sebelumnya
KLASIFIKASI
• Derajat 1 : mengenai fourchette, kulit perineum, dan membran mukosa vagina, tetapi tidak mengenai
fasia dan otot.
• Derajat 2 : mengenai kulit dan membran mukosa, fasia dan otot-otot perineum, tetapi tidak
mengenai sphincter ani.
• Derajat 3
– Derajat 3a: 50% spinchter ani externa
– Derajat 3b: >50% spinchter ani externa
– Derajat 3c: spincter ani externa & interna
• Derajat 4 : derajat 3 yang meluas sampai ke mukosa rektum sehingga lumen rektum. Menurut
Chapman (2006), robekan mengenai kulit, otot dan melebar sampai sphincter ani dan mukosa
rektum
KLASIFIKASI
EPISIOTOMI
• Episiotomi medialis
• Tipe ini akan dilakukan insisi garis tengah vertikal dari fourchette posterior sampai ke rektum.
• Episiotomi Mediolateral
• Tipe episiotomi ini adalah pengirisan pada posisi 45 derajat terhadap fourchette posterior pada
satu sisi.
• Episiotomi lateralis
• Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum
jam.
TATALAKSANA
• Perbaikan perineum secara langsung dilakukan setelah persalinan atau maksimal 24 jam
pascasalin bila tidak ada infeksi atau inflamasi dengan golden period 6-8 jam
• Bila lebih dari 24 jam pascasalin maka perbaikan perneum dilakukan 3 bulan pascasalin
• Teknik pembedahan:
– Sfingterorafi
– Perineorafi
– Sfingteroplasti
– perineoplasti
P E N J A H I TA N
E P I S I OTO M I
MEDIAL
P E N J A H I TA N
E P I S I OTO M I
MEDIAL
PENJAHITAN STADIUM I DAN II
TEKNIK KONVENSIONAL
PENJAHITAN STADIUM III DAN IV
• aproksimasi ujung ke ujung (end toend approximation) baik dengan jahitan interuptus
(interrupted) atau jahitan angka delapan (figure of eight) Dengan inkontinensia alvi
• teknik “overlap” pada saat menjahit sfingter.
TEKNIK “END-TO-END”
TEKNIK “OVERLAP”
• Penjahitan robekan perineum derajat empat
menggunakan teknik overlap pada sfingter ani
eksterna. Epitel anus (A) dan sfingter ani
interna (E) juga telah dijahit
TERIMAKASIH