KEHAMILAN
TD ≥ 140/90 mmHg (pertama kali selama
kehamilan & akan normal kembali < 12
Hipertensi minggu postpartum. Tidak ada proteinuria
Gestasional Diagnosis akhir hanya dapat dibuat
postpartum
2. Morfologi sel eritrosit pada apusan Untuk menentukan adanya hemolisis berupa :
sel darah tepi a. Adanya mikroangiopatik hemolitik anemia
b. Morfologi abnormal eritrosit seperti schizocytosis dan
spherocytosis
3. Trombosit Trombositopenia menandakan adanya preeklamsia berat
Dibagi menjadi 2 :
Konservatif kehamilan tetap dipertahankan
bersamaan pemberian pengobatan (bila < 37 minggu
dipertahankan selama mungkin)
Aktif ( kehamilan segera diterminasi bersamaan
pemberian pengobatan (bila ≥ 37 minggu kehamilan
dapat diakhiri setelah dapat terapi medikamentosa)
Ibu sudah ≥ 37 minggu; ada tanda impending
eclamsia, ada kegagalan dg perawatan konservatif,
ada solusio plasenta, atau ketuban pecah
Janin ada fetal distress, IUGR, oligohidramnion
Laboratorik ada tanda Sindrom HELLP
Pengelolaan Obstetrik
Bila penderita belum inpartu
Umur kehamilan < 37 minggu
Bila gejala tidak memburuk kehamilan dipertahankan sampai
aterm, jk gejala memburuk segera terminasi dg sebelumnya
diberikan kortikosteroid terlebih dulu
Tirah baring
Makan teratur dan bergizi
Konsumsi vitamin prenatal secara rutin
Tidak perlu restriksi konsumsi garam
Tidak perlu diuretik/antihipertensi (pada PER tidak
ada medika mentosanya)
Kontrol setiap 2 minggu sekali ke RS.
Terapi PER II. Pengelolaan
Secara Rawat Inap
(Hospitalisasi)
1. Rawat inap
2. Tidur miring ke sebelah kiri secara
intermiten
3. Pemeriksaan dan monitoring ibu
(tekanan darah, adanya gejala
impending eklamsi)
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Pemeriksaan kesejahteraan janin
Terapi PEB
I. Non Medika Mentosa
Tirah baring
Makan teratur dan bergizi
Konsumsi vitamin prenatal secara rutin
Tidak perlu restriksi konsumsi garam
Tidak perlu diuretik/antihipertensi (pada PER tidak
ada medika mentosanya)
Kontrol setiap 2 minggu sekali ke RS.
Terapi PEB
II. Medika Mentosa
1. Cairan
infus D5% atau Ringer laktat
2. Obat antikejang MgSO4, menurut Magpie
Trial Colaborative Group 2002 :
a. Loading dose (dosis awal) : 10 cc MgSO4 40% (4
gr) dilarutkan dalam 100 cc RL diberikan IV selama
15-20 menit atau 10 cc MgSO4 50% diberikan (5
gr) IM di bokong kanan & setelah 4 jam sesudahnya
berikan sisanya 5 gr IM di bokong kiri
b. Maintenance dose : diberi ke dalam infus RL,
MgSO4 1-2 gr/jam, diberikan dalam 24 jam atau
berikan MgSO4 40% 5 gr secara IM disuntikan
dalam 24 jam.
Syarat pemberian MgSO4 :
- Tersedia kalsium glukonas 10%
- Terdapat refleks patella (+) kuat
- Frekuensi pernapasan ≥16 kali/menit
- Produksi urin ≥ 30 cc dalam 1 jam sebelumnya
atau dalam 4 jam sudah terdapat l >100 ml
3. Diuretik indikasi berupa edema paru-paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka.
4. Antihipertensi PEB dg ≥ 160/110 mmHg
- Nifedipin 10 mg per oral
- Metildopa 0,5 – 3,0 g/hari (dibagi 2-3 dosis) per oral
- Klonidine 3 x 150 mg/hari per oral
- Diltiazem 1 x 200 mg/hari per oral
5. Glukokortikoid/kortikosteroid diberikan 2 x 24 jam
- Jika ada faktor resiko, harus rutin
periksa ke dokter kandungan.
- Penyuluhan akan pentingnya
mencukupi kebutuhan gizi, minum
suplementasi & vitamin
-Istirahat yang secukupnya
- Jangan bekerja terlalu berat
-EKLAMSIA-
H : Hemolysis
EL : Elevated liver enzym
LP : Low platelets count
Klasifikasi Missisippi
Kelas I : Trombosit ≤ 50.000 /ml
Serum LDH ≥ 600.000 IU/l
AST &/ ALT > 40 IU /l
Kelas II : Trombosit ≤ 50.000 /ml sampai ≤ 100.000 / ml
Serum LDH ≥ 600.000 IU/l
AST &/ ALT ≥ 40 IU /l
Kelas III: Trombosit > 100.000 /ml sampai ≤ 150.000 /
ml
Serum LDH ≥ 600.000 IU /l
AST &/ ALT ≥ 40 IU /l
TERAPI SINDROM HELLP