Anda di halaman 1dari 26

TRIASE

Taufik Sandra
Wicaksono
DEFINISI

Triase adalah proses pengambilan keputusan yang kompleks dalam


rangka menentukan pasien mana yang berisiko meninggal, berisiko
mengalami kecacatan, atau berisiko memburuk keadaan klinisnya apabila
tidak mendapatkan penanganan medis segera, dan pasien mana yang
dapat dengan aman menunggu

Proses triase diharapkan mampu menentukan kondisi pasien yang


memang gawat darurat, dan kondisi yang berisiko gawat darurat.
nExt….

Penilaian kondisi medis triase tidak hanya melibatkan


komponen ABC, tapi juga melibatkan berbagai
keluhan pasien dan tanda-tanda fisik
Penilaian kondisi ini disebut dengan penilaian
berdasarkan kumpulan tanda dan gejala
Contoh sindrom yang lazim dijumpai di unit gawat darurat
adalah nyeri perut, nyeri dada, sesak nafas, dan
penurunan kesadaran
Pendahuluan

 Sebagian besar rumah sakit di Indonesia masih menggunakan sistem triase


"klasik".
 Sistem triase ini sebenarnya mengadaptasi sistem triase bencana
 Kategori cepat dengan warna hitam, merah, kuning, dan hijau. Hitam
untuk pasien meninggal
 Merah untuk pasien gawat (ada gangguan jalan nafas, pernafasan, atau
sirkulasi), kuning untuk pasien darurat, dan sisanya hijau.
PENILAIAN TRIASE

 Tingkat kegawatan
 Menilai urgensi kondisi pasien
 Urgensi berbeda dengan tingkat keparahan. Pasien dapat dikategorikan
memiliki kondisi tidak urgen tapi masih tetap membutuhkan rawat inap
 Batas waktu menunggu, yaitu berapa lama pasien dapat dengan aman
menunggu sampai mendapatkan pengobatan di IGD
 Sistim triase tidak dirancang untuk membuat diagnosis, tetapi tindakan-
tindakan penyelamatan nyawa sudah dapat dimulai secara simultan,
seperti tindakan pembebasan jalan nafas, pijat jantung luar, penekanan
langsung sumber perdarahan, pemasangan cervical collar
KATAGORI TRIASE

 Metode triase rumah sakit yang saat ini berkembang dan banyak
diteliti reliabilitas, validitas efektivitasnya adalah
 Triase Australia (Australia Triage System/ATS)
 Triase Kanada (Canadian Triage Acquity System/CTAS)
 Triase Amerika Serikat (Emergency Severity Index/ESI)
 Triase Inggris dan sebagian besar Eropa (Manchester Triage Scale)
nExt..
LEVEL ESI WARNA MTS LEVEL CTAS KRITERIA ATS

LEVEL I MERAH RESUSITASI SEGERA


MENGANCAM
NYAWA

LEVEL II ORANGE EMERGENSI MENGANCAM


NYAWA

LEVEL III KUNING UREGEN POTENSI


MENGANCAM
NYAWA

LEVEL IV HIJAU SEMI URGEN SEGERA

LEVEL V BIRU TIDAK SEGERA TIDAK SEGERA


SISTEM TRIASE YANG DIADOPSI DI
INDONESIA
 Pertama, perawat triase dipandu untuk melihat kondisi dan keparahan
tanpa harus menunggu intervensi dokter.
 Alasan kedua, pertimbangan pemakaian sumber daya memungkinkan
IGD memperkirakan utilisasi tempat tidur.
 Ketiga, sistem triase ESI menggunakan skala nyeri 1-10 dan pengukuran
tanda vital yang secara umum dipakai di Indonesia.
EMERGENCY SEVERITY INDEX (ESI)
 Sistem yang dikembangkan di Amerika Serikat dan Kanada oleh
PERHIMPUNAN PERAWAT EMERGENCY DAN DOKTER SPESIALIS EMERGENCY
 5 skala Prioritas
PRIORITAS 1 ( ESI 1 )
 Label Biru, merupakan pasien-pasien dengan kondisi impending life/limb
threatening problem sehingga membutuhkan immediate life saving
intervention (Cito Tindakan)
 Parameter adalah semua gangguan signifikan ABCD
 Contoh : Cardiac Arrest, status epileptikus, koma hypoglikemia, dll
PRIORITAS 2 ( ESI 2 )
 Label Merah, merupakan pasien-pasien dengan kondisi potential life, limb,
or organ threatening problem sehingga pertolongan pada pasien-pasien
mendesak (urgent) dan tidak dapat ditunda
 Parameter : hemodinamik atau ABCD stabil dengan kesadaran turun tapi
tidak koma, distress berat, dan high risk.
 Contoh : astma, akut abdomen, electric injury
PRIORITAS 3 (ESI 3)

 Label Kuning, merupakan pasien-pasien yang membutuhkan in-depth


evaluation, pemeriksaan klinis menyeluruh
 Pasien Label kuning memerlukan dua atau lebih Suber Daya/fasilitas
perawatan IGD
 Prioritas 3-5 berkaitan dengan kebutuhan Sumber Daya
 Contoh : sepsis (lab, EKG, Ro)
 Sepsis berat prioritas 2, sepsis syok prioritas 1
PRIORITAS 4 ( ESI 4 )
 Label Hijau, merupakan pasien-pasien yang memerlukan satu macam
sumber daya perawatan IGD
 Contoh : BPH memerlukan pemassangan cateter urine, VL memerlukan
hecting sederhana, dll
, merupakan pasien-pasien yang tidak memerlukan sumber
daya. Pasien ini hanya memerlukan pemeriksaan fisik dan anamnesis saja
tanpa pemeriksaan penunjang
 Pengobatan umumnya per oral atau rawat luka sederhana
 Contoh : Perawatan luka post op, dll
Catatan..

 ESI membagi kegawatdaruratan dalam dua parameter, yakni parameter


gangguan ABCD dan parameter sumber daya. Gangguan yang sedang
berlangsung pada ABCD mendapat prioritas pertama sedangkan
gangguan ABCD tidak langsung memperoleh prioritas ke dua
 Makin banyak sumber daya yang dibutuhkan dalam manajemen suatu
penyakit maka makin serius penyakit tersebut
 Untuk pasien geriatric dan anak – anak status level triase dinaikkan satu
tingkat dari pasien dewasa.
Alogaritma Triase Di IGD RS Widodo
Disaster Triage ( triase bencana )

 Kejadian yang menghasilkan banyak korban sehingga layanan darurat,


petugas medis dan sistem rujukan di daerah menjadi tidak normal, tidak
dapat memberikan tanggapan dan perawatan yang memadai dan tepat
waktu tanpa kematian dan / atau morbiditas yang tidak dapat diterima.
Tujuan Triase di Lapangan
1. Untuk mengidentifikasi korban yang perlu dikirim ke
rumah sakit dan yang dapat ditunda kemudian
2. Triase ini utamanya didasarkan pada urgensi
(keutamaan) status korban dan juga pada
kemungkinan korban tersebut untuk hidup
3. Identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera (perawatan dilapangan)
4. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan
dengan pembedahan darurat (life saving surgery)
Triase Lapangan
 Triase ditempat (triase satu)
 Triase medik (triase dua)
 Triase evakuasi (triase tiga)
Triase ditempat (triase satu)

 Triase ditempat dilakukan “ditempat dimana korban pertama


ditemukan” atau pada tempat penampungan.

 Umumnya dilakukan oleh tim Pertolongan Pertama

 Dengan triase ditempat diharapkan dapat dilakukan identifikasi korban


yang memerlukan pelayanan medis segera (pemindahan segera ke pos
medis lanjutan) dan korban-korban yang dapat ditunda, atau dengan
kata lain untuk mengklasifikasi korban kedalam kelompok gawat darurat
(merah kuning) dan non gawat darurat (hijau dan hitam)
Triase ditempat (triase satu)

 Korban gawat darurat ditandai dengan pita merah / bendera merah


berukuran besar. Korban non gawat darurat diberi tanda dengan pita
hijau/ Bendera hijau, dengan pita atau bendera ini korban lebih mudah
dikenali oleh petugas tandu yang akan memindahkan korban tersebut.

 Dengan cara ini waktu yang dibutuhkan untuk triase ditempat mencakup
pemeriksaan, klasifikasi, pemberian tanda, dan pemindahan akan sangat
berkurang, dan tingkat kesalahan klasifikasi korban akan turut berkurang.
Triase medik (triase dua)

 Triase ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh tenaga
medis yang paling berpengalaman yang mempunyai paling banyak
keterampilan untuk melakukan triase.

 Petugas triase sebaiknya dipilih dari dokter yang bekerja di UGD, ahli
anestesi dan yang terakhir adalah dokter bedah dan dibantu oleh
perawat.
Triase Evakuasi (triase tiga)

 Dalam triase ini prioritas ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan
ke rumah sakit yang telah disesuaikan untuk menerima korban bencana
masal dan telah siap untuk menerima pengiriman korban tersebut.
ARUS PELAYANAN KORBAN DILAPANGAN
(satu arah tidak bersilang, “3 T rule” ;
TAG/TRIASE – TREAT – TRANSFER )

TRIASE Ke
EVAKUASI
MEDIS Pos medis
Lanjutan
(Rumah sakit)

I
RED ZONE II III
( Area Penyelamatan) YELLOW ZONE GREEN
(Area Pertolongan) ZONE (area pendukung,
Info publik)

Anda mungkin juga menyukai