Anda di halaman 1dari 22

PREEKLAMSIA

 Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya


hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan
gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20
minggu.
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya
140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali
pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang
sama.
Definisi hipertensi berat adalah peningkatan tekanan
darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolik.

Tensimeter yang digunakan sebaiknya menggunakan


tensimeter air raksa, namun apabila tidak tersedia dapat
menggunakan tensimeter jarum atau tensimeter otomatis
yang sudah divalidasi. Laporan terbaru menunjukkan
pengukuran tekanan darah menggunakan alat otomatis
sering memberikan hasil yang lebih rendah (ACOG,2013 ;
POGI, 2016).
Berdasarkan American
Society of Hypertension

Ibu diberi kesempatan duduk tenang dalam 15 menit


sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah
pemeriksaan
Pengukuran dilakukan pada posisi duduk posisi manset
setingkat dengan jantung, dan tekanan diastolik diukur
dengan mendengar bunyi korotkoff V (hilangnya bunyi)

Pemeriksaan tekanan darah pada wanita dengan


hipertensi kronik harus dilakukan pada kedua tangan,
dengan menggunakan hasil pemeriksaan yang tertinggi
(ACOG, 2013; Tranquilli AL,et. al., 2014 ; POGI, 2016).
Kriteria gejala dan kondisi yang menunjukkan kondisi
pemberatan preeklampsia atau preklampsia berat POGI (2016) :

 Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110


mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama
 Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
 Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
 Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan
atas abdomen
 Edema Paru
 Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan
visus
 Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta: Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan absent or reversed end diastolic velocity (ARDV).
Superimposed preeklampsia pada
hipertensi kronik :

 Ibu dengan riwayat hipertensi kronik


(sudah ada sebelum usia kehamilan 20
minggu)
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria
>+1 atau trombosit <100.000 sel/uL pada
usia kehamilan >20 minggu.
Eklampsia :

 Kejang umum dan/ atau koma


 Ada tanda dan gejala preeklampsia
 Tidak ada kemungkinan penyebab lain
(misalnya epilepsy, perdarahan
subarachnoid, dan meningitis).
Tatalaksana
Tatalaksana umum :

Pencegahan dan tatalaksana kejang


 Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan
(oksigen), dan sirkulasi ( cairan
 intravena). Jika pasien kejang (Eklampsia) Baringkan pada
satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk
mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau
darah Bebaskan jalan nafas Pasang spatel lidah untuk
menghindari tergigitnya lidah Fiksasi untuk menghindari pasien
jatuh dari tempat tidur
 MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan
eklampsia (sebagai tatalaksana kejang) dan Preeklampsia
berat (sebagai pencegahan kejang).
 Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama,
kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 6 jam
setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Cara pemberian :
 Pada kondisi dimana MgSO4 tidak dapat
diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading
dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan
yang memadai.
 Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan
segera ke fasilitas dan segera kirim ibu ke ICU (bila
tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas
ventilator tekanan positif.

Cara pemberian MgSO4 :


 Berikan dosis awal 4 g MgSO4 sesuai prosedur
untuk mencegah kejang atau kejang berulang.
 Sambil menunggu rujukan , mulai dosis rumatan 6
g MgSO4 dalam 6 jam sesuai prosedur.
Syarat pembesian MgSO4 :
 Tersedia Ca Glukonas 10%
 Ada refleks patella
 Jumlan urin minimal 0,5 ml/kgBB/Jam

Cara pemberian dosis awal


 Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan
 MgSO4 40 %) dan larutkan dengan 10 ml
kuades
 Berikan larutan tersebut secara perlahan IV
selama 20 menit
 Jika akses intravena sulit, berikan masing-
masing5 gMgS)4 912,5 ml larutan MgSO4 40
%) IM bokong kiri dan kanan.
Cara pemberian Dosis rumatan :
 Ambil 6 g MgSo4 (15 ml larutan MgSO4 40 %)dan larutkan
dalam 500 ml larutan Ringer laktat/Ringer Asetat, lalu
berikan secara IV dengan kecepatan 28 tete/menit selama
6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau
kejang berakhir (bila eklampsia).
 Lakukan Pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, refleks patella dan
jumlah urin.
 Bila frekuensi penapasan <16 x/menit, dan / atau tidak
didapatkan refleks tendon patella dan/atau terdapat
oliguria (produksi urin <0,5 ml/kg BB/jam), segera hentikan
pemberian MgSO4.
 Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml
larutan 10%) bolus dalam 10 menit.
 Selama ibu dengan preeklampsia dan eklampsia dirujuk,
pantau dan nilai adanya perburukan preeklampsia. Apabila
terjadi eklampsia, lakukan penilaian awal dan tatalaksana
kegawatdaruratan. Berikan kembali MgSO4 2 g IV perlahan
(15-20 menit). Bila setelah pemberian MgSO4 ulangan masih
terdapat kejang, dapat dipertimbangkan pemberian
diazepam 10 mg IV selama 2 menit.
Rekomendasi :
 Magnesium sulfat direkomendasikan sebagai terapi lini pertama
eklampsia
 Magnesium sulfat direkomendasikan sebagai profilaksis
terhadap eklampsia pada pasien preeklampsia berat Level
evidence I, Rekomendasi A
 Magnesium sulfat merupakan pilihan utama pada pasien
preeklampsia berat dibandingkan diazepam atau fenitoin,
untuk mencegah terjadinya kejang/eklampsia atau kejang
berulang
 Magnesium sulfat merupakan pilihan utama pada pasien
preeklampsia berat dibandingkan diazepam atau fenitoin,
untuk mencegah terjadinya kejang/eklampsia atau kejang
berulang Level evidence Ia, Rekomendasi A
 Dosis penuh baik intravena maupun intramuskuler magnesium
sulfat direkomendasikan sebagai prevensi dan terapi eklampsia
Level evidence II, Rekomendasi A
 Evaluasi kadar magnesium serum secara rutin tidak
direkomendasikan Level evidence I, Rekomendasi C
Pemberian Diasepam Untuk Preeklampsia Dan
Eklampsia :

 Dosis awal
 Diasepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2
menit
 Dosis pemeliharaan
 Jika kejang berulang, ulangi pemberian
sesuai dosis awal Diasepam 40 mg dalam
500 ml larutan Ringer laktat melalui infus
Depresi pernafasan ibu baru mungkin akan
terjadi bila dosis > 30 mg/jam Jangan
berikan melebihi 100 mg/jam
Antihipertensi
 Pemberian Antihipertensi pada Preeklampsia
Berat Rekomendasi:
 Antihipertensi direkomendasikan pada
preeklampsia dengan hipertensi berat, atau
tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau
diastolik ≥ 110 mmHg
 Target penurunan tekanan darah adalah
sistolik < 160 mmHg dan diastolik < 110 mmHg
 Pemberian antihipertensi pilihan pertama
adalah nifedipin oral short acting, hidralazine
dan labetalol parenteral.
 Alternatif pemberian antihipertensi yang lain
adalah nitogliserin, metildopa, labetalol.
Persalinan
 Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam
24 jam, sedangkan pada eklampsia dalam 6 jam sejak
gejala eklampsia timbul Jika terjadi gawat janin atau
persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada
eklampsia), lakukan bedah Caesar Jika bedah Caesar
akan dilakukan, perhatikan bahwa: Tidak terdapat
koagulopati. Koagulopati kontra indikasi anestesi spinal.
Anestesia yang aman/terpilih adalah anestesia umum
untuk eklampsia dan spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia
lokal, bila risiko anestesi terlalu tinggi.

 Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi


dengan Oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml Dekstrose 10
tetes/menit atau dengan cara pemberian
prostaglandin/misoprostol (Santoso, Budi Iman )
(POGI, 2016)
JURNAL
Menurut Sarma N. Lumbanraja Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of
Medicine University of Sumatera Utara Medan, Indonesia, 2018

Bahwa pencegahan dan manajemen pada pre eklamsia yaitu pencegahan primer,
sekunder, tersier(tatalaksan). Pencegahan primer pre-eklamsia Pemeriksaan
antenatal care dilakukan secara rutin untuk deteksi awal faktor-faktor resiko.
Berdasarkan pengumpulan beberapa studi pada PNPK tahun 2016
didapatkan 17 faktor yang terbukti meningkatkan risiko pre-eklamsia yang
sebenarnya bisa dinilai pada kunjungan antenatal pertama, umur >40 tahun,
nulipara, multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya, multipara dengan
kehamilan oleh pasangan baru, multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10
tahun atau lebih, riwayat pre-eklamsia pada ibu atau saudara perempuan, kehamilan
multiple, IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus), Hipertensi Kronik, Penyakit
Ginjal, Sindrom antifosfolipid, kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit
atau embrio, obesitas sebelum hamil; serta didapatkannya indeks massa tubuh >35,
tekanan darah diastolic >80 mmHg, proteinuria (dipstick >+1 pada 2 kali
pemeriksaan berjarak 6 jam atau secara kuantitatif 300 mg/24 jam) pada
pemeriksaan fisik.
Pecegahan tersier pre eklamsia yaitu Agen antitrombotik :
aspirin dosis rendah 60 mg per hari diberikan pada awal
kehamilan pada pasien dengan resiko tinggi.Aspirin dosis rendah
sebagai prevensi pre-eklamsia sebaiknya mulai digunakan
sebelum usia kehamilan 20 minggu. Penggunaan aspirin dosis
rendah dan suplemen kalsium direkomendasikan sebagai
prevensi pre-eklamsia pada wanita dengan risiko tinggi
terjadinya pre-eklamsia
• Manajemen Pre-eklamsia
Selama etiologi pre-eklamsia masih tidak jelas, pengobatan pre-
eklamsia secara umum masih berdasarkan pengobatan empirik dan
simptomatik. Sementara pengukuran secara langsung melalui
pengobatan edema dan hipertensi belum ada terapi spesifik untuk
proteinuria yang secara otomatis berkurang dengan mengontrol
hipertensi.3Pengelolaan kehamilan menurut HKFM (Himpunan
Kedokteran Fetomaternal) terbagi menjadi dua, yaitu :Manajemen
aktif .Manajemen aktif / agresif dilakukan jika usia kehamilan >37
minggu, kehamilan diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa
untuk stabilisasi ibu.
Manajemen ekspektatif.Manajemen ekspektatif / konservatif
dilakukan jika usia kehamilan <37 minggu, maka kehamilan selama
mungkin dipertahankan dengan memberikan terapi
medikamentosadengan syarat kondisi ibu dan janin yang stabil.
Bagi wanita yang melakukan perawatan ekspektatif pre-eklamsia
berat, pemberian kortikosteroid direkomendasikan untuk
membantu pematangan paru janin
Sumber

 Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K).Preeklamsia- Eklamsia. Diunduh pada 24/01/2020 pukul
16.54 WIB. Dept. Obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta.

 Task Force on Hypertension in Pregnancy, American College of Obstetricians and


Gynecologist. Hypertension in Pregnancy. Washington: ACOG. 2013

 Canadian Hypertensive Disorders of Pregnancy Working Group, Diagnosis, Evaluation, and


Management of the Hypertensive Disorders of Pregnancy: Executive Summary. Journal of
Obstetrics Gynecology Canada. 2014: 36(5); 416-438

 Tranquilli AL, Dekker G, Magee L, Roberts J, Sibai BM, Steyn W, Zeeman GG, Brown MA. The
classification, diagnosis and management of the hypertensive disorders of pregnancy: a
revised statement from the ISSHP. Pregnancy Hypertension: An International Journal of
Women;s Cardiovascular Health 2014: 4(2):99-104.

 POGI. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis Dan Tata Laksana Pre-
Eklamsia.

 Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. AIPKIND
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai